Tangan dan Kaki Remaja 14 Tahun Ini Diamputasi Gara-Gara Flu
loading...
A
A
A
JAKARTA - Kasus langka terjadi pada seorang anak laki-laki berusia 14 tahun asal Tennessee, Amerika Serikat, akibat mengalami gejala mirip flu. Pasalnya, flu tersebut sampai harus membuat kedua tangan dan kaki si anak diamputasi.
Hal itu terpaksa dilakukan untuk menyelamatkan nyawa anak laki-laki yang diketahui bernama Mathias Uribe. Padahal, gejala yang dialami Mathias sebelumnya sama seperti pada gejala pilek atau flu pada umumnya. Namun, lambat laun gejala-gejala tersebut berubah menjadi hampir mematikan, sehingga orang tuanya, Edgar dan Catalina Uribe, langsung membawanya ke rumah sakit.
Sayang, keluarga kecil tersebut harus mengambil keputusan sulit dengan mengamputasi keempat anggota tubuh Mathias. Masa depan dan mimpi sang putra sempat terpuruk. Pasalnya, sebelum diamputasi, Mathias merupakan anak beprestasi di bidang musik, khususnya sebagai pemain piano.
Ia kini tak lagi bisa memainkan melodi indah menggunakan jemari tangan, dan bahkan kakinya. Meski begitu, Edgar dan Catalina tetap bersyukur sang putra masih hidup.
"Saat ini, bagi saya, sangat sulit untuk menerima ini, tetapi pada saat yang sama saya melihatnya dan saya berpikir, 'Dia ada di sini',” ujar Catalina, dilansir dari laman The Mirror, Kamis (14/9/2023).
Selama dua bulan terakhir, Mathias diketahui menjalani masa pemulihan di Rumah Sakit Anak Monroe Carrel di Vanderbilt. Dia harus menjalani perawatan di sana setelah didiagnosis menderita pneumonia dan sindrom syok toksik streptokokus serta serangan jantung.
Dilansir dari Cleveland Clinic, pneumonia adalah infeksi pada paru-paru yang disebabkan oleh bakteri, virus, atau jamur. Jaringan saraf penderita penyakit pneumonia akan membengkak dan menyebabkan munculnya cairan atau nanah di dalam paru-paru.
Sementara dilansir dari Halodoc, Toxic shock syndrome (TSS) merupakan komplikasi langka yang mengancam jiwa dari jenis infeksi bakteri tertentu. Biasanya toxic shock syndrome terjadi akibat toksin yang disebabkan oleh bakteri Staphylococcus aureus (staph).
Akibat kondisi yang dialaminya itu, Mathias juga dimasukkan ke dalam mesin ECMO (oksigenasi membran ekstrakorporeal), yang tampak mirip dengan mesin bypass jantung-paru. Ia berada di dalam mesin tersebut selama hampir 2 minggu agar nyawanya bisa tertolong.
"Aliran (darah) itu tidak sampai ke seluruh ekstremitasnya, jadi mereka harus mengamputasi keempat ekstremitasnya,” ujar sang ayah, Edgar.
Dr Katie Boyle, ketua tim perawatan Mathias sekaligus seorang dokter anak ICU terus berusaha bekerja dengan rekan-rekannya untuk menyelamatkan sebanyak mungkin anggota tubuh Mathias. Dr Katie mengungkapkan, dia sendiri jarang menemukan kondisi atau kasus seperti yang dialami Mathias.
"Ini sangat jarang terjadi. Kadang-kadang ketika Anda terserang flu, hal itu membuat Anda terkena infeksi bakteri. Namun meskipun demikian, kebanyakan anak tidak mengalami sakit yang sama seperti Mathias,” tutur Dr Katie.
Ia menambahkan, tidak ada yang bisa dilakukan orang tua Mathias secepatnya selain harus mengamputasi putra mereka.
Sejauh ini, Mathias telah menjalani hampir berbagai jenis operasi. Bahkan, tim perawatannya mengatakan bahwa remaja tersebt masih harus menjalani beberapa operasi lagi.
Edgar dan Catalina berharap sang anak bisa kembali beraktivitas dengan menggunakan kaki palsu ketika telah keluar dari rumah sakit. Orang tua Mathias mengatakan, sejauh ini mereka memperkirakan akan menghabiskan sekitar satu bulan lagi di rumah sakit.
Saat ini, mereka sedang mencari tempat di Atlanta bagi Mathias untuk menerima prostetik dan rehabilitasi. Halaman GoFundMe sendiri telah disiapkan untuk membantu mendukung pemulihan Mathias.
