Demam Karawitan di Tengah Ruwat Bumi Desa Sidareja Purbalingga
loading...
A
A
A
JAKARTA - 2023 memasuki zaman yang serba digital ini ternyata tidak menyurutkan masyarakat Indonesia meneruskan tradisi nenek moyang. Desa Sidareja Kabupaten Purbalingga yang sedang bertranformasi menjadi Cartoon Village Sidareja ini telah mengadakan Ruwat Bumi tepat di bulan Suro.
"Ruwat Bumi merupakan tradisi perayaan masyarakat Jawa akan rasa syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa akan hasil panen yang melimpah," kata pegiat Seni Kie Art dan sekaligus Ketua Panitia Ruwat Bumi Slamet Santosa.
Ruwat Bumi Desa Sidareja ditandai dengan diaraknya tiga arakan di sepanjang desa yang terdiri dari gunungan padi, gunungan hasil panen kebun yang terdiri dari jagung, kacang panjang, cabai, terong, petai, rambutan, nanas dan masih banyak lainnya. Juga adanya tumpeng sebagai perlambang kesyukuran dengan puncaknya yang mengkerucut adalah wujud hormat sebagai manusia kepada Tuhan Yang Maha Esa.
Dengan pakaian adat gunungan dan tumpeng di arak diiringi oleh Kelompok Kenthongan Gianta Arum yang berasal aseli dari pemuda Desa. Slamet menjelaskan Ruwat Bumi Desa Sidareja luar biasa karena dibarengi dengan bertambahnya jumlah kelompok Seni Karawitan yang tergabung dalam Kie Karawitan naungan Kelompok Pemuda Kie Seni dari yang hanya memiliki dua kelompok, per Juni lalu terbentuk kembali tiga kelompok.
Lengkap dengan berbagai kelompok umur mulai dari anak-anak, remaja dan para sesepuh. Tidak hanya itu masih ada dua kelompok karawitan dari kalangan ibu-ibu. Hal ini dapat dikatakan Desa Sidareja termasuk dalam desa di kabupaten Purbalingga Jawa Tengah yang memiliki kelompok karawitan terbanyak dan aktif.
Sepanjang hari perayaan Ruwat Bumi seluruh lima kelompok pemuda Kie Karawitan dari Kie Karawitan Ageng 1 dan 2 yang terdiri dari pemuda, Kie Karawitan Alit 1 yang terdiri dari anak-anak serta Kie Karawitan Sesepuh yang terdiri dari orang tua, silih berganti memainkan musik gamelan mengiringi datangnya arakan di
pusat pemerintahan desa, hingga petang sebelum pagelaran wayang kulit dilaksanakan.
Wayang kulit menjadi salah satu persyaratan tradisi ruwat bumi. Wayang kali ini mengangkat tema Semar Mbangun Pasar di mana senada dengan Desa Sidareja yang sedang dalam tahap rintisan membangun desa seni yang nantinya berharap memberikan efek domino terhadap perekonomian warga.
Slamet mengatakan bahwa Ruwat Bumi adalah persembahan dari rakyat dan untuk rakyat, atau bisa dibilang pesta rakyat yang sesungguhnya dalam kegembiraan melimpahnya hasil panen dari kebaikan hati Tuhan kepada warga desa. Slamet berharap tradisi yang sudah jarang ada di perkotaan ini tetap akan lestari di Desa Sidareja.
Ruwat Bumi Desa Sidareja dengan menghadirkan Pagelaran Wayang Kulit dapat terlaksana dengan sinergi para warganya dalam naungan rukun tetangga mengumpulkan hasil panen atau hasil kerja keras dalam setahun dari > 1500 KK di desa ini. Pagelaran wayang kulit yang juga dipercaya mengusir hal-hal yang buruk menimpa warga desa, disucikan supaya dalam perjalanannya mendatang semua dapat dimudahkan dan rejeki melimpah.
Ruwat Bumi Desa Sidareja kali ini dimaknai dengan berbagai hal tidak hanya meruwat desanya untuk selalu rukun, makmur dan sejahtera di masa kemudian hari. Tetapi juga sebagai wujud syukur dari semakin tergeraknya para warga di desa ini untuk menguri-uri budaya khususnya pada seni karawitan.
Dengan demikian, Desa Sidareja akan semakin dekat dengan impiannya menjadi desa seni dengan branding Cartoon Village Sidareja terlebih dengan sudah terbentuknya delapan kelompok seni dari tiga tahun yang lalu.
Yang membanggakan adalah Kelompok Kie Karawitan yang dimentori oleh Lintang Kuncoro Alumni ISI Surakarta, Admin Budiarjo, Adam Fauzi Guntar dan Laela Nidya Lasyarika ini telah menelurkan delapan lagu baru karawitan ciptaan sendiri dan pernah mengaransemen lagu wajib POLRI, Presisi dengan musik karawitan.
Adapun konsep Cartoon Village Sidareja ini digagas oleh pegiat Slamet Santosa dan Gita Yohanna Thomdean yang terdiri dari rumah-rumah warga yang dimural kartun dan menceritakan tentang kearifan lokal yang ada di Pulau Jawa, seperti legenda, tarian, makanan, tradisi dan sebagainya.
Harapannya menjadi destinasi wisata edukasi mengenai seni budaya dengan mini pertunjukan seni di sudut-sudut desa. Walaupun masih berproses rintisan, desa ini telah menjadi destinasi program mahasiswa Merdeka di 2022 yang terdiri dari mahasiswa dari Sabang sampai Merauke dan akan dilanjutkan di 2023 pada November mendatang.
