Polusi Udara di Jakarta Buruk, IDI Sarankan WFH demi Kesehatan
loading...
A
A
A
JAKARTA - Polusi udara di Jakarta akhir-akhir ini memburuk hingga mengancam kesehatan warga. Pakar Ikatan Dokter Indonesia (IDI) Profesor Zubairi Djoerban pun meyoroti hal tersebut.
Melalui akun Twitter pribadinya, Prof Zubairi mengatakan sudah saatnya mencari solusi serius untuk mengatasi polusi udara yang terjadi di Jakarta. Terlebih, cuaca saat ini terasa panas.
"Berkaitan dengan kualitas udara buruk dan cuaca panas yang terjadi, sudah saatnya kita mempertimbangkan berbagai solusi serius," tulis Prof Zubairi dikutip Jumat (11/8/2023).
Adapun solusi yang disarankan Prof Zubairi adalah penyesuaian jam kerja menjadi empat hari dalam seminggu. Dia juga mengusulkan untuk work from home (WFH) seperti saat pandemi Covid-19 yang terbukti bisa membuat kualitas udara membaik.
"Misalnya dilakukan penyesuaian jam bekerja, yang mungkin bisa menerapkan sistem empat hari bekerja dalam seminggu," kata Prof Zubairi.
"Saya setuju dengan usulan WFH yang sebelumnya pernah diterapkan saat pandemi Covid-19. Saat itu kualitas kerja rasanya tetap bagus dan dilaporkan juga bahwa kualitas udara kita jadi membaik," sambungnya.
Pada 2020, kondisi udara di Jakarta dilaporkan membaik. Bahkan, peningkatan kualitas udara mencapai 50 persen dibandingkan 2019.
Selain bisa mengurangi polusi udara di Jakarta, Prof Zubairi menjelaskan bahwa penerapan empat hari kerja juga baik untuk pekerja. Hal ini pun sudah terbukti melalui penelitian.
"Saya jadi berpikir bahwa kombinasi WFH dan penerapan empat hari bekerja dalam seminggu amat layak untuk dipertimbangkan," jelasnya.
“Dalam suatu penelitian, penerapan empat hari bekerja justru menunjukkan adanya peningkatan produktivitas kerja, meningkatkan moral karyawan, hingga pengalaman kerja yang lebih baik. Ini kan positif," lanjutnya.
Menurut Prof Zubairi, sistem empat hari kerja sudah diterapkan di beberapa negara. Salah satunya Jepang, Islandia hingga Jerman dengan tujuan mendukung kesehatan karyawan.
"Sistem empat hari tersebut pun sudah diterapkan di Jepang sebagai bentuk dukungan terhadap kesehatan karyawan, waktu keluarga, dan kehidupan sosial. Selain Jepang ada Islandia, Selandia Baru, Belgia, dan Jerman," ujar Prof Zubairi.
Walaupun begitu, Prof. Zubairi mengungkapkan bahwa sistem bekerja seperti ini mungkin tidak bisa diterapkan untuk semua bidang pekerjaan. Terutama di restoran atau rumah sakit. Namun, solusi gabungan antara WFH dan empat hari kerja untuk menangani polusi udara yang semakin memburuk patut dipertimbangkan di Indonesia.
"Khususnya di kota-kota besar untuk tujuan yang juga besar: kesehatan karyawan, produktivitas, work-life balance, dan kualitas udara yang lebih baik," tandasnya.
Melalui akun Twitter pribadinya, Prof Zubairi mengatakan sudah saatnya mencari solusi serius untuk mengatasi polusi udara yang terjadi di Jakarta. Terlebih, cuaca saat ini terasa panas.
"Berkaitan dengan kualitas udara buruk dan cuaca panas yang terjadi, sudah saatnya kita mempertimbangkan berbagai solusi serius," tulis Prof Zubairi dikutip Jumat (11/8/2023).
Adapun solusi yang disarankan Prof Zubairi adalah penyesuaian jam kerja menjadi empat hari dalam seminggu. Dia juga mengusulkan untuk work from home (WFH) seperti saat pandemi Covid-19 yang terbukti bisa membuat kualitas udara membaik.
"Misalnya dilakukan penyesuaian jam bekerja, yang mungkin bisa menerapkan sistem empat hari bekerja dalam seminggu," kata Prof Zubairi.
"Saya setuju dengan usulan WFH yang sebelumnya pernah diterapkan saat pandemi Covid-19. Saat itu kualitas kerja rasanya tetap bagus dan dilaporkan juga bahwa kualitas udara kita jadi membaik," sambungnya.
Pada 2020, kondisi udara di Jakarta dilaporkan membaik. Bahkan, peningkatan kualitas udara mencapai 50 persen dibandingkan 2019.
Selain bisa mengurangi polusi udara di Jakarta, Prof Zubairi menjelaskan bahwa penerapan empat hari kerja juga baik untuk pekerja. Hal ini pun sudah terbukti melalui penelitian.
"Saya jadi berpikir bahwa kombinasi WFH dan penerapan empat hari bekerja dalam seminggu amat layak untuk dipertimbangkan," jelasnya.
“Dalam suatu penelitian, penerapan empat hari bekerja justru menunjukkan adanya peningkatan produktivitas kerja, meningkatkan moral karyawan, hingga pengalaman kerja yang lebih baik. Ini kan positif," lanjutnya.
Menurut Prof Zubairi, sistem empat hari kerja sudah diterapkan di beberapa negara. Salah satunya Jepang, Islandia hingga Jerman dengan tujuan mendukung kesehatan karyawan.
"Sistem empat hari tersebut pun sudah diterapkan di Jepang sebagai bentuk dukungan terhadap kesehatan karyawan, waktu keluarga, dan kehidupan sosial. Selain Jepang ada Islandia, Selandia Baru, Belgia, dan Jerman," ujar Prof Zubairi.
Walaupun begitu, Prof. Zubairi mengungkapkan bahwa sistem bekerja seperti ini mungkin tidak bisa diterapkan untuk semua bidang pekerjaan. Terutama di restoran atau rumah sakit. Namun, solusi gabungan antara WFH dan empat hari kerja untuk menangani polusi udara yang semakin memburuk patut dipertimbangkan di Indonesia.
"Khususnya di kota-kota besar untuk tujuan yang juga besar: kesehatan karyawan, produktivitas, work-life balance, dan kualitas udara yang lebih baik," tandasnya.
(dra)