3 Perbedaan Operasi ERACS dan Caesar Biasa, Ibu Hamil Harus Tahu!

Rabu, 03 Januari 2024 - 10:21 WIB
loading...
3 Perbedaan Operasi...
Ada beberapa perbedaan operasi ERACS dan caesar biasa. Dua metode persalinan tersebut memang lazim dilakukan belakangan ini. Foto Ilustrasi/iStock
A A A
JAKARTA - Ada beberapa perbedaan operasi ERACS dan caesar biasa. Dua metode persalinan tersebut memang lazim dilakukan belakangan ini.

Bahkan metode persalinan ERACS saat ini cukup digandrungi. Hal utama yang menjadi alasan untuk melakukan persalinan dengan operasi ERACS adalah, metode tersebut bisa mempercepat pemulihan bagi ibu pascamelahirkan.

ERACS merupakan singkatan dari Enhanced Recovery After Caesarean Surgery. Awalnya, metode tersebut digunakan untuk mempercepat proses penyembuhan pasien bedah rawat jalan. Metode ini berguna untuk meningkatkan kontrol nyeri serta mengurangi mual dan muntah pascaoperasi.



Dengan begitu, pasien yang telah menjalani operasi bedah tidak perlu perawatan di rumah sakit lebih lama. Metode tersebut mulai diterapkan untuk wanita yang melahirkan melalui operasi caesar pada 2018. Hal tersebut bertujuan agar ibu yang baru saja melahirkan bisa cepat pulih dan dapat berfokus untuk merawat bayi.

Lantas, apa perbedaan antara operasi ERACS dan caesar biasa yang sudah dilakukan sejak lama? Berikut informasinya, yang dirangkum pada Rabu (3/1/2024).

Perbedaan Operasi ERACS dan Caesar Biasa

1. Waktu Puasa

Pada operasi caesar biasa atau konvensional, ibu hamil umumnya diwajibkan berpuasa atau dilarang makan dan minum apa pun selama 8 jam sebelum operasi. Sedangkan dengan metode persalinan ERACS, ibu hamil masih boleh mengonsumsi makanan ringan 6 jam sebelum operasi.

Tidak hanya itu, ibu hamil juga masih bisa minum air putih, jus, atau minuman yang mengandung gula 2 jam sebelum operasi.

2. Rasa Sakit Pascaoperasi

Metode persalinan ERACS telah terbukti lebih efektif dalam meminimalkan rasa sakit pascaoperasi. Berikut adalah beberapa hal yang dapat memengaruhi berkurangnya rasa sakit setelah operasi.

- Pemberian obat antiinflamasi non-steroid dan obat pereda nyeri non-opioid terjadwal, baik yang diminum maupun melalui cairan infus.

- Pemberian obat nyeri long-acting dosis kecil pada tulang belakang saat operasi.

- Penyuntikan anestesi saat operasi dilakukan dengan jarum spinal berukuran kecil.

- Penggabungan poin-poin di atas bisa mengurangi pemberian obat opioid setelah operasi hingga sebesar 30-50%. Hal ini berguna untuk mempercepat hilangnya rasa sakit pascaoperasi, sekaligus menurunkan risiko ibu hamil mengalami kelelahan, mual, dan sembelit pascaoperasi.
Halaman :
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.2253 seconds (0.1#10.140)