Atasi Rasa Bosan, Anak-Anak Bisa Konsumsi Kalori Lebih Banyak
loading...
A
A
A
“Jika anak-anak mengonsumsi lebih banyak kalori dalam satu kali kebosanan yang terjadi di laboratorium (dalam waktu empat menit), mengingat kebosanan adalah emosi yang umum dialami anak-anak, maka potensi kelebihan asupan kalori sebagai respons terhadap rasa bosan dalam satu kali kejadian tersebut akan sangat besar satu hari, satu minggu, atau satu tahun, berpotensi sangat signifikan dalam lingkungan yang berlimpah makanan,” kata penelitian perintis yang dipimpin Dr Rebecca Stone sebagai bagian dari program PhD-nya.
"Studi sebelumnya tentang apa yang dapat mempengaruhi perilaku makan pada anak-anak cenderung didasarkan pada kuesioner, dengan semua suasana hati negatif, termasuk kesedihan, kemarahan dan kecemasan, dikelompokkan bersama. Kebosanan mudah dikenali, dan umumnya mudah diperbaiki, jadi membantu orang tua mengatasi kebosanan anak tanpa menggunakan makanan akan menjadi cara yang berpotensi membantu mengurangi ngemil yang kurang sehat,” ujar dia lagi.
Dr Stone menekankan bahwa pengalaman mengalami kebosanan penting dalam pengembangan rasa percaya diri dan kreativitas anak, sehingga tidak menyarankan agar anak dapat atau sebaiknya menghindari rasa bosan.
Sebaliknya, dia menyarankan bahwa anak-anak perlu belajar untuk mengalami kebosanan tanpa beralih ke makanan dan bahwa orangtua dapat mencoba mengalihkan perhatian anak mereka dari makanan ketika merasa bosan atau menata ulang lingkungan makanan di rumah untuk memperkecil kemungkinan anak-anak beralih ke makanan ketika mereka merasa bosan.
Profesor Farrow menambahkan, biasanya anak-anak cenderung beralih ke makanan ketika bosan dan beberapa anak lebih cenderung melakukan hal ini dibandingkan yang lain. Ini adalah penelitian pertama yang menguji hal ini secara eksperimental di laboratorium.
“Meskipun tampaknya ada perbedaan individu antara anak-anak dalam hal makan ketika bosan, akan sangat membantu jika kita mengetahui bahwa praktik pemberian makan yang dilakukan orang dewasa di sekitar makanan mungkin menentukan kemungkinan terjadinya hal ini,” ujarnya.
"Studi sebelumnya tentang apa yang dapat mempengaruhi perilaku makan pada anak-anak cenderung didasarkan pada kuesioner, dengan semua suasana hati negatif, termasuk kesedihan, kemarahan dan kecemasan, dikelompokkan bersama. Kebosanan mudah dikenali, dan umumnya mudah diperbaiki, jadi membantu orang tua mengatasi kebosanan anak tanpa menggunakan makanan akan menjadi cara yang berpotensi membantu mengurangi ngemil yang kurang sehat,” ujar dia lagi.
Dr Stone menekankan bahwa pengalaman mengalami kebosanan penting dalam pengembangan rasa percaya diri dan kreativitas anak, sehingga tidak menyarankan agar anak dapat atau sebaiknya menghindari rasa bosan.
Sebaliknya, dia menyarankan bahwa anak-anak perlu belajar untuk mengalami kebosanan tanpa beralih ke makanan dan bahwa orangtua dapat mencoba mengalihkan perhatian anak mereka dari makanan ketika merasa bosan atau menata ulang lingkungan makanan di rumah untuk memperkecil kemungkinan anak-anak beralih ke makanan ketika mereka merasa bosan.
Profesor Farrow menambahkan, biasanya anak-anak cenderung beralih ke makanan ketika bosan dan beberapa anak lebih cenderung melakukan hal ini dibandingkan yang lain. Ini adalah penelitian pertama yang menguji hal ini secara eksperimental di laboratorium.
“Meskipun tampaknya ada perbedaan individu antara anak-anak dalam hal makan ketika bosan, akan sangat membantu jika kita mengetahui bahwa praktik pemberian makan yang dilakukan orang dewasa di sekitar makanan mungkin menentukan kemungkinan terjadinya hal ini,” ujarnya.
(tdy)