Apa Itu Makanan Ultra Olahan? Picu Serangan Jantung dan Stroke

Rabu, 25 Oktober 2023 - 09:36 WIB
loading...
A A A
Makanan ultra-olahan mengandung sedikit serat dan nutrisi yang terdapat dalam makanan segar, termasuk yoghurt tawar, roti buatan sendiri, serta buah dan sayuran.

Penelitian sebelumnya menemukan bahwa orang yang rutin mengonsumsi makanan ultra-olahan lebih berisiko terkena diabetes tipe 2, kanker, dan obesitas.

Kepala penulis studi pertama, Anushriya Pant mengatakan banyak orang tidak menyadari bahwa makanan yang mereka anggap sehat, seperti sandwich, wraps, sup, dan yoghurt rendah lemak yang dibeli di toko, sebenarnya adalah makanan ultra-olahan.

“Bisa jadi makanan yang Anda anggap sehat justru berkontribusi terhadap terjadinya tekanan darah tinggi. Wanita biasanya makan lebih banyak makanan ultra-olahan dibandingkan pria,” ucap Anushriya.

Sementara, pakar makanan ultra-olahan, Dr Chris van Tulleken mengatakan temuan dari makalah baru ini sepenuhnya konsisten dengan penelitian yang menunjukkan bahwa peningkatan konsumsi makanan ultra-olahan dikaitkan dengan peningkatan risiko penyakit kardiovaskular.



“Sebagian besar makanan tersebut dikenal sebagai 'makanan cepat saji', tetapi ada banyak UPF organik, yang dijual bebas, dan 'etis' yang mungkin dijual sebagai makanan sehat, bergizi, ramah lingkungan, atau berguna untuk menurunkan berat badan. Hampir setiap makanan yang disertai klaim kesehatan pada kemasannya adalah makanan ultra-olahan,” tuturnya.

“Sekarang ada bukti signifikan bahwa produk-produk ini mengobarkan usus, mengganggu regulasi nafsu makan, mengubah kadar hormon dan menyebabkan banyak sekali efek lain yang mungkin meningkatkan risiko penyakit kardiovaskular dan penyakit lain seperti halnya merokok,”kata dia lagi.

Mantan penasihat pemerintah di bidang pangan, Henry Dimbleby mengatakan penelitian yang disajikan merupakan penelitian pertama yang menunjukkan bahwa dampak buruk yang disebabkan oleh makanan ultra-olahan mungkin lebih dari sekadar tingginya kandungan lemak, gula, dan garam dalam produk tersebut.

“Ini menunjukkan ada hal lain yang sedang terjadi. Mengingat makanan ultra-olahan menyumbang 55% dari pola makan kita, hal ini harus menjadi peringatan,” ujar dia.
Halaman :
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1446 seconds (0.1#10.140)