7 Hal yang Tidak Boleh Dikatakan saat Bertengkar dengan Pasangan
loading...
A
A
A
Menghindari kata-kata ini memungkinkan terjadinya dialog yang lebih saling menghormati yang berfokus pada pencarian solusi daripada menyoroti kesalahan masa lalu.
Meski niatnya baik, mengatakan tenang sering kali membuat perasaan orang lain tidak valid. Hal ini menyiratkan bahwa emosi mereka tidak beralasan atau tidak rasional, sehingga dapat meningkatkan ketegangan. Sebaliknya, menawarkan dukungan dan memvalidasi emosi akan membantu menciptakan ruang aman untuk dialog terbuka.
Sebaliknya, mengakui perasaan mereka dan memberikan kepastian akan menumbuhkan lingkungan yang kondusif untuk menyelesaikan konflik secara konstruktif.
Mengabaikan emosi seseorang sebagai sesuatu yang berlebihan berarti meremehkan perasaan dan pengalamannya. Hal ini dapat membuat mereka merasa disalahpahami atau tidak diakui, sehingga memperburuk konflik.
Daripada meredam emosi mereka, memvalidasi perasaan mereka dengan menunjukkan empati dan pengertian akan membuka jalan untuk saling menghormati dan menyelesaikan masalah.
Mengungkit keluhan di masa lalu saat berargumentasi akan mengalihkan fokus dari penyelesaian masalah saat ini ke mengulangi konflik lama. Hal ini mengganggu jalan menuju penyelesaian dan memperpanjang perdebatan dengan mengobarkan kembali ketegangan yang belum terselesaikan.
Sebaliknya, tetap fokus pada masalah saat ini akan memfasilitasi percakapan yang lebih produktif, menghindari jalan memutar yang tidak perlu yang dapat memperburuk situasi.
Menutup komunikasi secara tiba-tiba selama pertengkaran akan menghambat peluang penyelesaian. Ini menunjukkan ketidaktertarikan dalam menemukan titik temu atau memahami sudut pandang orang lain.
Melanjutkan dialog, meskipun terhenti sementara, memungkinkan adanya kemungkinan untuk meninjau kembali permasalahan ini dengan perspektif yang lebih tenang. Sehingga membuka jalan bagi penyelesaian konflik yang konstruktif.
4. Tenang
Meski niatnya baik, mengatakan tenang sering kali membuat perasaan orang lain tidak valid. Hal ini menyiratkan bahwa emosi mereka tidak beralasan atau tidak rasional, sehingga dapat meningkatkan ketegangan. Sebaliknya, menawarkan dukungan dan memvalidasi emosi akan membantu menciptakan ruang aman untuk dialog terbuka.
Sebaliknya, mengakui perasaan mereka dan memberikan kepastian akan menumbuhkan lingkungan yang kondusif untuk menyelesaikan konflik secara konstruktif.
5. Kamu Bereaksi Berlebihan
Mengabaikan emosi seseorang sebagai sesuatu yang berlebihan berarti meremehkan perasaan dan pengalamannya. Hal ini dapat membuat mereka merasa disalahpahami atau tidak diakui, sehingga memperburuk konflik.
Daripada meredam emosi mereka, memvalidasi perasaan mereka dengan menunjukkan empati dan pengertian akan membuka jalan untuk saling menghormati dan menyelesaikan masalah.
6. Ini Seperti saat
Mengungkit keluhan di masa lalu saat berargumentasi akan mengalihkan fokus dari penyelesaian masalah saat ini ke mengulangi konflik lama. Hal ini mengganggu jalan menuju penyelesaian dan memperpanjang perdebatan dengan mengobarkan kembali ketegangan yang belum terselesaikan.
Sebaliknya, tetap fokus pada masalah saat ini akan memfasilitasi percakapan yang lebih produktif, menghindari jalan memutar yang tidak perlu yang dapat memperburuk situasi.
7. Aku Sudah Selesai Bicara
Menutup komunikasi secara tiba-tiba selama pertengkaran akan menghambat peluang penyelesaian. Ini menunjukkan ketidaktertarikan dalam menemukan titik temu atau memahami sudut pandang orang lain.
Melanjutkan dialog, meskipun terhenti sementara, memungkinkan adanya kemungkinan untuk meninjau kembali permasalahan ini dengan perspektif yang lebih tenang. Sehingga membuka jalan bagi penyelesaian konflik yang konstruktif.