Polio Jadi Penyakit Berbahaya karena Tak Miliki Antivirus
loading...
A
A
A
“Itulah sebabnya, pencegahan adalah kunci," katanya.
Salah satu cara mencegah polio adalah imunisasi. Melansir laman Kemenkes RI, sejak Senin (15/1/2024) lalu dilakukan Sub Pekan Imunisasi Nasional Polio (PIN) secara serentak di Provinsi Jawa Timur, Jawa Tengah, serta Kabupaten Sleman, Yogyakarta. Pemberian imunisasi novel Oral Polio Vaccine Type 2 (nOPV2) itu menargetkan 8,4 juta anak berusia 0-7 tahun.
Imunisasi pada PIN polio ini tidak memandang status imunisasi sebelumnya. Dalam keadaan normal, pada seorang anak atau orang dewasa, kata dr Dominicus, yang penting adalah jenis imunisasi dan berapa kali pemberian. Pasalnya, keberhasilan perlindungan vaksin bergantung antara lain pada 2 hal tersebut.
“Sejauh ini, keberhasilan vaksin sangat baik. Akan tetapi, sebaik-baik imunisasi, ia hanya ciptaan manusia. Maka tidak mungkin membuat vaksin dengan perlindungan 100%, maksimal hanya 99,9%,” katanya.
Dokter Dominicus melanjutkan, kemampuan dan angka perlindungan setiap vaksin akan berbeda terhadap tingkat tujuan yang berbeda pula. Baik itu untuk mencegah kematian, sakit berat, sakit ringan, maupun mencegah penularan.
“Dalam PIN atau sub PIN, apa pun imunisasi yang telah diperoleh sebelumnya tidak menjadi pertimbangan. Semua sasaran perlu memperoleh imunisasi PIN sesuai ketentuan,” ujarnya.
Efektivitas imunisasi juga bergantung syarat dan ketentuan yang telah terpenuhi, termasuk kondisi diri sang anak. Pada anak dengan gizi buruk misalnya, keberhasilan imunisasi akan menurun tajam, begitu pula sebaliknya.
Salah satu cara mencegah polio adalah imunisasi. Melansir laman Kemenkes RI, sejak Senin (15/1/2024) lalu dilakukan Sub Pekan Imunisasi Nasional Polio (PIN) secara serentak di Provinsi Jawa Timur, Jawa Tengah, serta Kabupaten Sleman, Yogyakarta. Pemberian imunisasi novel Oral Polio Vaccine Type 2 (nOPV2) itu menargetkan 8,4 juta anak berusia 0-7 tahun.
Imunisasi pada PIN polio ini tidak memandang status imunisasi sebelumnya. Dalam keadaan normal, pada seorang anak atau orang dewasa, kata dr Dominicus, yang penting adalah jenis imunisasi dan berapa kali pemberian. Pasalnya, keberhasilan perlindungan vaksin bergantung antara lain pada 2 hal tersebut.
“Sejauh ini, keberhasilan vaksin sangat baik. Akan tetapi, sebaik-baik imunisasi, ia hanya ciptaan manusia. Maka tidak mungkin membuat vaksin dengan perlindungan 100%, maksimal hanya 99,9%,” katanya.
Dokter Dominicus melanjutkan, kemampuan dan angka perlindungan setiap vaksin akan berbeda terhadap tingkat tujuan yang berbeda pula. Baik itu untuk mencegah kematian, sakit berat, sakit ringan, maupun mencegah penularan.
“Dalam PIN atau sub PIN, apa pun imunisasi yang telah diperoleh sebelumnya tidak menjadi pertimbangan. Semua sasaran perlu memperoleh imunisasi PIN sesuai ketentuan,” ujarnya.
Efektivitas imunisasi juga bergantung syarat dan ketentuan yang telah terpenuhi, termasuk kondisi diri sang anak. Pada anak dengan gizi buruk misalnya, keberhasilan imunisasi akan menurun tajam, begitu pula sebaliknya.
(tsa)