Mengintip Perkampungan Jateng di Sarawak Malaysia, Kental Budaya Jawa
loading...
A
A
A
JAKARTA - Sarawak yang dijulukan Bumi Kenyalang merupakan negara bagian Malaysia. Namun, yang menarik, terdapat perkampungan unik yang kental dengan budaya Jawa.
Dikutip akun YouTube @kacongexplorel, Sabtu (18/11/2023), perkampungan ini dipercaya sudah ada sejak kolonialisme bangsa Eropa ke tanah Jawa, di mana program migrasi yang dirancang orang Eropa ke Jawa untuk dijadikan pekerja usaha mereka, baik di perkebunan atau pekerjaan lainnya di zaman itu.
Sebenarnya program transmigrasi tersebut bukanlah kebijakan yang benar-benar baru. Jauh sebelumnya, masyarakat Jawa ini juga sudah melakukan migrasi ke luar pulau demi mencari penghidupan yang lebih baik. Salah satu tujuan mereka adalah Sumatra.
Alasannya adalah ditemukan banyak perkebunan swasta Eropa yang di buka di sana yang pastinya juga membutuhkan lebih banyak buruh.
Awalnya sekadar memenuhi kebutuhan buruh perkebunan di Sumatera, tetapi para pekera justru diboyong sampai ke Malaysia hingga Suriname oleh perusahaan eropa terutama Inggris. Diaspora orang Jawa ke Negeri Jiran-Malaysia sudah terjadi sejak 1870. Salah Satunya Diaspora dan Migrasi ke Tanah Borneo, tepatnya di Kuching Sarawak Malaysia.
Menapaki jalanan aspal di kampung ini, Anda bisa melihat vegatasi hijau di bagian kanan dan kiri jalan yang tumbuh begitu subur. Adapun pepohonan besar yang buat suasana makin segar.
Nama kampung Jawa ini adalah Kampung Sri Arjuna, lorong 16. Berjalan menuju pemukiman warga, pemandangan hijau tak henti-hentinya terlihat. Hampir setiap warga memiliki pekarangan rumah yang ditanami bunga hingga sayur dan juga buah-buahan.
“Orang Jawa Asli, masih ada aktivitas membuat gambang pun masih terus dilakukan. Gamelan, wayang kulit pun masih ada,” ujar seorang pria dari kampung Jawa yang tidak diketahui namanya.
Kebanyakkan masyarakat yang kini menetap di kampung Jawa adalah keturunan dari orang-orang Jawa Asli yang berasal dari Jawa Tengah, namun sudah jarang bahkan tidak pernah ada yang kembali ke kampung halaman mereka.
“Kita pun gak pernah ke Indonesia, hanya orangtua saja dulunya. Mungkin sudah putus persaudaraan,” jelas pria tersebut.
Bahasa yang digunakan oleh warga di kampung ini pun adalah percampuran dari bahasa Jawa dan Melayu.
Dikutip akun YouTube @kacongexplorel, Sabtu (18/11/2023), perkampungan ini dipercaya sudah ada sejak kolonialisme bangsa Eropa ke tanah Jawa, di mana program migrasi yang dirancang orang Eropa ke Jawa untuk dijadikan pekerja usaha mereka, baik di perkebunan atau pekerjaan lainnya di zaman itu.
Sebenarnya program transmigrasi tersebut bukanlah kebijakan yang benar-benar baru. Jauh sebelumnya, masyarakat Jawa ini juga sudah melakukan migrasi ke luar pulau demi mencari penghidupan yang lebih baik. Salah satu tujuan mereka adalah Sumatra.
Alasannya adalah ditemukan banyak perkebunan swasta Eropa yang di buka di sana yang pastinya juga membutuhkan lebih banyak buruh.
Awalnya sekadar memenuhi kebutuhan buruh perkebunan di Sumatera, tetapi para pekera justru diboyong sampai ke Malaysia hingga Suriname oleh perusahaan eropa terutama Inggris. Diaspora orang Jawa ke Negeri Jiran-Malaysia sudah terjadi sejak 1870. Salah Satunya Diaspora dan Migrasi ke Tanah Borneo, tepatnya di Kuching Sarawak Malaysia.
Suasana Perkampungan Jawa di Sarawak
Tak jauh berbeda dengan perkampungan pada umumnya, kampung Jawa di Sarawak ini menawarkan suasana yang asri dan juga sunyi.Menapaki jalanan aspal di kampung ini, Anda bisa melihat vegatasi hijau di bagian kanan dan kiri jalan yang tumbuh begitu subur. Adapun pepohonan besar yang buat suasana makin segar.
Nama kampung Jawa ini adalah Kampung Sri Arjuna, lorong 16. Berjalan menuju pemukiman warga, pemandangan hijau tak henti-hentinya terlihat. Hampir setiap warga memiliki pekarangan rumah yang ditanami bunga hingga sayur dan juga buah-buahan.
Kebudayaan Jawa di Kota Sarawak
Tak hanya lahir, tinggal, dan menetap saja, kebudayaan Jawa pun masih terus ditumbuhkan dan berkembang di kampung Sri Arjuna.“Orang Jawa Asli, masih ada aktivitas membuat gambang pun masih terus dilakukan. Gamelan, wayang kulit pun masih ada,” ujar seorang pria dari kampung Jawa yang tidak diketahui namanya.
Kebanyakkan masyarakat yang kini menetap di kampung Jawa adalah keturunan dari orang-orang Jawa Asli yang berasal dari Jawa Tengah, namun sudah jarang bahkan tidak pernah ada yang kembali ke kampung halaman mereka.
“Kita pun gak pernah ke Indonesia, hanya orangtua saja dulunya. Mungkin sudah putus persaudaraan,” jelas pria tersebut.
Bahasa yang digunakan oleh warga di kampung ini pun adalah percampuran dari bahasa Jawa dan Melayu.
(tdy)