Tangani Penyakit Pembesaran Prostat Jinak dengan Tindakan Rezum

Selasa, 10 September 2024 - 13:13 WIB
loading...
Tangani Penyakit Pembesaran...
Pembesaran prostat jinak masih menjadi masalah kesehatan yang menghantui para pria dewasa seiring dengan bertambahnya usia. Foto Ilustrasi/iStock
A A A
JAKARTA - Pembesaran prostat jinak masih menjadi masalah kesehatan yang menghantui para pria dewasa seiring dengan bertambahnya usia.

Menurut studi, penyakit yang juga kerap disebut benign prostatic hyperplasia atau BPH ini mempengaruhi 40 persen pria berusia 50 tahun, dan 90 persen pria berusia lebih dari 90 tahun.

Sayang, hingga saat ini belum diketahui penyebab dari pembesaran prostat jinak. Hanya, kondisi ini diduga terkait dengan perubahan pada keseimbangan kadar hormon seksual seiring pertambahan usia pria.



Adapun gejala pembesaran prostat jinak bisa berbeda pada tiap penderita, tetapi umumnya akan memburuk seiring waktu. Gejala utama dari kondisi ini adalah urine sulit keluar di awal buang air kecil, perlu mengejan saat buang air kecil, aliran utine lemah, hingga beser. Saat mengalami gejala tersebut sebaiknya langsung dibawa ke rumah sakit. Pasalnya, kini ada tindakan untuk menangani kondisi pembesaran prostat jinak.

Salah satu inovasi penanganan pembesaran prostat jinak adalah tindakan rezum yang dimiliki Primaya Hospital PGI Cikini, Jakarta. Tindakan ini diperuntukkan bagi pasien pembesaran prostat jinak yang umumnya dialami oleh pria di atas usia 50 tahun.

CEO Primaya Hospital Group Leona A. Karnali menyampaikan, tindakan rezum merupakan salah satu layanan terbaru dari layanan urologi Primaya Hospital yang merupakan bukti dan komitmen untuk senantiasa bertumbuh serta berinovasi untuk memenuhi kebutuhan masyarakat.

“Seluruh rumah sakit kami didukung oleh dokter spesialis yang lengkap dan berpengalaman, serta dilengkapi dengan teknologi yang mumpuni, fasilitas yang bersih dan pelayanan yang aman, ramah, dan cepat. Besar harapan kami kerja sama ini dapat mendukung pemerintah dalam memenuhi kebutuhan dokter, khususnya dokter spesialis di Indonesia,” kata Leona.

Pada tindakan rezum, anestesi diberikan dalam dosis yang lebih ringan bila dibandingkan dengan tindakan konvensional. Tindakan dimulai dengan endoskopi ke dalam saluran kemih, kandung kemih, dan prostat.

Alat rezum akan mengalirkan energi dalam bentuk uap air yang terukur kekuatan dan dosisnya ke dalam jaringan prostat, sehingga dalam waktu berjalan jaringan prostat tersebut akan mengecil secara alamiah dan membuka sumbatan saluran kemih. Pasien akan mulai merasakan hasilnya dua minggu hingga tiga bulan setelah tindakan rezum.



Dokter Spesialis Urologi Primaya Hospital PGI Cikini dr. Egi E. Manuputty, Sp.U menjelaskan, rezum merupakan tindakan invasif minimal untuk penderita BPH. Tindakan ini dapat memperbaiki keluhan, membuka sumbatan, dan mengurangi volume jaringan prostat akibat BPH, sesuai untuk volume prostat lebih dari 30 ml.

“Tindakan ini dapat dijadikan sebagai pilihan untuk pasien yang sudah mengonsumsi obat untuk BPH dan tidak mengalami perbaikan,” ujar dr. Egi.

Selain itu, tindakan ini juga diperuntukkan bagi pasien yang ingin menghindari efek samping dari terapi obat BPH, ingin mempertahankan fungsi seksual terutama ejakulasi dan pasien BPH yang tidak dapat menjalani tindakan pembedahan konvensional dengan teknik anestesi yang lebih dalam.

“Tindakan pembedahan untuk BPH dapat berupa TURP (Transurethral Resection of The Prostate) menggunakan energi listrik atau Laser Prostat menggunakan Thulium YAG,” papar dr. Egi.

Lebih lanjut dr. Egi mengatakan, tindakan ini untuk mengatasi gejala pembesaran prostat jinak yang sederhana, aman, tanpa pembedahan, dan efektif dengan masa pemulihan pasien yang cepat.

“Tindakan rezum ini juga memiliki masa rawat yang lebih singkat, risiko kontraktur yang lebih rendah, dan tidak ada jaringan yang diangkat,” papar dr. Egi.

Adapun persiapan yang harus dilakukan pasien sebelum menjalani tindakan rezum seperti pemeriksaan kesehatan sebelum prosedur tindakan, menghentikan penggunaan obat-obatan tertentu beberapa hari sebelum prosedur, menjalani pengambilan sampel urine untuk dianalisis guna memastikan tidak terdapat infeksi saluran kemih yang aktif, serta tidak mengonsumsi kafein dan alkohol.

“Perbanyak minum air putih, konsumsi makanan ringan, atau puasa sesuai persiapan tindakan,” tutup dr. Egi.
(tsa)
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1084 seconds (0.1#10.140)