Wanita Dituntut Multitasking, Jelita Academy Jembatani Perempuan Gali Potensi Diri
loading...
A
A
A
"Jadi ini adalah perpaduan dari tiga kekuatan, katakanlah untuk membangkitkan kecantikan yang otentik. Ini diperlukan agar orang tidak parsial mengejar apa yang dinamakan 'cantik.' Khawatirnya jika cantik secara fisik nggak dapat, dan secara mental dia rapuh, apalagi spiritualnya dia nggak engaged, itu benar-benar hilang. Akhirnya, tidak mencapai cantiknya. Justru mencapai kebalikan dari cantik itu," kata Angelina Sondakh.
Aktris, mantan politikus, dan model ini memandang perlunya setiap perempuan mengembangkan kualitas diri dan mandiri. Sebab dengan menjadi perempuan yang berkualitas maka kecantikan yang didapat tak hanya dari sisi fisik saja (outer), namun juga dari dalam (inner).
"Karena dengan pengalaman aku yang kemarin itu, aku ingin semua perempuan Indonesia bisa membentuk kecantikan yang organik, otentik, dan enggak yang hanya cover. Jadi betul-betul cantik because you are beautiful, bukan karena you want to be beautiful. You are precious by your self. Kekuatan ini diaktifkan melalui mental yang kuat, spiritual engagement yang tinggi, kemudian kita baru bisa masuk ke fisik dan body wellness," ujarnya.
Sementara, Alia Febyani, Depth Psychoterapist menjelaskan JeLiTa Academy terlahir dari persahabatan yang dijalinnya bersama Indira Sudiro dan Angelina Sondakh. Karena kesamaan visi dan misi, ketiganya sepakat membentuk JeLiTa Academy untuk membantu perempuan Indonesia menjadi lebih mandiri dan berdaya.
Alia kemudian menyoroti pentingnya mengelola kesehatan mental (mental health). Apalagi, isu kesehatan mental ini masih dipandang negatif oleh sebagian masyarakat. Mereka melabeli orang dengan masalah kesehatan mental dengan predikat 'sakit jiwa.'
"Saat ini isu mental health sudah banyak digaungkan, alhamdulillah. Tidak seperti zaman dulu bahwa hal-hal yang kita tidak sadari, kita dianggap aneh sendiri. Setelah pandemi kemarin, mulai banyak yang bermunculan. Di sini kita mencoba untuk menaikkan kesadaran karena misalnya terhalang oleh stigma, bahwa kalau mental health itu pasti sakit jiwa, gila, atau stres, insecure. Kita mencoba bahwa mental health itu semua orang punya,” ujar dia.
“Tinggal bagaimana kita menyikapinya, mengetahui caranya, tools-nya untuk mengelola yang datang, untuk menghadapi gelombang yang datang. Jawaban itu jangan dicari di mana-mana, tapi itu ada di dalam lho. Biasanya kita sibuk mencerna jawaban di luar, tapi kita lupa jawabannya ada di dalam. Karena sesungguhnya yang tahu jawabannya itu diri kita sendiri. Kita ingin mengajak supaya teman-teman sadar, bisa mengidentifikasi diri dia. Kalau kita sudah bisa terkoneksi dengan diri sejati kita, insyaAllah perjalanan kita ke depan akan lebih selaras," ucapnya lagi.
Aktris, mantan politikus, dan model ini memandang perlunya setiap perempuan mengembangkan kualitas diri dan mandiri. Sebab dengan menjadi perempuan yang berkualitas maka kecantikan yang didapat tak hanya dari sisi fisik saja (outer), namun juga dari dalam (inner).
"Karena dengan pengalaman aku yang kemarin itu, aku ingin semua perempuan Indonesia bisa membentuk kecantikan yang organik, otentik, dan enggak yang hanya cover. Jadi betul-betul cantik because you are beautiful, bukan karena you want to be beautiful. You are precious by your self. Kekuatan ini diaktifkan melalui mental yang kuat, spiritual engagement yang tinggi, kemudian kita baru bisa masuk ke fisik dan body wellness," ujarnya.
Sementara, Alia Febyani, Depth Psychoterapist menjelaskan JeLiTa Academy terlahir dari persahabatan yang dijalinnya bersama Indira Sudiro dan Angelina Sondakh. Karena kesamaan visi dan misi, ketiganya sepakat membentuk JeLiTa Academy untuk membantu perempuan Indonesia menjadi lebih mandiri dan berdaya.
Alia kemudian menyoroti pentingnya mengelola kesehatan mental (mental health). Apalagi, isu kesehatan mental ini masih dipandang negatif oleh sebagian masyarakat. Mereka melabeli orang dengan masalah kesehatan mental dengan predikat 'sakit jiwa.'
"Saat ini isu mental health sudah banyak digaungkan, alhamdulillah. Tidak seperti zaman dulu bahwa hal-hal yang kita tidak sadari, kita dianggap aneh sendiri. Setelah pandemi kemarin, mulai banyak yang bermunculan. Di sini kita mencoba untuk menaikkan kesadaran karena misalnya terhalang oleh stigma, bahwa kalau mental health itu pasti sakit jiwa, gila, atau stres, insecure. Kita mencoba bahwa mental health itu semua orang punya,” ujar dia.
“Tinggal bagaimana kita menyikapinya, mengetahui caranya, tools-nya untuk mengelola yang datang, untuk menghadapi gelombang yang datang. Jawaban itu jangan dicari di mana-mana, tapi itu ada di dalam lho. Biasanya kita sibuk mencerna jawaban di luar, tapi kita lupa jawabannya ada di dalam. Karena sesungguhnya yang tahu jawabannya itu diri kita sendiri. Kita ingin mengajak supaya teman-teman sadar, bisa mengidentifikasi diri dia. Kalau kita sudah bisa terkoneksi dengan diri sejati kita, insyaAllah perjalanan kita ke depan akan lebih selaras," ucapnya lagi.
(tdy)