Keren! Siti Atikoh Gunakan Bahasa Jepang dan Inggris Depan Mahasiswa UNS
loading...
A
A
A
JAKARTA - Siti Atikoh Supriyanti menggunakan bahasa Inggris dan Jepang saat menghadiri acara ASJI Annual, International Symposium and Seminar on Japanese Studies in Indonesia di Universitas Sebelas Maret atau UNS, Surakarta, Jawa Tengah, Kamis (7/12/2023).
Dalam pidatonya, Atikoh mengatakan Jepang dan Indonesia memiliki hubungan diplomasi yang baik dan ikatan kuat. Dia pun memaparkan empat potensi kerja sama. Pernyataan Siti Atikoh ini langsung membuat riuh peserta yang hadir.
Kehadiran Atikoh ini sebagai Dewan Kehormatan Asosiasi Studi Jepang di Indonesia (ASJI) itu kemudian menceritakan hubungan Jepang-Indonesia yang erat.
"Saat kita menghadapi berbagai tantangan, seperti bencana alam, pandemi, dan ketidakpastian ekonomi, kita harus bekerja sama untuk mengatasi permasalahan ini dan memastikan kesejahteraan warga negara kita," ungkap Atikoh.
Istri calon presiden Ganjar Pranowo itu kemudian menyampaikan empat sektor yang potensial kerja sama. Yakni kesehatan, kebencanaan, stabilitas ekonomi dan kesetaraan gender.
Menurutnya, baik Jepang maupun Indonesia, Atikoh mengatakan, sama-sama rentan terhadap gempa bumi, tsunami, dan bencana alam lainnya.
"Dengan berbagi pengetahuan, keahlian, dan praktik terbaik, kita dapat meningkatkan sistem manajemen bencana dan meminimalkan dampaknya terhadap masyarakat," ujarnya
Lebih lanjut Atokoh mengatakan Jepang-Indonesia punya potensi kerja sama di sektor kesehatan. Menurutnya, Jepang merupakan negara terdepan dalam kemajuan dan teknologi medis.
"Dengan membina kemitraan dalam penelitian, pengembangan, dan infrastruktur layanan kesehatan, kita dapat memperkuat sistem layanan kesehatan kita dan memastikan tidak ada seorang pun yang tertinggal di saat krisis," katanya.
Selain itu, sambung Atikoh, Jepang-Indonesia juga potensial dalam kerja sama terkait stabilitas ekonomi. Baik Jepang maupun Indonesia, memiliki perekonomian yang dinamis dan berkontribusi signifikan terhadap pertumbuhan kawasan.
"Mempromosikan perdagangan, investasi, dan kerja sama teknologi dapat menciptakan peluang ekonomi yang berkelanjutan dan inklusif bagi masyarakat kita," ujar dia.
Poin terakhir, Atikoh mengatakan Jepang-Indonesia punya kesamaan isu kesetaraan gender dan pemberdayaan perempuan.
"Masih banyak pekerjaan yang harus dilakukan. Dengan berbagi pengalaman, praktik terbaik, dan kebijakan, kita dapat menciptakan lingkungan yang memungkinkan perempuan berpartisipasi penuh dalam semua aspek masyarakat. Perlu diingat, Ketika perempuan diberdayakan, masyarakat akan berkembang dan keamanan manusia akan menguat," tegasnya.
Atikoh kembali memakai bahasa Jepang untuk menutup sambutannya. Dia menyampaikan ucapan terima kasihnya kepada para tamu yang hadir dalam kesempatan tersebut.
Sebagai informasi, Atikoh Ganjar pernah mengenyam studi Strata 2 (S2) di Universitas Tokyo dengan mengambil jurusan kebijakan publik. University of Tokyo didirikan pada 1877.
University of Tokyo dianggap sebagai universitas paling selektif dan bergengsi di Jepang, serta termasuk salah satu universitas terbaik di dunia. Pada 2021, tercatat ada 17 perdana menteri Jepang lulusan dari kampus tersebut.
Dalam pidatonya, Atikoh mengatakan Jepang dan Indonesia memiliki hubungan diplomasi yang baik dan ikatan kuat. Dia pun memaparkan empat potensi kerja sama. Pernyataan Siti Atikoh ini langsung membuat riuh peserta yang hadir.
Kehadiran Atikoh ini sebagai Dewan Kehormatan Asosiasi Studi Jepang di Indonesia (ASJI) itu kemudian menceritakan hubungan Jepang-Indonesia yang erat.
"Saat kita menghadapi berbagai tantangan, seperti bencana alam, pandemi, dan ketidakpastian ekonomi, kita harus bekerja sama untuk mengatasi permasalahan ini dan memastikan kesejahteraan warga negara kita," ungkap Atikoh.
Istri calon presiden Ganjar Pranowo itu kemudian menyampaikan empat sektor yang potensial kerja sama. Yakni kesehatan, kebencanaan, stabilitas ekonomi dan kesetaraan gender.
Menurutnya, baik Jepang maupun Indonesia, Atikoh mengatakan, sama-sama rentan terhadap gempa bumi, tsunami, dan bencana alam lainnya.
"Dengan berbagi pengetahuan, keahlian, dan praktik terbaik, kita dapat meningkatkan sistem manajemen bencana dan meminimalkan dampaknya terhadap masyarakat," ujarnya
Lebih lanjut Atokoh mengatakan Jepang-Indonesia punya potensi kerja sama di sektor kesehatan. Menurutnya, Jepang merupakan negara terdepan dalam kemajuan dan teknologi medis.
"Dengan membina kemitraan dalam penelitian, pengembangan, dan infrastruktur layanan kesehatan, kita dapat memperkuat sistem layanan kesehatan kita dan memastikan tidak ada seorang pun yang tertinggal di saat krisis," katanya.
Selain itu, sambung Atikoh, Jepang-Indonesia juga potensial dalam kerja sama terkait stabilitas ekonomi. Baik Jepang maupun Indonesia, memiliki perekonomian yang dinamis dan berkontribusi signifikan terhadap pertumbuhan kawasan.
"Mempromosikan perdagangan, investasi, dan kerja sama teknologi dapat menciptakan peluang ekonomi yang berkelanjutan dan inklusif bagi masyarakat kita," ujar dia.
Poin terakhir, Atikoh mengatakan Jepang-Indonesia punya kesamaan isu kesetaraan gender dan pemberdayaan perempuan.
"Masih banyak pekerjaan yang harus dilakukan. Dengan berbagi pengalaman, praktik terbaik, dan kebijakan, kita dapat menciptakan lingkungan yang memungkinkan perempuan berpartisipasi penuh dalam semua aspek masyarakat. Perlu diingat, Ketika perempuan diberdayakan, masyarakat akan berkembang dan keamanan manusia akan menguat," tegasnya.
Atikoh kembali memakai bahasa Jepang untuk menutup sambutannya. Dia menyampaikan ucapan terima kasihnya kepada para tamu yang hadir dalam kesempatan tersebut.
Sebagai informasi, Atikoh Ganjar pernah mengenyam studi Strata 2 (S2) di Universitas Tokyo dengan mengambil jurusan kebijakan publik. University of Tokyo didirikan pada 1877.
University of Tokyo dianggap sebagai universitas paling selektif dan bergengsi di Jepang, serta termasuk salah satu universitas terbaik di dunia. Pada 2021, tercatat ada 17 perdana menteri Jepang lulusan dari kampus tersebut.
(tdy)