Kemenparekraf Gelar FGD Bahas Tantangan Industri Musik di Era Disrupsi Teknologi Digital

Rabu, 21 Agustus 2024 - 19:59 WIB
loading...
Kemenparekraf Gelar...
Kemenparekraf menggelar Focus Group Discussion (FGD) bersama Panitia Pelaksana Mengenang Mas Yos atau ‘A Tribute to Mas Yos’ di Balairung Soesilo Soedarman, Gedung Sapta Pesona, Jakarta, Rabu (21/8/2024). Foto/MPI/Wiwie Heriyani
A A A
JAKARTA - Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf) RI menggelar Diskusi Kelompok Terpumpun (Focus Group Discussion/FGD) bersama Panitia Pelaksana Mengenang Mas Yos atau ‘A Tribute to Mas Yos’ di Balairung Soesilo Soedarman, Gedung Sapta Pesona, Jakarta, Rabu (21/8/2024).

FGD ini menjadi pelaksanaan awal untuk mengenang sosok Mas Yos atau A Tribute to Mas Yos lewat Peluncuran Buku & Pameran: Panggil Saya Mas Yos.

Dalam FGD ini dibahas mengenai perubahan mendasar dalam tata kelola manajemen industri musik rekaman dan radio. Serta, bagaimana perubahan itu telah membentuk lansekap industri hiburan di Indonesia dari masa ke masa.



Pasalnya, Direktur Manajemen Industri Kemenparekraf Syaifullah Agam menilai, industri musik rekaman dan radio di Indonesia telah melalui perjalanan panjang yang dipenuhi dengan inovasi, tantangan, dan disrupsi teknologi.

“Kita kan rentan dengan pembajakan. Nah jadi hak-hak terkait dengan royalti atau tadi hak kekayaan intelektual, ini kan jadi sering ada disrupsi terkait hal ini,” ujar Syaifullah saat diwawancara usai FGD.

“Nah ini kan jadi nunjukin bahwa walaupun industri musik secara talentanya berkembang dengan cepat dan besar, tapi di dalam tata kelolanya itu sendiri nggak begitu atau malah belum secepat dari pada pengembangan sisi talenta dan kreatifitas,” lanjutnya.

Syaifullah menyebut, saat ini juga terjadi disrupsi media berupa inovasi dan perubahaan yang sangat substansial dengan kehadiran teknologi digital. Begitu pula dengan radio, yang mengalami disrupsi media akibat perubahan pola konsumsi publik dan ekosistem pendukungnya.

Kehadiran internet dan platform streaming musik membuat pendengar memiliki banyak pilihan dalam mengakses konten dengan kecepatan realtime, sehingga radio konvensional mulai kehilangan pendengarnya. Namun, beberapa stasiun radio yang adaptif mampu memanfaatkan teknologi dan memperluas jangkauan melalui streaming online dan podcast.

Karena itu, ia menilai, penting bagi sejumlah stakeholders terkait untuk membenahi masalah ini bersama-sama.

“Nah ini yang menurut saya seharusnya yang kita bisa duduk bareng untuk all stakeholders untuk menghilangkan ego,” ungkap Syaifullah.



Sebagai informasi, dalam FGD ini para peserta turut membahas berbagai aspek dari ekosistem musik Indonesia, terutama pascakemerdekaan, dengan fokus pada peran Mas Yos, yang lengkapnya bernama Komodor Muda (Pur) R. Suyoso Karsono, dalam mempelopori pendirian industri musik rekaman dan stasiun radio swasta niaga pertama di Indonesia.

Mas Yos juga dikenal sebagai pendiri Radio Elshinta pada jalur AM dan Radio Suara Irama Indah pada jalur FM Stereo, dua stasiun radio swasta pertama yang berhasil menjadi bagian penting yang dekat dengan kehidupan sehari-hari masyarakat, khususnya dalam penyebaran musik dan informasi di Indonesia.

Karena itu, pembahasan dalam FGD ini diharapkan tak hanya mengangkat sisi sejarah, namun juga bagaimana disrupsi teknologi mempengaruhi keberlanjutan industri musik ini di era digital. Beberapa di antaranya untuk menggali lebih dalam tentang proses perjuangannya, tantangan, hingga masa depan industri ini di Indonesia.
(tsa)
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1130 seconds (0.1#10.140)