Benarkah Orang yang Pernah Terkena DBD Tak Akan Terpapar Lagi?

Kamis, 27 Juni 2024 - 10:20 WIB
loading...
Benarkah Orang yang...
Kasus demam berdarah dengue atau DBD di Indonesia hingga pertengahan 2024 meningkat dibandingkan periode yang sama tahun lalu. Foto Ilustrasi/Dok SINDOnews
A A A
JAKARTA - Kasus demam berdarah dengue atau DBD di Indonesia hingga pertengahan 2024 meningkat dibandingkan periode yang sama tahun lalu. Kementerian Kesehatan mencatat, hingga minggu ke-23 tahun 2024, terdapat 131.501 kasus DBD dengan kematian sebanyak 799 kasus.

Angka kasus kejadian tersebut lebih tinggi dari kumulatif kasus DBD di tahun 2023 yaitu 114.720 kasus, dan mendekati total kasus kematian sepanjang tahun 2023 yaitu 894 kasus.

Prof. Dr. dr. Sri Rezeki Hadinegoro, Sp.A(K), Ketua Indonesia Technical Advisory Group on Immunization (ITAGI), memaparkan bahwa dengue atau yang sering disebut sebagai DBD merupakan penyakit yang dapat menjangkit siapa saja tanpa memandang usia, di mana mereka tinggal, maupun gaya hidup.



“Di negara atau wilayah dengan tingkat penularan DBD yang tinggi, anak-anak dan orang dewasa muda cenderung menjadi yang paling terkena dampaknya, dengan angka kematian lebih tinggi pada anak-anak,” ujar dr Sri Rezeki dalam acara Indonesia Dengue Summit yang digelar Ikatan Dokter Anak Indonesia Cabang DKI Jakarta (IDAI JAYA) dan PT Takeda Innovative Medicines di Jakarta, baru-baru ini.

Dokter Sri Rezeki menyayangkan hingga saat ini masih banyak terjadi miskonsepsi tentang DBD di tengah masyarakat. Mereka menganggap penyakit DBD tidak berbahaya.

Selain itu tidak sedikit juga masyarakat yang berpikir ketika sudah pernah terkena DBD, maka mereka aman dan menjadi kebal. Hal tersebut dibantah oleh dr. Sri.

“Padahal, tidak begitu. Masyarakat perlu memahami bahwa virus dengue terdiri dari empat serotipe. Di mana apabila seseorang telah terjangkit satu serotipe, mereka masih bisa terjangkit serotipe yang lain, dan infeksi yang kedua dan seterusnya berpotensi lebih parah. Bahkan bisa menyebabkan kematian,” papar dr. Sri.

Untuk itu, lanjut dr. Sri, perlu adanya tindakan pencegahan yang terintegrasi guna melawan DBD, seperti melalui pengendalian vektor.



“Selain itu, kita juga perlu untuk mencegah infeksi dan melakukan upaya untuk mengurangi keparahan penyakit apabila sampai terjangkit,” jelasnya.

Salah satu inovasi yang saat ini direkomendasikan oleh beberapa organisasi profesi di Indonesia, baik oleh IDAI, PAPDI, maupun PERDOKI, adalah melalui program vaksinasi. Dalam tatalaksana DBD yang diterbitkan UKK Infeksi dan Penyakit Tropis IDAI tahun 2023 juga disebutkan bahwa pasien setelah terinfeksi dan rawat inap akibat dengue dapat diberikan vaksinasi 1-3 bulan kemudian.

“Dengan meningkatkan kekebalan masyarakat, akan sangat membantu menurunkan tingkat keparahan serta risiko kematian akibat DBD,” pungkasnya.
(tsa)
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.2067 seconds (0.1#10.140)