Apakah Makanan Gosong Berdampak Buruk pada Kesehatan?

Sabtu, 18 Mei 2024 - 07:27 WIB
loading...
Apakah Makanan Gosong...
Apakah makanan gosong berdampak buruk pada kesehatan? Foto/ shutterstock
A A A
JAKARTA - Apakah makanan gosong berdampak buruk pada kesehatan? Umumnya, makanan yang dibakar dinilai tidak baik oleh kebanyakan orang.

Anda mungkin pernah mendengar bahwa mengonsumsi makanan yang terlalu matang dapat berdampak buruk bagi kesehatan.



Risiko yang paling banyak disebutkan terkait dengan memakan makanan gosong adalah menyebabkan kanker. Namun, penelitian lebih lanjut diperlukan untuk menentukan kebenaran ini. Meski demikian, para ilmuwan yakin jika makanan yang dibakar berdampak buruk karena alasan lain.

Dikutip stars insider, jika Anda mempunyai kebiasaan mengikis bagian gosong dari roti panggang, hal itu mungkin karena orang tua Anda mengajarkan Anda untuk melakukan hal tersebut ketika Anda masih kecil.

Memang benar, kita semua mempunyai kebiasaan makan yang kita pelajari dari orang tua kita, tetapi beberapa di antaranya kurang masuk akal sehingga mungkin dianggap takhayul.

Kebenaran tentang makanan gosong
Pada 2002, para ilmuwan di Universitas Stockholm menemukan bahwa ketika kita memanaskan makanan tertentu, termasuk kentang, roti dan biskuit, hingga lebih dari 120°C, zat yang disebut akrilamida akan terbentuk.

Akrilamida dianggap berbahaya bagi manusia dalam beberapa hal. Pertama, dan para ilmuwan yakin akan hal ini, akrilamida bersifat neurotoksik bagi manusia.

Artinya, mengonsumsi akrilamida dapat berdampak negatif pada sistem saraf, meski para ilmuwan tidak yakin bagaimana atau mengapa.

Teori
Ada teori bahwa akrilamida dapat menyerang protein struktural di dalam sel saraf atau dapat menghambat sistem antiinflamasi yang melindungi sel saraf dari kerusakan.

Ada juga bukti dari penelitian pada hewan yang menunjukkan bahwa paparan akrilamida dalam makanan dalam jangka panjang dapat meningkatkan risiko penyakit neurodegeneratif, seperti demensia.

Akrilamida makanan juga dapat dikaitkan dengan gangguan perkembangan saraf pada anak-anak, menurut asisten profesor Federica Laguzzi di Karolinska Institute, Swedia.

Gangguan perkembangan saraf
Laguzzi menemukan hubungan antara asupan akrilamida yang lebih tinggi pada wanita hamil dan peningkatan risiko berat badan lahir rendah, lingkar kepala dan panjang bayi baru lahir.

Adapun dampak yang paling banyak dibicarakan dari mengonsumsi makanan gosong adalah peningkatan risiko kanker.

Memang benar, orang tua mungkin meminta Anda untuk membuang sisa roti panggang yang gosong tersebut karena memiliki sifat karsinogenik. Namun, para ilmuwan mengatakan tidak ada bukti yang meyakinkan mengenai efek karsinogenik akrilamida pada manusia dan para peneliti belum dapat mencapai kesimpulan yang pasti.

Sementara, Otoritas Keamanan Pangan Eropa mengatakan, akrilamida dapat meningkatkan risiko manusia terkena kanker, terutama pada anak-anak.

Namun, setelah 30 tahun klain itu diklasifikasikan sebagai "kemungkinan karsinogen bagi manusia", masih terdapat bukti yang tidak konsisten bahwa akrilamida menyebabkan kanker pada manusia.

Pada sebuah penelitian di Belanda, peneliti menemukan risiko lebih tinggi terkena kanker endometrium dan ovarium pada wanita dengan paparan akrilamida yang lebih tinggi.
Peneliti yang sama juga menemukan sedikit hubungan antara asupan akrilamida yang lebih tinggi dan peningkatan risiko kanker ginjal.

Hanya saja, temuan ini belum bisa dikonfirmasi oleh peneliti lain dan belum jelas, apakah temuan ilmuwan Belanda itu benar.



Komite Ahli Bahan Aditif Makanan Gabungan Organisasi Pangan dan Pertanian/Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) pun menyarankan diperlukan penelitian jangka panjang sebelum kita dapat menarik kesimpulan tentang hubungan antara akrilamida dan kanker.

Meskipun demikian, mereka tetap mendukung upaya untuk mengurangi kadar akrilamida dalam makanan. Oleh karena itu, para pemain kunci dalam industri makanan mengambil langkah-langkah untuk mengurangi akrilamida dalam makanan kita.
(tdy)
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.2152 seconds (0.1#10.140)