Teuku Wisnu Kesulitan Tanamkan Ilmu Agama pada Anak: Perlu Perjuangan
loading...
A
A
A
JAKARTA - Teuku Wisnu memiliki cara tersendiri menanamkan ilmu agama kepada anak-anaknya, meski suami Shireen Sungkar ini tidak menampik jika dia sering merasa kesulitan untuk memberikan pengertian soal agama.
"Kita juga masih belajar. Yang pastikan anak-anak Alhamdulillah misalnya Adam untuk pendidikan agama dibilang 'susah gak?' susah. Karena pasti kan dilihat orangtuanya dulu, masih belajar," kata Teuku Wisnu di kawasan BSD, Tangerang, belum lama ini.
Teuku Wisnu selalu menekankan bahwa bukan hanya anak-anaknya saja yang terus belajar soal agama, dia dan sang istri pun masih terus belajar. Namun, sedikit demi sedikit Teuku Wisnu menemukan cara yang tepat memberikan pengertian soal agama kepada putra sulungnya, Adam.
"Aku sama Shireen masih banyak PR. Anak anak ini paralel sambil jalan. Adam Alhamdulillah memang bisa kita kasih pengertian soal agama, pendekatan sama agama," ujar dia.
Adam pun mulai terbiasa menjalankan perintah agama di usianya yang menginjak sembilan tahun. Tapi tetap saja, namanya anak-anak, masih harus selalu diingatkan karena seringkali lupa terhadap apa yang menjadi kewajibannya. Seperti saat waktu sholat telah tiba.
"Adam sembilang tahun sekarang, Insyaallah dia sekarang kalau salat fardu ya, dia salat. Kadang ada waktu-waktu yang memang lagi misalnya kayak lagi main apa, sudah adzan, kadang suka kebablasan tuh kalau nggak diingetin. Jadi masih tetap harus kita ingetin," tuturnya.
Berbeda pula dengan putrinya, Hawa. Di usianya yang baru menginjak tujuh tahun, Hawa lebih sulit ketika diminta untuk salat. Teuku Wisnu pun memilih untuk tidak memaksanya. Cara Wisnu memberikan pengertian kepada anak-anaknya adalah dengan mengajak, bukan memaksa.
"Kalau Hawa juga masih belum mau. Kayak salat belum 'sudah tujuh tahun loh, nak salat' 'gak mau ah'. Tapi memang di umur tujuh tahun gak boleh kita paksa. Orangtua menganjurkan terutama salat ya 'Nih bareng Abi, bareng abang, bareng mami, yuk salat'," kata Teuku Wisnu.
Kepada Hawa, Teuku Wisnu perlahan-lahan memberitahukannya soal kewajiban seorang muslimah. Narasi yang tepat diyakininya akan lebih mudah mendorong anak untuk memahami dan mengikutinya.
"Kita juga masih belajar. Yang pastikan anak-anak Alhamdulillah misalnya Adam untuk pendidikan agama dibilang 'susah gak?' susah. Karena pasti kan dilihat orangtuanya dulu, masih belajar," kata Teuku Wisnu di kawasan BSD, Tangerang, belum lama ini.
Teuku Wisnu selalu menekankan bahwa bukan hanya anak-anaknya saja yang terus belajar soal agama, dia dan sang istri pun masih terus belajar. Namun, sedikit demi sedikit Teuku Wisnu menemukan cara yang tepat memberikan pengertian soal agama kepada putra sulungnya, Adam.
"Aku sama Shireen masih banyak PR. Anak anak ini paralel sambil jalan. Adam Alhamdulillah memang bisa kita kasih pengertian soal agama, pendekatan sama agama," ujar dia.
Adam pun mulai terbiasa menjalankan perintah agama di usianya yang menginjak sembilan tahun. Tapi tetap saja, namanya anak-anak, masih harus selalu diingatkan karena seringkali lupa terhadap apa yang menjadi kewajibannya. Seperti saat waktu sholat telah tiba.
"Adam sembilang tahun sekarang, Insyaallah dia sekarang kalau salat fardu ya, dia salat. Kadang ada waktu-waktu yang memang lagi misalnya kayak lagi main apa, sudah adzan, kadang suka kebablasan tuh kalau nggak diingetin. Jadi masih tetap harus kita ingetin," tuturnya.
Berbeda pula dengan putrinya, Hawa. Di usianya yang baru menginjak tujuh tahun, Hawa lebih sulit ketika diminta untuk salat. Teuku Wisnu pun memilih untuk tidak memaksanya. Cara Wisnu memberikan pengertian kepada anak-anaknya adalah dengan mengajak, bukan memaksa.
"Kalau Hawa juga masih belum mau. Kayak salat belum 'sudah tujuh tahun loh, nak salat' 'gak mau ah'. Tapi memang di umur tujuh tahun gak boleh kita paksa. Orangtua menganjurkan terutama salat ya 'Nih bareng Abi, bareng abang, bareng mami, yuk salat'," kata Teuku Wisnu.
Kepada Hawa, Teuku Wisnu perlahan-lahan memberitahukannya soal kewajiban seorang muslimah. Narasi yang tepat diyakininya akan lebih mudah mendorong anak untuk memahami dan mengikutinya.