Unilever dan Google Berkolaborasi Dorong Digitalisasi Bank Sampah

Kamis, 20 Agustus 2020 - 10:20 WIB
loading...
Unilever dan Google...
Perilisan hasil studi soal sampah di Pulau Jawa sekaligus perkenalan digitalisasi Bank Sampah oleh Unilever dan Google dilakukan melalui webinar yang melibatkan otoritas terkait pada Rabu (19/8). Foto/Istimewa
A A A
JAKARTA - Dari total 189.000 ton sampah per bulan yang dihasilkan masyarakat perkotaan di Pulau Jawa, baru 11,83% atau kurang lebih 22.000 ton yang didaur ulang. Sementara 88,17% sisanya diangkut ke TPA atau berserakan di lingkungan.

Fakta tersebut diungkap melalui studi yang dilakukan PT Unilever Indonesia bersama organisasi Sustainable Waste Indonesia (SWI) dan Indonesian Plastic Recyclers (IPR). Studi tentang rantai nilai sampah plastik di Pulau Jawa itu dilangsungkan sepanjang Oktober 2019 hingga 20 Februari 2020.

“Masyarakat di perkotaan Pulau Jawa menghasilkan sekitar 189.000 ton per bulan atau 6.300 ton per hari sampah plastik. Hanya sekitar 11,83% atau kurang lebih 22.000 ton per bulan yang dikumpulkan kemudian didaur ulang," kata Direktur SWI Dini Trisyanti saat merilis hasil studinya sekaligus perkenalan digitalisasi bank sampah oleh PT Unilever Indonesia secara virtual, Rabu (19/8). ( )

“Selain itu, penyerapan sampah plastik pascakonsumsi di Pulau Jawa masih sangat rendah, yakni baru sekitar 0,09 juta ton plastik per tahun dibandingkan dengan kapasitas daur ulang plastik nasional yang berada di kisaran 1,65 juta ton plastik per tahun. Dibutuhkan intervensi dan kolaborasi dari berbagai pihak untuk menjembatani kesenjangan ini, termasuk dari sisi teknologi dan inovasi," tambahnya.

Temuan lain pada studi tersebut juga menunjukkan bahwa dari sekitar 22.000 ton sampah plastik yang dikumpulkan, 83% berasal dari pemulung, 15,2% dari Tempat Pengolahan Sampah Terpadu (TPST) ataupun Tempat Pengolahan Sampah 3R (TPS3R), dan hanya 1,5% berasal dari Bank Sampah. Hal ini mengindikasikan kalau peran Bank Sampah sebagai salah satu pihak yang memiliki fungsi strategis dalam mengatasi dampak sampah pascakonsumsi masih perlu ditingkatkan.

“Menurut pengamatan kami, salah satu kendala yang masih menghambat peranan Bank Sampah adalah aksesibilitas. Yaitu belum meratanya penyebaran informasi mengenai lokasi Bank Sampah," ujar Maya Tamimi, Head of Division Environment & Sustainability Unilever Indonesia Foundation.

Berlatar permasalah itu, Unilever Indonesia berinisiatif mendorong digitalisasi Bank Sampah melalui kolaborasi dengan Google My Business. Digitalisasi ini memungkinkan masyarakat untuk lebih mudah menemukan Bank Sampah, sehingga mereka yang sudah memilah sampah dari rumah akan bisa menyalurkan sampahnya secara tepat dan tidak terbuang ke TPA.

Head of Corporate Affairs and Sustainability PT Unilever Indonesia Nurdiana Darus menambahkan, permasalahan pengelolaan sampah plastik maupun sampah secara keseluruhan memerlukan perhatian serius dari kita semua. Unilever sendiri secara global sudah mencanangkan komitmen untuk mengurangi setengah dari penggunaan plastik baru, mempercepat penggunaan plastik daur ulang , serta mengumpulkan dan memproses kemasan plastik lebih banyak daripada yang dijual paling lambat tahun 2025.

“Dalam upaya mewujudkan komitmen tersebut, kami melihat bahwa perubahan pola pikir, kebiasaan, hingga ke tatanan sistem saat ini dibutuhkan untuk memastikan plastik tidak melulu menjadi sumber masalah, tapi justru memberikan keuntungan bagi kita. Untuk itu, dibutuhkan kolaborasi dari berbagai pihak, mulai pemerintah, pihak produsen seperti Unilever, dan seluruh lapisan masyarakat,” ujar Nurdiana.

Salah satu upaya yang dilakukan Unilever untuk mencapai target tersebut, seperti sudah banyak diketahui, adalah dengan memperkenalkan program Bank Sampah berbasis komunitas sejak 2008. Hingga saat ini, perusahaan multinasional itu telah membangun 3.858 unit bank sampah dan mengurangi 12.487 ton sampah non-organik. ( )

Lalu, sejalan dengan upaya pemerintah untuk menggalakkan digitalisasi Bank Sampah, Unilever juga berkolaborasi dengan Google mendampingi pebisnis Bank Sampah mendaftarkan diri di platform Google My Business (https://www.google.com/business/). Informasi mengenai Bank Sampah mereka akan muncul saat pengguna mencari nama bisnis atau nama bidang usaha di search engine dan Google Maps.

Saat ini, lebih dari 300 Bank Sampah binaan Unilever telah terdaftar di Google My Business. Untuk mengetahui data bank sampah mana yang telah terhubung dengan platform Google My Business, Anda dapat mengunjungi situs www.unilever.co.id/sustainable-living/yayasan-unilever-indonesia/program-lingkungan/.
(tsa)
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.3193 seconds (0.1#10.140)