Waspada! Hepatitis B Tidak Bergejala tapi Ancam Jiwa
loading...
A
A
A
JAKARTA - Masalah hepatitis di Indonesia masih teramat besar. Negara ini memiliki kasus hepatitis B terbanyak dibanding kasus jenis hepatitis lain.
“Hepatitis B merupakan penyakit yang disebabkan oleh infeksi virus, menyerang organ hati hingga menimbulkan penyakit akut dan kronis,” kata Dr. dr. Andri S Sulaiman, SpPD-KGEH, FINASIM, Sekretaris Jenderal Perhimpunan Peneliti Hati Indonesia (PPHI), dalam Webinar Kalbe Serukan Deteksi Dini Hepatitis B dalam Peringatan Hari Hepatitis Sedunia, belum lama ini.
Menurut Ketua PPHI-PEGI Cabang Makassar dr. Fardah Akil, SpPD-KGEH, FINASIM, virus hepatitis B bisa ditularkan melalui kontak dengan darah atau cairan tubuh pengidap hepatitis B. ( )
“Adapun untuk gejala serta tanda hepatitis B tidak spesifik, dan sebagian besar penderita tidak mengalami gejala saat awal infeksi,” ujar dr. Fardah.
Cara terbaik untuk diagnosis hepatitis B adalah melakukan tes darah. Jika seseorang tidak terinfeksi, diharapkan untuk melakukan vaksinasi hepatitis. Namun, jika terinfeksi, maka bisa menjalani pengobatan.
Program nasional dalam pencegahan dan pengendalian virus hepatitis B saat ini fokus pada pencegahan penularan ibu ke anak karena sekitar 95% penularan hepatitis B adalah secara vertikal, yaitu dari ibu yang positif hepatitis B ke bayi yang dilahirkannya.
“Untuk itu kami sangat menekankan kepada seluruh masyarakat agar melakukan deteksi dini hepatitis B,” kata Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular Langsung Ditjen P2P Kementerian Kesehatan RI dr. Wiendra Waworuntu, M.Kes.
Dikatakan Ridwan Ong selaku Pharma Marketing Director PT Kalbe Farma Tbk, dalam rangkaian Hari Hepatitis Sedunia tahun ini pihaknya ingin meningkatkan kepedulian masyarakat terhadap penyakit hepatitis, khususnya hepatitis B, dengan mengajak masyarakat untuk melakukan deteksi dini agar dapat memutus rantai ancaman penularan infeksi hepatitis B.
“Hal ini sejalan dengan program pengendalian hepatitis yang dilakukan oleh pemerintah,” kata Ridwan. ( )
Pengobatan yang dilakukan bagi pasien hepatitis B berguna untuk mencegah terjadinya kanker hati ataupun sirosis (pengerasan hati). Saat ini, banyak penderita yang tidak tahu dirinya terkena hepatitis B lantaran tak bergejala. Jadi walau sudah terinfeksi virus hepatitis B, jika tidak diperiksa maka tetap tidak akan diketahui penyakitnya mengingat hati adalah organ yang cukup kuat. Bahkan sekalipun sudah kanker hati, penderita mungkin tidak menunjukkan gejala yang berarti. Kalau sudah sampai tahap ini terdiagnosanya, bisa saja enam bulan kemudian pasien meninggal. Perjalanan penyakit hingga terjadinya kanker hati ini bisa berlangsung 20 tahun.
Dalam Hari Hepatitis Sedunia ini rangkaian kegiatan yang dilakukan Kalbe di antaranya edukasi kesehatan kepada tenaga medis profesional melalui media webinar terkait dengan pencegahan dan pengobatan hepatitis B kronik bekerjasama dengan PPHI dan Himpunan Seminat Farmasi Rumah Sakit Indonesia (HISFARSI). Selain tenaga medis , edukasi terkait kesehatan organ hati juga dilakukan kepada masyarakat melalui serangkaian talkshow, webinar, dan media sosial.
“Hepatitis B merupakan penyakit yang disebabkan oleh infeksi virus, menyerang organ hati hingga menimbulkan penyakit akut dan kronis,” kata Dr. dr. Andri S Sulaiman, SpPD-KGEH, FINASIM, Sekretaris Jenderal Perhimpunan Peneliti Hati Indonesia (PPHI), dalam Webinar Kalbe Serukan Deteksi Dini Hepatitis B dalam Peringatan Hari Hepatitis Sedunia, belum lama ini.
Menurut Ketua PPHI-PEGI Cabang Makassar dr. Fardah Akil, SpPD-KGEH, FINASIM, virus hepatitis B bisa ditularkan melalui kontak dengan darah atau cairan tubuh pengidap hepatitis B. ( )
“Adapun untuk gejala serta tanda hepatitis B tidak spesifik, dan sebagian besar penderita tidak mengalami gejala saat awal infeksi,” ujar dr. Fardah.
Cara terbaik untuk diagnosis hepatitis B adalah melakukan tes darah. Jika seseorang tidak terinfeksi, diharapkan untuk melakukan vaksinasi hepatitis. Namun, jika terinfeksi, maka bisa menjalani pengobatan.
Program nasional dalam pencegahan dan pengendalian virus hepatitis B saat ini fokus pada pencegahan penularan ibu ke anak karena sekitar 95% penularan hepatitis B adalah secara vertikal, yaitu dari ibu yang positif hepatitis B ke bayi yang dilahirkannya.
“Untuk itu kami sangat menekankan kepada seluruh masyarakat agar melakukan deteksi dini hepatitis B,” kata Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular Langsung Ditjen P2P Kementerian Kesehatan RI dr. Wiendra Waworuntu, M.Kes.
Dikatakan Ridwan Ong selaku Pharma Marketing Director PT Kalbe Farma Tbk, dalam rangkaian Hari Hepatitis Sedunia tahun ini pihaknya ingin meningkatkan kepedulian masyarakat terhadap penyakit hepatitis, khususnya hepatitis B, dengan mengajak masyarakat untuk melakukan deteksi dini agar dapat memutus rantai ancaman penularan infeksi hepatitis B.
“Hal ini sejalan dengan program pengendalian hepatitis yang dilakukan oleh pemerintah,” kata Ridwan. ( )
Pengobatan yang dilakukan bagi pasien hepatitis B berguna untuk mencegah terjadinya kanker hati ataupun sirosis (pengerasan hati). Saat ini, banyak penderita yang tidak tahu dirinya terkena hepatitis B lantaran tak bergejala. Jadi walau sudah terinfeksi virus hepatitis B, jika tidak diperiksa maka tetap tidak akan diketahui penyakitnya mengingat hati adalah organ yang cukup kuat. Bahkan sekalipun sudah kanker hati, penderita mungkin tidak menunjukkan gejala yang berarti. Kalau sudah sampai tahap ini terdiagnosanya, bisa saja enam bulan kemudian pasien meninggal. Perjalanan penyakit hingga terjadinya kanker hati ini bisa berlangsung 20 tahun.
Dalam Hari Hepatitis Sedunia ini rangkaian kegiatan yang dilakukan Kalbe di antaranya edukasi kesehatan kepada tenaga medis profesional melalui media webinar terkait dengan pencegahan dan pengobatan hepatitis B kronik bekerjasama dengan PPHI dan Himpunan Seminat Farmasi Rumah Sakit Indonesia (HISFARSI). Selain tenaga medis , edukasi terkait kesehatan organ hati juga dilakukan kepada masyarakat melalui serangkaian talkshow, webinar, dan media sosial.
(tsa)