Geliat Positif Film Indonesia

Minggu, 10 Desember 2017 - 13:00 WIB
Geliat Positif Film Indonesia
Geliat Positif Film Indonesia
A A A
FILM Indonesia tengah berkembang pesat dan memasuki masa puncak. Hal tersebut diakui pengamat perfilman Yan Wijaya. Tahun 2016 merupakan titik tertinggi untuk film nasional. Tahun ini masih sangat baik, walaupun belum melampaui pencapaian tahun lalu.

Yan menyebut, ada 10 film Indonesia yang menjadi box office atau ditonton lebih dari 1 juta penonton pada 2016. Untuk tahun ini baru tujuh film box office, ada kemungkinan akan menjadi delapan judul film. Memang masih kalah, namun Yan melihat perkembangan film Indonesia akan semakin baik. Secara kuantitas Yan memprediksi akan ada 140-150 film yang akan diproduksi oleh sineas lokal tahun depan. Dia berharap jumlah film meningkat, diiringi mutu film yang juga semakin baik.

"Banyak produser baru yang mencoba-coba buat film. Mereka masih mengikuti selera pasar, tapi harus sadarjuga selera masyarakat sudah lebih baik, jadi tidak boleh asal saja," ujar Yan.

Yan melihat fenomena baru yang dapat memajukan film Indonesia, yakni kemunculan penulis skenario, sutradara, dan produser muda berbakat. Film mereka juga sukses menjadi favorit seiring mereka yang tengah menjadi idola. Sebut saja Raditya Dika, Ernest Prakarsa, dan yang kini baru memulai Soleh Solihun dan Pandji Pragiwaksono. Genre mereka sama, yakni komedi karena mereka bagian dari stand up comedian, namun mereka membuat drama komedi menjadi punya warna sendiri khas anak masa kini.

Sineas yang rajin membuat film bagus pun semakin konsisten. Hanung Bramantyo dinilai tidak pernah hilang semangat untuk memajukan film Indonesia. Tahun ini Yan juga sangat mengapresiasi Joko Anwar yang akhirnya sukses membuat film yang bukan hanya berkualitas, namun disukai penonton hingga menjadi box office, yakni Pengabdi Setan.

Untuk membuat industri film nasional semakin berkembang memang dibutuhkan sineas yang serius untuk membuat film bermutu. Sineas-sineas tersebut memang sangat jarang membuat film, bukan setiap tahun berkarya. "Mira Lesmana dan Nia Dinata merupakan sineas yang sangat serius ingin berkarya sehingga membutuhkan banyak pertimbangan untuk membuat film," ujar Yan.

Potensi film Indonesia bersaing di kancah internasional sangat besar. Namun agar film lokal dapat menembus kancah global, Yan menyarankan agar membawa ciri khas Indonesia. Penonton menyukai sesuatu yang baru sehingga akan lebih mudah menarik perhatian dunia.

Corporate Secretary Cinema 21 Catherine Keng setuju industri film Indonesia mengalami perkembangan yang cukup positif sejak tahun lalu. "Tahun ini film-film yang tayang di bioskop secara nilai produksi juga membaik sehingga secara jumlah penonton mengalami sedikit peningkatan," ungkap Catherine.

Namun, dia pun punya kritik karena sering kali industri film dalam negeri "latah" jika ada satu film yang laku dan berhasil yang lain ikut dan tanpa memperhatikan nilai produksi, istilahnya asal bikin. Catherine menilai penonton kini sudah makin pintar. Kalau film yang asal bikin tidak akan dapat penilaian yang baik. Penonton kecewa dan film Indonesia ditinggalkan.

"Bukan saja satu atau dua judul film yang ditinggal penonton, tapi image film Indonesia secara keseluruhan akan rusak. Jangan sampai itu terjadi lagi," harapnya.

Dia mengingatkan, pembuat film maupun bioskop sama-sama punya tanggung jawab untuk menampilkan film yang diproduksi dengan baik dan benar. Karena itu, Catherine menegaskan, pihak bioskop juga melakukan seleksi, hak penonton diutamakan. Para penonton berhak mendapatkan tontonan yang diproduksi dengan baik dan benar.

Mengenai prospek film Indonesia Catherine juga optimistis akan semakin meningkat setiap tahunnya. Dalam dua tahun belakangan ini film Indonesia berkembang sangat baik, market share semakin tahun makin bertambah. Catherine mengajak agar semua pihak terkait dapat menjaga momentum ini bersama. Cinema 21 sangat mendukung perkembangan film nasional, langkah serius yang dilakukan dengan menyeleksi film dalam negeri yang tayang.

Bukan hanya itu, komitmen Cinema 21 untuk membangun lebih banyak lagi bioskop di daerah Pulau Jawa. "Supaya penonton tidak kecewa dan film dalam negeri tetap dipercaya penonton. Bioskop banyak agar film Indonesia dapat tersebar secara baik dapat dinikmati seluruh masyarakat," ucapnya.

Di tengah arus digital dengan banyaknya platform bioskop digital, Cinema 21 pun masih yakin penonton banyak yang mencari pengalaman menonton dengan layar lebar, suara dan gambar tajam. Hal tersebut masih bisa didapatkan hanya di bioskop. Tantangan ini tentu terjadi di bioskop di seluruh dunia, bukan hanya di Indonesia. Maka, Cinema 21 selalu memberikan fasilitas terbaik dengan harga terjangkau agar penonton mendapatkan pengalaman menonton yang tidak terlupakan.

Selain itu, Cinema 21 menayangkan film yang diminati penonton, supaya penonton tetap tertarik ke bioskop. Guna mendukung industri perfilman di Indonesia, pihak bioskop dan sineas harus bekerja sama. Industri perfilman merupakan sebuah ekosistem, dari hulu sampai hilir.
Cinema 21 sebagai pihak bioskop merupakan penyedia infrastruktur untuk menampilkan, production house sebagai penyedia konten dan pemerintah sebagai pengayom dengan kebijakan dan peraturan yang dibuat. Pihak-pihak itu tidak boleh melupakan satu hal lagi, pihak yang paling penting ialah penonton.
(amm)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.4834 seconds (0.1#10.140)