Ini Hal Penting yang Harus Disiapkan sebelum Menikah, Hindari Pernikahan Toksik

Selasa, 09 Juli 2024 - 13:37 WIB
loading...
Ini Hal Penting yang...
Mengenali pasangan, keluarganya, dan histori diri sendiri sudah sepatutnya menjadi kewajiban sebelum memasuki hubungan pernikahan. Foto Ilustrasi/iStock
A A A
JAKARTA - Pernikahan zaman sekarang telah memasuki tren baru. Angkanya secara konsisten mengalami penurunan, perceraian kian meningkat, dan pemberitaan tentang KDRT seolah tiada ujung. Semua ini tak pelak membuat orang bertanya-tanya, apakah pernikahan seburuk itu?

Fenomena kegagalan rumah tangga sendiri, dalam ilmu family constellation atau konstelasi keluarga, dipahami sebagai akibat tidak pulihnya pola rantai toksik yang diwariskan orang tua dan leluhur. Oleh karena itu, mengenali pasangan, keluarganya, dan histori diri sendiri sudah sepatutnya menjadi kewajiban sebelum memasuki hubungan jangka panjang.

Sebuah pertanyaan besar pun muncul, berapa lamakah idealnya durasi mengenal pasangan hingga pas untuk memutuskan menikah?



Menurut Family Constellation Therapist Meilinda Sutanto, penentu utama seseorang untuk memutuskan menikah bukan masalah waktu. Namun, seberapa mereka saling jujur dan terbuka dengan pasangan.

“Apakah nyaman dan aman menjadi diri sendiri ketika bersamanya? Apakah kalian dapat saling menginspirasi untuk menjadi versi terbaik masing-masing?” beber Melinda dalam acara peluncuran buku keduanya berjudul “I DO” di kawasan Jakarta Pusat, belum lama ini.

Lebih lanjut Meilinda mengatakan, ketika seseorang sudah aman dan nyaman dengan pasangannya, barulah dia perlu memikirkan waktu dalam menjalin hubungan.

“Waktu diperlukan untuk melihat sisi pasangan secara keseluruhan, yang baik dan yang tidak. Bukan sisi yang baik saja ditampilkan supaya pernikahan cepat goal. Ada yang pasangan berpasangan setelah 7-8 tahun dan putus begitu saja karena sesimpel orang tua tidak setuju dengan pernikahannya, dan anak lebih memilih mendengarkan orang tua karena takut dicoret dari KK dan warisan keluarga,” papar Meilinda.

Dalam beberapa kasus, tak jarang pula sejumlah pasangan melakukan peranjian pranikah. Hal ini tentu ada plus minusnya, mengingat tak semua pihak akan setuju dengan perjanjian tersebut.
Ini Hal Penting yang Harus Disiapkan sebelum Menikah, Hindari Pernikahan Toksik

Melinda Susanto baru-baru ini merilis buku keduanya berjudul “I DO”. Foto/MPI/Dimas Andhika Fikri

Meilinda menyebut, perjanjian pranikah berfungsi seperti asuransi keamanan untuk masa depan kedua pasangan. Sehingga ini kembali kepada pilihan pribadi masing-masing.

“Ini pilihan pribadi. Banyak pihak keluarga yang ekonominya lebih berada cenderung menyarankan untuk perjanjian pranikah, dan pihak keluarga yang ekonomi lebih di bawah pasangannya cenderung menolak atau tersinggung ketika diminta perjanjian pranikah,” kata Meilinda.



“Namun, kita tidak akan tahu apa yang akan terjadi di masa depan. Dengan adanya perjanjian pranikah, kita dapat saling mengamankan pasangan dan anak dari efek kebangkrutan, utang yang tidak bisa terbayarkan di luar kendali atau pengetauhan kita, entah itu utang pasangan atau keluarga besar atau teman/mitra pasangan akibat “pinjam nama” atau bisnis bareng yang gagal, pinjol dari pasangan atau keluarga besarnya yang kita tidak tahu. Dengan adanya perjanjian pranikah, pasangan dan anak-anak akan selamat,” lanjutnya.

Melinda Susanto sendiri baru-baru ini merilis karya keduanya berjudul “I DO”. Tema relationship diangkat dalam buku kedua ini mengingat betapa penting setiap pasangan untuk dapat menciptakan serta menjaga hubungan sehat sebagai fondasi kuat saat membangun dan membina rumah tangga.

Buku ini terinspirasi dari fenomena yang akrab di tengah masyarakat Indonesia. Seiring dengan berjalannya waktu, cinta dan pernikahan berevolusi sesuai zaman. Ketika zaman dulu pernikahan dianggap sebagai sarana atau alat untuk bertahan hidup bagi seorang perempuan, zaman sekarang pernikahan menjadi pilihan dan bukan keharusan.

“Di sini pentingnya bagaimana kita bisa menavigasi perubahan yang terjadi dalam masyarakat ini karena makna kebahagian bagi setiap orang berbeda,” tutup Meilinda.
(tsa)
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.2161 seconds (0.1#10.140)