Lihat Juga: Mengenal Penyakit Komplikasi pada Lansia, Dialami Artis Dorman Borisman hingga Amputasi Kaki
Hal itu terpaksa dilakukan untuk menyelamatkan nyawa anak laki-laki yang diketahui bernama Mathias Uribe. Padahal, gejala yang dialami Mathias sebelumnya sama seperti pada gejala pilek atau flu pada umumnya. Namun, lambat laun gejala-gejala tersebut berubah menjadi hampir mematikan, sehingga orang tuanya, Edgar dan Catalina Uribe, langsung membawanya ke rumah sakit.
Sayang, keluarga kecil tersebut harus mengambil keputusan sulit dengan mengamputasi keempat anggota tubuh Mathias. Masa depan dan mimpi sang putra sempat terpuruk. Pasalnya, sebelum diamputasi, Mathias merupakan anak beprestasi di bidang musik, khususnya sebagai pemain piano.
Ia kini tak lagi bisa memainkan melodi indah menggunakan jemari tangan, dan bahkan kakinya. Meski begitu, Edgar dan Catalina tetap bersyukur sang putra masih hidup.
"Saat ini, bagi saya, sangat sulit untuk menerima ini, tetapi pada saat yang sama saya melihatnya dan saya berpikir, 'Dia ada di sini',” ujar Catalina, dilansir dari laman The Mirror, Kamis (14/9/2023).
Selama dua bulan terakhir, Mathias diketahui menjalani masa pemulihan di Rumah Sakit Anak Monroe Carrel di Vanderbilt. Dia harus menjalani perawatan di sana setelah didiagnosis menderita pneumonia dan sindrom syok toksik streptokokus serta serangan jantung.
Dilansir dari Cleveland Clinic, pneumonia adalah infeksi pada paru-paru yang disebabkan oleh bakteri, virus, atau jamur. Jaringan saraf penderita penyakit pneumonia akan membengkak dan menyebabkan munculnya cairan atau nanah di dalam paru-paru.
Sementara dilansir dari Halodoc, Toxic shock syndrome (TSS) merupakan komplikasi langka yang mengancam jiwa dari jenis infeksi bakteri tertentu. Biasanya toxic shock syndrome terjadi akibat toksin yang disebabkan oleh bakteri Staphylococcus aureus (staph).
Akibat kondisi yang dialaminya itu, Mathias juga dimasukkan ke dalam mesin ECMO (oksigenasi membran ekstrakorporeal), yang tampak mirip dengan mesin bypass jantung-paru. Ia berada di dalam mesin tersebut selama hampir 2 minggu agar nyawanya bisa tertolong.
"Aliran (darah) itu tidak sampai ke seluruh ekstremitasnya, jadi mereka harus mengamputasi keempat ekstremitasnya,” ujar sang ayah, Edgar.
Dr Katie Boyle, ketua tim perawatan Mathias sekaligus seorang dokter anak ICU terus berusaha bekerja dengan rekan-rekannya untuk menyelamatkan sebanyak mungkin anggota tubuh Mathias. Dr Katie mengungkapkan, dia sendiri jarang menemukan kondisi atau kasus seperti yang dialami Mathias.
"Ini sangat jarang terjadi. Kadang-kadang ketika Anda terserang flu, hal itu membuat Anda terkena infeksi bakteri. Namun meskipun demikian, kebanyakan anak tidak mengalami sakit yang sama seperti Mathias,” tutur Dr Katie.
Ia menambahkan, tidak ada yang bisa dilakukan orang tua Mathias secepatnya selain harus mengamputasi putra mereka.
Sejauh ini, Mathias telah menjalani hampir berbagai jenis operasi. Bahkan, tim perawatannya mengatakan bahwa remaja tersebt masih harus menjalani beberapa operasi lagi.
Edgar dan Catalina berharap sang anak bisa kembali beraktivitas dengan menggunakan kaki palsu ketika telah keluar dari rumah sakit. Orang tua Mathias mengatakan, sejauh ini mereka memperkirakan akan menghabiskan sekitar satu bulan lagi di rumah sakit.
Saat ini, mereka sedang mencari tempat di Atlanta bagi Mathias untuk menerima prostetik dan rehabilitasi. Halaman GoFundMe sendiri telah disiapkan untuk membantu mendukung pemulihan Mathias.
Lihat Juga: Mengenal Penyakit Komplikasi pada Lansia, Dialami Artis Dorman Borisman hingga Amputasi Kaki
(tsa)