Desa Sidareja akan menjadi destinasi unik yang menyuguhkan kehidupan desa dengan kesederhanaannya, berbagai kesenian Jawa dengan berkeliling desa kartun nan elok, dengan event tahunannya yang unik kesenian Jawa Purba.
"Ruwat Bumi merupakan tradisi perayaan masyarakat Jawa akan rasa syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa akan hasil panen yang melimpah," kata pegiat Seni Kie Art dan sekaligus Ketua Panitia Ruwat Bumi Slamet Santosa.
Ruwat Bumi Desa Sidareja ditandai dengan diaraknya tiga arakan di sepanjang desa yang terdiri dari gunungan padi, gunungan hasil panen kebun yang terdiri dari jagung, kacang panjang, cabai, terong, petai, rambutan, nanas dan masih banyak lainnya. Juga adanya tumpeng sebagai perlambang kesyukuran dengan puncaknya yang mengkerucut adalah wujud hormat sebagai manusia kepada Tuhan Yang Maha Esa.
Dengan pakaian adat gunungan dan tumpeng di arak diiringi oleh Kelompok Kenthongan Gianta Arum yang berasal aseli dari pemuda Desa. Slamet menjelaskan Ruwat Bumi Desa Sidareja luar biasa karena dibarengi dengan bertambahnya jumlah kelompok Seni Karawitan yang tergabung dalam Kie Karawitan naungan Kelompok Pemuda Kie Seni dari yang hanya memiliki dua kelompok, per Juni lalu terbentuk kembali tiga kelompok.
Lengkap dengan berbagai kelompok umur mulai dari anak-anak, remaja dan para sesepuh. Tidak hanya itu masih ada dua kelompok karawitan dari kalangan ibu-ibu. Hal ini dapat dikatakan Desa Sidareja termasuk dalam desa di kabupaten Purbalingga Jawa Tengah yang memiliki kelompok karawitan terbanyak dan aktif.
Baca Juga
Sepanjang hari perayaan Ruwat Bumi seluruh lima kelompok pemuda Kie Karawitan dari Kie Karawitan Ageng 1 dan 2 yang terdiri dari pemuda, Kie Karawitan Alit 1 yang terdiri dari anak-anak serta Kie Karawitan Sesepuh yang terdiri dari orang tua, silih berganti memainkan musik gamelan mengiringi datangnya arakan di
pusat pemerintahan desa, hingga petang sebelum pagelaran wayang kulit dilaksanakan.
Wayang kulit menjadi salah satu persyaratan tradisi ruwat bumi. Wayang kali ini mengangkat tema Semar Mbangun Pasar di mana senada dengan Desa Sidareja yang sedang dalam tahap rintisan membangun desa seni yang nantinya berharap memberikan efek domino terhadap perekonomian warga.
Slamet mengatakan bahwa Ruwat Bumi adalah persembahan dari rakyat dan untuk rakyat, atau bisa dibilang pesta rakyat yang sesungguhnya dalam kegembiraan melimpahnya hasil panen dari kebaikan hati Tuhan kepada warga desa. Slamet berharap tradisi yang sudah jarang ada di perkotaan ini tetap akan lestari di Desa Sidareja.
Ruwat Bumi Desa Sidareja dengan menghadirkan Pagelaran Wayang Kulit dapat terlaksana dengan sinergi para warganya dalam naungan rukun tetangga mengumpulkan hasil panen atau hasil kerja keras dalam setahun dari > 1500 KK di desa ini. Pagelaran wayang kulit yang juga dipercaya mengusir hal-hal yang buruk menimpa warga desa, disucikan supaya dalam perjalanannya mendatang semua dapat dimudahkan dan rejeki melimpah.
Ruwat Bumi Desa Sidareja kali ini dimaknai dengan berbagai hal tidak hanya meruwat desanya untuk selalu rukun, makmur dan sejahtera di masa kemudian hari. Tetapi juga sebagai wujud syukur dari semakin tergeraknya para warga di desa ini untuk menguri-uri budaya khususnya pada seni karawitan.
Dengan demikian, Desa Sidareja akan semakin dekat dengan impiannya menjadi desa seni dengan branding Cartoon Village Sidareja terlebih dengan sudah terbentuknya delapan kelompok seni dari tiga tahun yang lalu.
Yang membanggakan adalah Kelompok Kie Karawitan yang dimentori oleh Lintang Kuncoro Alumni ISI Surakarta, Admin Budiarjo, Adam Fauzi Guntar dan Laela Nidya Lasyarika ini telah menelurkan delapan lagu baru karawitan ciptaan sendiri dan pernah mengaransemen lagu wajib POLRI, Presisi dengan musik karawitan.
Adapun konsep Cartoon Village Sidareja ini digagas oleh pegiat Slamet Santosa dan Gita Yohanna Thomdean yang terdiri dari rumah-rumah warga yang dimural kartun dan menceritakan tentang kearifan lokal yang ada di Pulau Jawa, seperti legenda, tarian, makanan, tradisi dan sebagainya.
Harapannya menjadi destinasi wisata edukasi mengenai seni budaya dengan mini pertunjukan seni di sudut-sudut desa. Walaupun masih berproses rintisan, desa ini telah menjadi destinasi program mahasiswa Merdeka di 2022 yang terdiri dari mahasiswa dari Sabang sampai Merauke dan akan dilanjutkan di 2023 pada November mendatang.
Desa Sidareja akan menjadi destinasi unik yang menyuguhkan kehidupan desa dengan kesederhanaannya, berbagai kesenian Jawa dengan berkeliling desa kartun nan elok, dengan event tahunannya yang unik kesenian Jawa Purba.
(dra)