5 Makanan Penyebab Peradangan, Berisiko Diabetes hingga Obesitas
loading...
A
A
A
Makanan tinggi gula tambahan antara lain permen, coklat, minuman ringan, kue, cookies, donat, kue-kue manis dan sereal tertentu.
Mengonsumsi makanan tinggi gula dan sirup jagung fruktosa tinggi memicu peradangan yang dapat memicu penyakit. Ini juga dapat melawan efek anti-inflamasi dari asam lemak omega-3.
Hal ini karena metode memasak dengan suhu tinggi, termasuk menggoreng, dapat meningkatkan produksi senyawa berbahaya seperti produk akhir glikasi lanjutan (AGEs), yang dapat memicu peradangan dan berkontribusi terhadap penyakit kronis.
Menggoreng juga dapat meningkatkan jumlah lemak trans dalam minyak goreng yang dapat memicu peradangan.
Beberapa penelitian menunjukkan bahwa makanan yang digoreng dapat mempengaruhi komposisi mikrobioma usus, yang dapat meningkatkan tingkat peradangan.
Para peneliti berpendapat bahwa karbohidrat olahan dalam makanan modern dapat mendorong pertumbuhan bakteri inflamasi usus yang dapat meningkatkan risiko obesitas dan penyakit radang usus.
Karbohidrat olahan ditemukan dalam permen, roti, pasta, kue kering, beberapa sereal, kue kering, kue, minuman ringan manis, dan semua makanan olahan yang mengandung tambahan gula atau tepung.
Orang yang minum alkohol dalam jumlah banyak mungkin mengalami masalah dengan racun bakteri yang keluar dari usus besar dan masuk ke dalam tubuh. Kondisi ini – sering disebut “usus bocor” – dapat menyebabkan peradangan meluas yang menyebabkan kerusakan organ.
Metode memasak dengan suhu tinggi lainnya termasuk memanggang, memanggang, memanggang, menggoreng, memanggang, dan membakar.
Memasak daging dengan suhu tinggi menyebabkan pembentukan senyawa inflamasi yang dikenal sebagai AGEs.
Mengonsumsi makanan tinggi gula dan sirup jagung fruktosa tinggi memicu peradangan yang dapat memicu penyakit. Ini juga dapat melawan efek anti-inflamasi dari asam lemak omega-3.
2. Makanan yang digoreng
Selain tinggi lemak dan kalori, gorengan seperti kentang goreng, stik mozzarella, donat, dan telur gulung juga dapat meningkatkan tingkat peradangan pada tubuh.Hal ini karena metode memasak dengan suhu tinggi, termasuk menggoreng, dapat meningkatkan produksi senyawa berbahaya seperti produk akhir glikasi lanjutan (AGEs), yang dapat memicu peradangan dan berkontribusi terhadap penyakit kronis.
Menggoreng juga dapat meningkatkan jumlah lemak trans dalam minyak goreng yang dapat memicu peradangan.
Beberapa penelitian menunjukkan bahwa makanan yang digoreng dapat mempengaruhi komposisi mikrobioma usus, yang dapat meningkatkan tingkat peradangan.
3. Karbohidrat olahan
Mengonsumsi karbohidrat olahan dalam jumlah berlebihan dapat memicu peradangan. Karbohidrat olahan telah menghilangkan sebagian besar seratnya. Serat meningkatkan rasa kenyang, meningkatkan kontrol gula darah, dan memberi makan bakteri menguntungkan di usus.Para peneliti berpendapat bahwa karbohidrat olahan dalam makanan modern dapat mendorong pertumbuhan bakteri inflamasi usus yang dapat meningkatkan risiko obesitas dan penyakit radang usus.
Karbohidrat olahan ditemukan dalam permen, roti, pasta, kue kering, beberapa sereal, kue kering, kue, minuman ringan manis, dan semua makanan olahan yang mengandung tambahan gula atau tepung.
4. Alkohol
Konsumsi alkohol dalam jumlah sedang dapat memberikan beberapa manfaat kesehatan. Namun, jika dikonsumsi berlebih dapat menyebabkan masalah serius.Orang yang minum alkohol dalam jumlah banyak mungkin mengalami masalah dengan racun bakteri yang keluar dari usus besar dan masuk ke dalam tubuh. Kondisi ini – sering disebut “usus bocor” – dapat menyebabkan peradangan meluas yang menyebabkan kerusakan organ.
5. Daging dimasak dengan suhu tinggi
Mengonsumsi daging yang dimasak dengan suhu tinggi – termasuk daging olahan seperti bacon, sosis, ham dan daging asap – dikaitkan dengan peningkatan risiko penyakit jantung, diabetes dan jenis kanker tertentu.Metode memasak dengan suhu tinggi lainnya termasuk memanggang, memanggang, memanggang, menggoreng, memanggang, dan membakar.
Memasak daging dengan suhu tinggi menyebabkan pembentukan senyawa inflamasi yang dikenal sebagai AGEs.