Chrisye, Sang Legenda Musik Tanah Air yang Akan terus Bercahaya

Rabu, 04 April 2018 - 19:59 WIB
Chrisye, Sang Legenda Musik Tanah Air yang Akan terus Bercahaya
Chrisye, Sang Legenda Musik Tanah Air yang Akan terus Bercahaya
A A A
JAKARTA - Berpulangnya Chrismansyah Rahadi atau yang akrab disapa Chrisye pada 30 Maret 2007 dalam usia 57 tahun membuat penikmat musik Tanah Air kehilangan sosok legendaris ini. Meski telah 11 tahun berlalu, nama serta karya monumentalnya seperti tak pernah pudar ditelan zaman dari belantika musik Indonesia karena selalu memberikan goresan kenangan tersendiri bagi penggemarnya.

Sejauh ini, tak ada musisi lain yang menyamai catatan prestasi dan karyanya sebagai musisi dalam kurun satu dekade terakhir. Lewat torehan 31 album termasuk dengan Guruh Gipsy, 21 album studio, dan sembilan album kompilasi, memang membuatnya layak menyandang predikat sebagai legenda musik Tanah Air. Spirit bermusik solois yang lahir dengan nama Christian Rahadi di Jakarta pada 16 September 1949 ini seolah terus hidup.

Dari berbagai sumber, perjalanan karier sebagai musisi mulai dirintis pada dekade1960-an, dimana Chrisye pun bergabung menjadi anggota band bernama Sabda Nada yang kemudian berganti nama menjadi Gipsy. Singkat cerita, Chrisye sempat pergi ke New York untuk bermusik. Sekembalinya ke Indonesia, dia membuat album Guruh Gipsy bersama bandnya dan Guruh Soekarno Putra pada 1976.

Meski masuk ke dunia musik lewat bermain bass, karier bernyanyi dan kepopuleran Chrisye di jagat musik pop terjadi ketika pada 1977 dia menjadi penyanyi lagu Lilin-Lilin Kecil karya James F. Sundah di ajang Lomba Cipta Lagu Remaja 1977 yang dibuat oleh Radio Prambors. Lewat Lilin-Lilin Kecil, nama Chrisye pun melambung.

Setelahnya, bersama Yockie Suryo Prayogo sebagai pengarah musik, Chrisye merilis album debutnya, Jurang Pemisah (1977). Di tahun yang sama, kembali bersama Yockie dan juga Eros Djarot, dia juga terlibat dalam proyek soundtrack film Badai Pasti Berlalu.

Karier bermusik Chrisye kian meroket dari tahun ke tahun. Dia termasuk musisi yang selalu relevan dari zaman ke zaman. Dia telah melewati berbagai dekade dan tetap bertahan di putaran zaman dari masa ke masa.

Salah satu yang membuatnya tetap relevan adalah kolaborasi yang dia lakukan seiring perkembangan zaman. Chrisye bukan hanya berkolaborasi dengan musisi yang muncul di era sama dengannya, namun juga musisi pendatang baru yang tengah naik daun pada masa itu. Sebut saja. Eross 'Sheila on 7' Chandra, Ahmad Dhani, Peterpan (kini Noah), Project Pop, hingga Naif.

Inilah yang membuatnya tetap dikenang banyak orang. Karyanya pun menjadi abadi karena masih bisa terus dinikmati meski zaman telah berganti.

Bahkan, banyak penyanyi muda tertarik memperkenalkan kembali Chrisye melalui lagu yang diaransemen ulang dengan karakter penyanyi maupun grup band tersebut. Sebut saja nama penyanyi muda bertalenta yang meng-cover lagunya seperti Vidi Aldiano dengan lagu Aku Cinta Dia, Afgan (Panah Asmara), D’Masiv (Pergilah Kasih), Sandhy Sondoro (Anak Jalanan) hingga GAC (Galih dan Ratna).

Sepanjang hidupnya, Chrisye memang mendedikasikan diri untuk bermusik. Bahkan, sakit pun tak menghalanginya untuk terus mengeluarkan karya terbaru.

