Tragis! Staf WHO di Gaza Ini Meninggal Dunia Akibat Rumahnya Dibom
loading...
A
A
A
GAZA - Kabar duka dari Gaza, Palestina, yang begitu menyayat hati terus saja bermunculan. Kali ini kabar itu datang dari WHO yang mengumumkan kematian salah satu stafnya di Gaza.
Dima Abdullatif Mohammed Alhaj meninggal pada 21 November 2023 waktu setempat. Dia meninggal dunia lantaran rumah orang tuanya di Gaza selatan, tempat dia mengungsi dari Kota Gaza, dibom.
Tak hanya sendirian, Dima dibunuh secara tragis bersama suami, bayi laki-laki mereka yang berusia enam bulan, dan dua saudara laki-lakinya. Selain itu, lebih dari 50 anggota keluarga dan masyarakat yang berlindung di rumah yang sama pun meninggal.
Wanita 29 tahun itu telah bergabung dengan WHO sejak Desember 2019. Dia bekerja sebagai administrator pasien di Pusat Rekonstruksi Anggota Badan, bagian penting dari Tim Trauma dan Darurat WHO.
Dokter Rik Peeperkorn, perwakilan WHO di wilayah pendudukan Palestina, mengungkapkan bahwa kepergian Dima menjadi pukulan besar untuk WHO, terutama di wilayah pendudukan Palestina. Bahkan, ayah Dima merupakan spesialis medis yang cukup lama mengabdi di Gaza.
Seluruh staf WHO bersama keluarga Dima dan rekan-rekannya di wilayah pendudukan Palestina, Kantor Regional untuk Mediterania Timur, dan seluruh organisasi, berduka atas kepergiannya.
"Dia adalah orang yang luar biasa dengan senyum cerah, ceria, positif, penuh hormat. Dia adalah pemain tim sejati. Pekerjaannya sangat penting, dan dia diminta untuk mengambil lebih banyak tanggung jawab untuk mendukung sub-kantor dan tim di Gaza," ujar dr. Rik Peeperkorn, dikutip dari laman resmi WHO, Rabu (22/11/2023).
"Ini merupakan kehilangan yang sangat menyakitkan bagi kita semua. Kami menyampaikan belasungkawa terdalam kami kepada ibu dan ayahnya (seorang spesialis medis yang telah lama mengabdi di Gaza), keluarganya, dan banyak temannya," tambahnya.
Kematian Dima seolah kembali menjadi pengingat bahwa kekejaman ini harus segera diakhiri. Sehingga ke depannya tak terjadi lagi warga sipil meninggal di rumah mereka, di tempat kerja mereka, saat mengungsi, saat berlindung di sekolah, saat dirawat di rumah sakit.
WHO pun menuliskan pesan agar pihak-pihak yang berwenang segera mengambil tindakan tegas untuk menghentikan peristiwa memilukan ini.
Dima Abdullatif Mohammed Alhaj meninggal pada 21 November 2023 waktu setempat. Dia meninggal dunia lantaran rumah orang tuanya di Gaza selatan, tempat dia mengungsi dari Kota Gaza, dibom.
Tak hanya sendirian, Dima dibunuh secara tragis bersama suami, bayi laki-laki mereka yang berusia enam bulan, dan dua saudara laki-lakinya. Selain itu, lebih dari 50 anggota keluarga dan masyarakat yang berlindung di rumah yang sama pun meninggal.
Wanita 29 tahun itu telah bergabung dengan WHO sejak Desember 2019. Dia bekerja sebagai administrator pasien di Pusat Rekonstruksi Anggota Badan, bagian penting dari Tim Trauma dan Darurat WHO.
Dokter Rik Peeperkorn, perwakilan WHO di wilayah pendudukan Palestina, mengungkapkan bahwa kepergian Dima menjadi pukulan besar untuk WHO, terutama di wilayah pendudukan Palestina. Bahkan, ayah Dima merupakan spesialis medis yang cukup lama mengabdi di Gaza.
Seluruh staf WHO bersama keluarga Dima dan rekan-rekannya di wilayah pendudukan Palestina, Kantor Regional untuk Mediterania Timur, dan seluruh organisasi, berduka atas kepergiannya.
"Dia adalah orang yang luar biasa dengan senyum cerah, ceria, positif, penuh hormat. Dia adalah pemain tim sejati. Pekerjaannya sangat penting, dan dia diminta untuk mengambil lebih banyak tanggung jawab untuk mendukung sub-kantor dan tim di Gaza," ujar dr. Rik Peeperkorn, dikutip dari laman resmi WHO, Rabu (22/11/2023).
Baca Juga
"Ini merupakan kehilangan yang sangat menyakitkan bagi kita semua. Kami menyampaikan belasungkawa terdalam kami kepada ibu dan ayahnya (seorang spesialis medis yang telah lama mengabdi di Gaza), keluarganya, dan banyak temannya," tambahnya.
Kematian Dima seolah kembali menjadi pengingat bahwa kekejaman ini harus segera diakhiri. Sehingga ke depannya tak terjadi lagi warga sipil meninggal di rumah mereka, di tempat kerja mereka, saat mengungsi, saat berlindung di sekolah, saat dirawat di rumah sakit.
WHO pun menuliskan pesan agar pihak-pihak yang berwenang segera mengambil tindakan tegas untuk menghentikan peristiwa memilukan ini.
(tsa)