Sering Cepat Ngantuk saat Beraktivitas? Awas Itu Gejala Diabetes!

Senin, 12 Agustus 2024 - 07:00 WIB
loading...
A A A
Diabetes berada pada peringkat ke-9 sebagai penyakit paling mematikan di dunia bersama penyakit jantung, stroke, penyakit paru obstruktif kronik, alzheimer, kanker paru-paru, dan infeksi saluran pernapasan bawah yang juga masuk di dalam daftar.

Dokter Evi menjelaskan, diabetes merupakan suatu kelompok penyakit metabolik dengan karakteristik hiperglikemia yang disebabkan adanya kelainan sekresi pada insulin atau terjadinya kelainan pada kerja insulin.

Ia menerangkan, diabetes dibagi menjadi beberapa jenis, seperti diabetes melitus tipe 1, diabetes melitus tipe 2, diabetes gestasional, diabetes LADA, dan diabetes MODY.



Pada diabetes melitus tipe 1, penyebabnya adalah kerusakan pada sel beta pankreas sehingga terjadi kekurangan insulin yang absolut atau defisiensi insulin yang absolut.

Sementara diabetes melitus tipe 2 disebabkaan oleh kelainan dari kerja insulinnya disertai juga dengan kelainan dari sekresi insulin oleh tubuh.

“Diabetes melitus termasuk penyakit yang memang bisa diturunkan. Akan tetapi, tidak semua orang yang memiliki riwayat keluarga pasti terkena diabetes. Tetapi, memang orang tersebut memiliki faktor risiko yang tinggi untuk terkena diabetes melitus,” kata dr. Evi.

Dalam hal ini, risiko seseorang untuk terkena diabetes akan meningkat apabila mengalami kelebihan berat badan atau obesitas, sering makan junk food, makanan tinggi kalori, sering minum alkohol, malas bergerak, dan tidak pernah berolahraga.

Dokter Evi menyampaikan, jika seseorang memiliki pola makan yang tidak sehat apalagi mempunyai faktor keturunan diabetes, sebaiknya ia segera memeriksakan diri dan mengecek kadar gula darahnya.

“Tanda untuk diabetes melitus itu dilihat dari adanya peningkatan nilai dari gula darah puasa. Di mana nilai gula darah puasanya itu lebih sama dengan 126 mg/dl, peningkatan gula darah sewaktu atau gula darah 2 jam setelah makan sebesar lebih sama dengan 200 mg/dl, dan HbA1c yang lebih sama dengan dari 6,5 persen,” jelas dr. Evi.
Halaman :
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1226 seconds (0.1#10.140)