Pada 2005, Chrisye dinyatakan mengidap kanker para-paru stadium empat. Seakan tidak ingin menyerah pada keadaan, dia merilis "Chrisye By Request" (2006) dan "Chrisye Duet by Request" (2006). Perjalanan panjang sang musisi berakhir pada 30 Maret 2007. Akan tetapi karya-karya yang dia hasilkan masih terkenang hingga kini.

Kepopuleran dan rekam jejak prestasinya sebagai penyanyi pun coba dihadirkan kembali lewat berbagai bentuk medium untuk lebih mengenal sekaligus mengenang penyanyi bersuara dan bergaya khas ini. Bermacam karya buku misalnya, ada sejumlah karya tulis yang lahir dari kenangan serta rasa ingin tahu terhadap sosok Chrisye terutama generasi saat ini. Diantaranya; Chrisye: Sebuah Memoar Musikal dan The Last Words of CHRISYE (Alberthiene Endah), Chrisye Kesan di Mata Media, sahabat dan Fans dan 10 Tahun Setelah Chrisye Pergi: Ekspresi Kangen Penggemar (Nini Sunny).

Tak hanya itu, sebelas tahun Chrisye berpulang, tak terhitung banyaknya gelaran konser dan tribute yang memang sengaja dihelat untuk mengenangnya. Klimaksnya, film biografi Chrisye karya MNC Pictures yang dibintangi oleh aktor Vino G Bastian sedikit banyak memberikan gambaran sosok sederhana nan bersahaja sang legenda musik tanah bak lilin kecil yang memberikan cahaya tak hanya bagi keluarganya namun juga industri musik pada waktu itu.

Menariknya, film Chrisye ini dikemas dengan menampilkan sisi humanis sang legenda musik tanah air tak hanya menampilkan ketenaran sebagai musisi namun juga sebagai ayah yang begitu mencintai istri dan anak-anaknya meski diawal kehidupan pernah mengalami masa sulit menjalani bahtera rumah tangga. Kisah ini tentunya menarik dan membuat haru karena bisa dikatakan tak banyak masyarakat awam yang tidak tahu sisi lain saat tidak tampil diatas panggung.

Oleh karena itulah, sang sutradara Rizal Mantovani menampilkan kisah dalam film berdasarkan sudut pandang istri almarhum Chrisye, Damayanti Noor mencoba mengangkat sisi lain dari musisi pemilik nama lengkap Hendri Christian Rahadi tersebut dalam film ini termasuk memperlihatkan mendiang Chrisye dari sisi lain, mengangkat sejumlah konflik nyata yang dialami. Salah satunya sosok Chrisye sebagai ayah dan perannya sebagai kepala keluarga.

Aktris Vino G Bastian selaku pemeran Chrisye pun mengaku tertantang sekaligus terbebani memerankan sosok penyanyi legendaris tanah air Chrisye. Vino sendiri awalnya sempat dibuat pesimistis sejak terpilih sebagai Chrisye. Dia mengaku tak bisa bernyanyi selayaknya sosok pelantun Badai Pasti Berlalu tersebut. Meski begitu, dia mulai percaya diri dan memberikan totalitasnya saat merasakan adanya kecocokan antara peran dengan dirinya.

"Kenapa saya sebagai Chrisye? Saya bukan penyanyi. Chrisye punya ciri khas, karakter vokal sebagai penyanyi dan memang susah banget tolak skrip sebagus ini tapi bukan aktor yang mencari karakter tapi sebaliknya dan ini jodoh. Ini buat saya bisa belajar dalam berkarier untuk jadi Vino selanjutnya," ujar Vino.

Pemilik nama lengkap Vino Giovani Bastian ini pun mengaku melakoni sosok Chrisye menjadi pengalaman baru dalam kariernya sebagai aktor. Apalagi dia tidak mengenal Chrisye secara pribadi.

