Awas! Bekerja Terlalu Keras Bisa Picu Penyakit Jantung
loading...
A
A
A
JAKARTA - Sebuah studi menemukan bahwa bekerja terlalu keras bisa memicu penyakit jantung . Tuntutan jadwal kerja yang tiada henti dan gaya hidup yang sibuk dapat memberikan tekanan yang signifikan pada sistem kardiovaskular, yang dapat berdampak buruk pada kesehatan jantung.
Di era di mana pencapaian profesional dan kemajuan karier sangat dijunjung tinggi, tekanan untuk sukses bisa sangat besar dan orang-orang terlalu berkomitmen terhadap tanggung jawab pekerjaan. Ketidakseimbangan antara stres akibat pekerjaan dan kesehatan dapat meningkatkan risiko masalah jantung.
Dilansir dari Times of India, Minggu (29/10/2023) salah satu cara utama kerja berlebihan memengaruhi jantung adalah melalui peningkatan tingkat stres. Terlalu banyak bekerja dapat menyebabkan stres kronis, memicu pelepasan hormon stres seperti kortisol dan adrenalin.
Paparan hormon ini dalam waktu lama dapat meningkatkan tekanan darah dan kadar kolesterol, yang keduanya merupakan faktor risiko penyakit jantung. Oleh karena itu, penting untuk memiliki keseimbangan kehidupan kerja yang stabil sehingga tingkat stres tidak melebihi batas, yang menyebabkan risiko jantung jangka panjang.
Foto/Infografis SINDOnews
Selain itu, jam kerja yang panjang seringkali menyisakan sedikit atau bahkan tidak ada waktu sama sekali untuk berolahraga atau menjalani gaya hidup aktif yang merupakan komponen kunci kesehatan jantung. Gaya hidup yang tidak banyak bergerak dikaitkan dengan obesitas, diabetes, dan penyakit kardiovaskular.
Ketika tuntutan pekerjaan membatasi kesempatan untuk melakukan aktivitas fisik secara teratur, hal ini dapat memicu berbagai masalah yang berhubungan dengan jantung. Hal ini juga memerlukan keseimbangan kehidupan kerja yang aktif sehingga seseorang dapat memprioritaskan kesehatan fisik.
Tuntutan pekerjaan yang tiada henti dapat memengaruhi pilihan pola makan, yang seringkali berujung pada kebiasaan makan yang buruk. Pilihan makanan yang cepat, nyaman, dan seringkali tidak sehat dalam bentuk pilihan dibawa pulang atau diantar menjadi hal yang biasa.
Makanan ini tinggi kalori, lemak dan gula tidak sehat dengan protein, serat, atau karbohidrat sehat yang hampir dapat diabaikan. Pola makan ini dapat berkontribusi terhadap obesitas dan masalah terkait jantung lainnya.
Di era di mana pencapaian profesional dan kemajuan karier sangat dijunjung tinggi, tekanan untuk sukses bisa sangat besar dan orang-orang terlalu berkomitmen terhadap tanggung jawab pekerjaan. Ketidakseimbangan antara stres akibat pekerjaan dan kesehatan dapat meningkatkan risiko masalah jantung.
Dilansir dari Times of India, Minggu (29/10/2023) salah satu cara utama kerja berlebihan memengaruhi jantung adalah melalui peningkatan tingkat stres. Terlalu banyak bekerja dapat menyebabkan stres kronis, memicu pelepasan hormon stres seperti kortisol dan adrenalin.
Paparan hormon ini dalam waktu lama dapat meningkatkan tekanan darah dan kadar kolesterol, yang keduanya merupakan faktor risiko penyakit jantung. Oleh karena itu, penting untuk memiliki keseimbangan kehidupan kerja yang stabil sehingga tingkat stres tidak melebihi batas, yang menyebabkan risiko jantung jangka panjang.
Foto/Infografis SINDOnews
Selain itu, jam kerja yang panjang seringkali menyisakan sedikit atau bahkan tidak ada waktu sama sekali untuk berolahraga atau menjalani gaya hidup aktif yang merupakan komponen kunci kesehatan jantung. Gaya hidup yang tidak banyak bergerak dikaitkan dengan obesitas, diabetes, dan penyakit kardiovaskular.
Ketika tuntutan pekerjaan membatasi kesempatan untuk melakukan aktivitas fisik secara teratur, hal ini dapat memicu berbagai masalah yang berhubungan dengan jantung. Hal ini juga memerlukan keseimbangan kehidupan kerja yang aktif sehingga seseorang dapat memprioritaskan kesehatan fisik.
Tuntutan pekerjaan yang tiada henti dapat memengaruhi pilihan pola makan, yang seringkali berujung pada kebiasaan makan yang buruk. Pilihan makanan yang cepat, nyaman, dan seringkali tidak sehat dalam bentuk pilihan dibawa pulang atau diantar menjadi hal yang biasa.
Makanan ini tinggi kalori, lemak dan gula tidak sehat dengan protein, serat, atau karbohidrat sehat yang hampir dapat diabaikan. Pola makan ini dapat berkontribusi terhadap obesitas dan masalah terkait jantung lainnya.