Mengenal Metode Penanganan Pasien Obesitas di Radjak Hospital Salemba
loading...
A
A
A
JAKARTA - Obesitas merupakan salah satu penyakit yang penting untuk diatasi. Penyakit ini terjadi akibat penumpukan lemak berlebih lantaran kalori yang diterima tubuh lebih banyak daripada yang dibakar.
Obesitas dapat diatasi dengan cara invasif (operasi) maupun non invasif. Seperti yang diterapkan di Radjak Hospital Salemba Center of Excellence Digestive & Obesity Center.
Spesialis bedah digestif di rumah sakit tersebut, dr. Ponco Agus Prasojo menjelaskan, dalam penanganan kasus obesitas, pihaknya selalu mengedepankan upaya penanganan non invasif.
"Saat pasien datang, pertama kali akan dirujuk oleh tim kita pada ahli penyakit dalam, sehingga bisa diketahui tingkat obesitasnya. Kita akan mengutamakan penanganan tanpa operasi," kata dr. Ponco di Radjak Hospital Salemba, Rabu (7/2/2024).
Istimewa
Penanganan awal ini juga akan menelaah terkait dampak dari obesitas, misalnya 'ngorok'.
"Setelah diketahui masalahnya, pasien akan kita rujuk pada ahli gizi klinik, sebagai lini awal perawatan. Yaitu melalui pengaturan diet yang sesuai. Kita juga akan menyediakan pengaturan oleh tubuh, yang disusun oleh tim sport medis kita. Termasuk penanganan oleh tim psikiatri untuk mengubah kebiasaan gaya hidup pasien," urainya.
Dokter Ponco mengatakan, evaluasi langkah non invasif ini biasanya dilakukan selama 1-3 bulan.
"Jika memang terlihat penurunan berat badan, maka kita akan lanjutkan proses non invasifnya. Tapi, jika setelah tiga bulan tidak ada perubahan, malah berat badan naik, barulah kita melakukan penanganan invasif," katanya lagi.
Di Radjak Hospital Salemba, lanjut dr. Ponco, ada dua penanganan invasif untuk obesitas, yakni pemasangan balon dan bedah bariatrik.
"Pemasangan balon maksudnya untuk mempersempit ruang lambung sehingga pasien akan makan lebih sedikit. Suatu saat balon ini bisa dikeluarkan jika memang pasien sudah terbiasa dengan porsi makannya," jelas dr. Ponco.
Obesitas dapat diatasi dengan cara invasif (operasi) maupun non invasif. Seperti yang diterapkan di Radjak Hospital Salemba Center of Excellence Digestive & Obesity Center.
Spesialis bedah digestif di rumah sakit tersebut, dr. Ponco Agus Prasojo menjelaskan, dalam penanganan kasus obesitas, pihaknya selalu mengedepankan upaya penanganan non invasif.
"Saat pasien datang, pertama kali akan dirujuk oleh tim kita pada ahli penyakit dalam, sehingga bisa diketahui tingkat obesitasnya. Kita akan mengutamakan penanganan tanpa operasi," kata dr. Ponco di Radjak Hospital Salemba, Rabu (7/2/2024).
Istimewa
Penanganan awal ini juga akan menelaah terkait dampak dari obesitas, misalnya 'ngorok'.
"Setelah diketahui masalahnya, pasien akan kita rujuk pada ahli gizi klinik, sebagai lini awal perawatan. Yaitu melalui pengaturan diet yang sesuai. Kita juga akan menyediakan pengaturan oleh tubuh, yang disusun oleh tim sport medis kita. Termasuk penanganan oleh tim psikiatri untuk mengubah kebiasaan gaya hidup pasien," urainya.
Dokter Ponco mengatakan, evaluasi langkah non invasif ini biasanya dilakukan selama 1-3 bulan.
"Jika memang terlihat penurunan berat badan, maka kita akan lanjutkan proses non invasifnya. Tapi, jika setelah tiga bulan tidak ada perubahan, malah berat badan naik, barulah kita melakukan penanganan invasif," katanya lagi.
Di Radjak Hospital Salemba, lanjut dr. Ponco, ada dua penanganan invasif untuk obesitas, yakni pemasangan balon dan bedah bariatrik.
"Pemasangan balon maksudnya untuk mempersempit ruang lambung sehingga pasien akan makan lebih sedikit. Suatu saat balon ini bisa dikeluarkan jika memang pasien sudah terbiasa dengan porsi makannya," jelas dr. Ponco.