"Saya dapat sinopsisnya, ada film tentang Chrisye. Saya enggak berpikir jadi Chrisye, ceritanya aja sudah menjadi sesuatu yang baru. Saya tahu Chrisye ya sebagai artis dan kenal lagunya dari istri saya yang waktu itu masih jadi pacar karena sering putar lagu Untukku," tutur Vino.

Aktor kelahiran Jakarta, 24 Maret 1982 ini mengatakan, dirinya mendapatkan naskah cerita terbaik, ketika berperan sebagai bintang utama dalam film Chrisye. Menurut dia, dalam sebuah cerita, karakterlah yang akan mencari aktor terbaik.

"Setelah skrip jadi, ini memang skrip yang terbaik yang pernah saya terima. Saya yakin, bukan aktornya yang mencari skrip atau karakter. Tapi karakternya yang akan mencari aktornya," ucap suami aktris Marsha Timothy ini.

Ayah Jizzy Pearl Bastian ini menegaskan, bahwa dalam film garapan sutradara Rizal Mantovani itu, dirinya lebih berfokus pada pendalaman karakter sebagai Chrisye dalam kehiduoan pribadinya.

"Waktu pertama dari Mas Rizal, konsepnya bukan cari mirip-miripan. Tapi kami pengin karakternya bisa keluar lewat peran saya. Yang terpenting bukan nyanyi atau musiknya, tapi kasih rasa dan sentuhan pribadi Chrisyenya ini,” ucap putra bungsu dari Bastian Tito, penulis serial Wiro Sableng.

Ketua Komunitas Kangen Chrisye atau K2C Ferry Mursyidan Baldan mengungkapkan sebuah hal yang wajar apabila banyak musisi atau sineas film dan orang awam sepertinya yang begitu mengaggumi sosok Chrisye mengingat karyanya tak lekang oleh waktu dimana banyak musisi lain terutama musisi yang jauh dibawah generasi ikut mencover lagu karyanya.

“Karya-karya almarhum yang begitu monumental dan everlasting membuat banyak musisi yang dibawah generasi ikut mengcover lagunya dan sosok dan perjuangannya dalam mewujudkan mimpi menjadi seorang musisi layak dijadikan contoh bagi generasi muda saat ini,” papar dia.

Bagi pria kelahiran Jakarta, 16 Juni 1961 yang merupakan penggemar fanatik (die hard) almarhum Chrisye ini, dirinya tak hanya menggemari lagu-lagu dari penyanyi bernama Chrismansyah Rahadi itu, tapi berbagai hal mengenai Chrisye seolah menjadi bagian tak terpisahkan dalam hidup Ferry.

“Saya sejak dulu memang suka karyanya almarhum Chrisye, banyak koleksi lagu-lagu almarhum yang masih saya simpan hanya Chrisye yang bisa menghibur hidup saya dengan lagu-lagunya. Semua lagu yang dinyanyikan Chrisye seolah menjadi bagian-bagian dalam kehidupan,” kata suami Hanifah Husein ini.

Pria yang pernah menjabat sebagai Menteri Agraria dan Tata Ruang, Kepala Badan Pertahanan dalam Kabinet Kerja pimpinan Presiden Jokowi ini mengatakan, meski Chrisye sudah berpulang menghadap Allah SWT namun kenangan akan sosok dan karyanya masih melekat kental di hati para penggemarnya. Terbukti dengan dibuatnya konser dan film layar lebar untuk Chrisye beberapa waktu lalu, dan juga sejumlah acara lainnya untuk mengenang pria bernama lengkap Chrismansyah Rahadi itu.

“Bukan saya saja yang kangen dengan karya almarhum, tapi banyak fans yang merasa kangen juga. Usia berkata lain, almarhum jalan terlebih dahulu meninggalkan kita semua, maka kita sebagai fans berat almarhum, tidak ada salahnya kita kenang dengan menerbitkan buku yang menandai kita masih cinta dengan karya almarhum dan karya film yang mengambarkan sisi lain Chrisye sebagai seorang musisi yang juga kepala keluarga," tutur pria yang berharap adanya Chrisye Corner ini.
(alv)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.8220 seconds (0.1#10.140)