Pentingnya Kurma Saat Berbuka Puasa

Selasa, 13 Juni 2017 - 16:06 WIB
Pentingnya Kurma Saat Berbuka Puasa
Pentingnya Kurma Saat Berbuka Puasa
A A A
JAKARTA - Berbuka dengan makanan yang menghasilkan energi instan yaitu yang manis seperti kurma sangat disarankan. Hal itu diungkap dr Edy Rizal Wahyudi SpPD KGer FINASIM dari divisi Geriatri Departemen Ilmu Penyakit Dalan FKUI/RSUPN-CM.

Dijelaskannya, kurma mengandung gula serat, karbohidrat, kalium, dan magnesium. Pisang juga baik dikonsumsi karena sumber kalium, magnesium, dan karbohidrat.

"Konsumsi air atau jus buah antara waktu berbuka dan sebelum tidur, hindari terlalu banyak es, dan istirahat satu jam sebelum menyantap makanan berbuka," kata dr Edy.

Jangan lupa untuk mencukupi konsumsi vitamin dan mineral dan mewaspadai kekurangan cairan. Anda juga perlu menanyakan kepada dokter apakah obat-obatan yang selama ini dikonsumsi perlu dikurangi selama bulan Ramadan.

"Bila kondisi stabil, penyakit terkontrol dan tidak ada infeksi akut maka aman berpuasa," tekan dr Edy.

Sementara, Spesialis penyakit dalam Prof Dr dr Siti Setiati SpPD-KGer MEpid mengatakan berpuasa merupakan kesempatan bagi seseorang untuk mengurangi kalori. Kondisi inilah yang merangsang produksi hormon grielin dalam lambung dan pada gilirannya mendorong pembentukan sel-sel otak baru.

"Mengurangi kalori ini yang dapat memperlambat demensia atau kepikunan karena sel otak baru terus diproduksi," ujar Prof Siti.

Namun bukan berarti hal ini lantas membuat seseorang menjadi kekurangan gizi, melainkan makan secukupnya.

Lebih jauh, Indonesia merupakan salah satu dari lima negara dengan populasi menua tertinggi di dunia. Berdasarkan data sensus, jumlah lansia di Indonesia pada tahun 2010 adalah 18,1 juta (7,6% dari total populasi); 20.24 juta (8.03% dari total populasi) pada 2014 dan diperkirakan akan mencapai 36 juta pada 2025.

Survei Sosial dan Ekonomi Nasional (Susenas) pada 1995 dan 2015 menunjukkan adanya perubahan pada struktur kependudukan di Indonesia. Artinya, Indonesia saat ini sudah memiliki struktur penduduk menuju tua.

Tidak jarang, kaum lansia di Indonesia rentan terhadap ragam penyakit degeneratif, seperti diabetes, stroke, penyakit jantung koroner, gagal ginjal serta demensia. Bahkan, Kementerian Kesehatan mencatat angka sakit pada kaum lansia terhitung cukup besar, mencapai 25,05 persen pada 2014.

"Penyakit Tidak Menular (PTM) mendominasi di rumah sakit seperti kanker dan stroke. Kondisi ini berbahaya karena mematikan secara perlahan," pungkas Prof Siti.
(tdy)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.5565 seconds (0.1#10.140)