Apa Itu Makanan Ultra Olahan? Picu Serangan Jantung dan Stroke
loading...
A
A
A
JAKARTA - Banyak orang yang secara teratur mengonsumsi makanan ultra-olahan dan ini lebih memungkinkan terkena serangan jantung atau stroke.
Dalam beberapa tahun terakhir, terdapat permintaan yang sangat besar terhadap produk ultra-olahan , seperti minuman bersoda, sereal, protein batangan dan makanan siap saji.
Dilansir diabetes.co.uk pada Selasa (23/10/2023), para peneliti mengatakan bahwa makanan ultra-olahan merupakan separuh dari pola makan seseorang di AS dan Inggris, terutama mereka yang berasal dari lingkungan miskin.
Dalam sebuah penelitian, tim akademisi meneliti asupan makanan dan minuman 10 ribu wanita serta menganalisis kesehatan mereka.
Para peneliti menemukan bahwa wanita yang sering mengonsumsi makanan ultra-olahan memiliki risiko 39% lebih besar terkena tekanan darah tinggi dibandingkan dengan mereka yang pola makannya lebih sehat.
Dikenal juga sebagai hipertensi, tekanan darah tinggi dikaitkan dengan penyakit kardiovaskular, penyakit ginjal, penyakit arteri perifer, demensia vaskular, dan aneurisma aorta, demikian laporan penelitian tersebut.
Sebagai bagian dari penyelidikan lain, para peneliti mengamati pola makan dan kesehatan 325 ribu orang.
Dari penelitian tersebut, mereka menemukan bahwa partisipan yang rutin mengonsumsi makanan ultra-olahan berisiko 24% lebih besar mengalami komplikasi kardiovaskular, seperti serangan jantung, angina, dan stroke.
Biasanya, makanan ultra-olahan memiliki lima bahan atau lebih. Bahan-bahan tersebut cenderung mengandung banyak bahan aditif dan bahan-bahan yang biasanya tidak digunakan dalam masakan rumahan, seperti bahan pengawet, pengemulsi, pemanis, serta pewarna dan perasa buatan.
Dalam beberapa tahun terakhir, terdapat permintaan yang sangat besar terhadap produk ultra-olahan , seperti minuman bersoda, sereal, protein batangan dan makanan siap saji.
Dilansir diabetes.co.uk pada Selasa (23/10/2023), para peneliti mengatakan bahwa makanan ultra-olahan merupakan separuh dari pola makan seseorang di AS dan Inggris, terutama mereka yang berasal dari lingkungan miskin.
Dalam sebuah penelitian, tim akademisi meneliti asupan makanan dan minuman 10 ribu wanita serta menganalisis kesehatan mereka.
Para peneliti menemukan bahwa wanita yang sering mengonsumsi makanan ultra-olahan memiliki risiko 39% lebih besar terkena tekanan darah tinggi dibandingkan dengan mereka yang pola makannya lebih sehat.
Dikenal juga sebagai hipertensi, tekanan darah tinggi dikaitkan dengan penyakit kardiovaskular, penyakit ginjal, penyakit arteri perifer, demensia vaskular, dan aneurisma aorta, demikian laporan penelitian tersebut.
Sebagai bagian dari penyelidikan lain, para peneliti mengamati pola makan dan kesehatan 325 ribu orang.
Dari penelitian tersebut, mereka menemukan bahwa partisipan yang rutin mengonsumsi makanan ultra-olahan berisiko 24% lebih besar mengalami komplikasi kardiovaskular, seperti serangan jantung, angina, dan stroke.
Biasanya, makanan ultra-olahan memiliki lima bahan atau lebih. Bahan-bahan tersebut cenderung mengandung banyak bahan aditif dan bahan-bahan yang biasanya tidak digunakan dalam masakan rumahan, seperti bahan pengawet, pengemulsi, pemanis, serta pewarna dan perasa buatan.