Di-PHK akibat Pandemi, Wahyudi Bangkit dan Bangun Al-Doughnut
loading...
A
A
A
JAKARTA - Suara mesin mixerkue kecil sudah bekerja sejak subuh di rumah kontrakan Wahyudi. Dari kejauhan dia mulai terlihat sibuk menyiapkan bahan adonan donat dan roti . Ayah satu anak ini pun mempertontonkan kemahirannya dalam membuat donat yang rasanya tak kalah denganmerek-merek donat kenamaan di mall-mall.
(Baca juga: Early Grey Tea hingga Spaghetti, Ini Makanan Versi Restoran yang Bisa Dinikmati di Rumah )
Maklum, Wahyudi sebelumnya pernah bekerja di sebuah perusahaan donat ternama di Indonesia. Ruang lingkup pekerjaannya memang mengolah donat dan roti atau bidang food and beverage (F&B). Tetapi pandemi Covid-19 membuat dirinya kehilangan pekerjaan alias dirumahkan.
Memiliki pengalaman bekerja di perusahaan donat asal Singapura selama 11 tahun, Wahyudi pun mahir dalam meracik donat yang memiliki rasa serta tekstur mirip seperti donat sewaktu dia bekerja. Sedikit ilmu yang didapatnya semasa bekerja di perusahaan donat coba dia terapkan.
Setelah beberapa bulan terus mencoba-coba membuat donat sendiri, Wahyudi dengan dibantu istrinya, Sari membulatkan tekadnya untuk berdagang. Wahyudi berusaha membuat donat yang bukan sekadar donat rumahan dan bukan donat biasa. Tapi donat yang teksturnya empuk seperti donat yang sudah punya nama, tentunya dengan harga yang terjangkau.
Jualan donat dipilih lantaran pasangan suami-istri ini ingin melanjutkan apa yang sudah menjadi kebiasaan sebelumnya. Selain itu, bisnis ini dinilai fleksibel untuk dijadikan tren sebagai cemilan yang sehat serta disukai berbagai kalangan usia. "Karena basic atau skill pernah bekerja di perusahaan food and beverage," tutur Wahyudi saat ditemui, Rabu (26/8).
Lantas, berapa modal awal yang dihabiskan untuk membuka usahanya sendiri? Wahyudi mengaku jika modalnya relatif kecil untuk mendirikan bisnis rumahan ini. Simpanan di dalam tabungannya pun dia pergunakan untuk membuka usaha ini. Dengan mengusung brand Al-Doughnut, yang terinspirasi dari nama anaknya, Wahyudi dan istrinya sangat bersemangat menjajakan dagangan donatnya.
Perlahan tapi pasti, bisnis rumahan ini akhirnya mulai dikenal. Strategi penjualan Wahyudi cukup sederhana. Dia hanya menawarkan roti buatannya melalui grup whatsapp, media sosial serta menitipkan ke warung yang berada di dekat kontrakannya. Dari sinilah Al-Doughnut mulai dikenal di wilayah Semper, Jakarta Utara.
Meskipun pesanan tidak selalu datang setiap hari, namun sekali mendapatkan pesanan dia bisa mengolah sekitar 18 lusin (216 pcs). Harga satu donatnya pun bervariasi, mulai dari Rp3.000 hingga 4.000 dengan diberi sentuhan kemasan yang menarik. Wahyudi juga mengatakan bahwa donat rumahan buatannya ini hanya mampu bertahan dua hari.
"Harga itu untuk dijual di sekitar rumah. Tetapi untuk perkantoran saya menjual setengah lusinnya sebesar Rp23 ribu dan selusinnya Rp45 ribu. Karena harga yang kita kasih agar terjangkau baik di kalangan menengah ke atas maupun kalangan bawah. Selain donat, kita juga ada roti goreng," tutur Wahyudi.
Lebih jauh, Wahyudi mengutarakan bahwa dirinya bisa meraup hingga Rp1.000 dari setiap donat atau roti yang dijajakannya. Apabila dihitung omzet per bulannya, Wahyudi setidaknya bisa meraup Rp3 juta. Ini setidaknya mendekati gaji yang pernah diterima sebelumnya. "Rp2 juta kalau sepi, kalau lagi ramai kurang lebih meraup Rp3 juta. Tetapi itu tergantung pesanan setiap harinya karena kita buatnya kan sesuai PO (pre-order)," ucapnya.
Menurut Wahyudi, bisnis donat rumahan ini bisa menjadi jembatan menuju kesuksesan. Dan, dia bermimpi bisa mengembangkan lebih banyak lagi produk dan memiliki gerai di setiap kota. "Saya akan mengembangkan lebih banyak lagi inovasi produk-produk dan mempunyai gerai toko/cabang-cabang di setiap kota," harapnya.
(Baca juga: Ini Cara Mudah Nikmati Kopi Favorit Tanpa Perlu ke Kafe )
Dari sini, Wahyudi mencoba meyakinkan bahwa siapapun bisa kembali bangkit dari keterpurukanakibat pandemi Covid-19 . Dalam memulai usaha, tidak perlu terpatok dengan modal yang di luar kemampuan. Dengan keuletan, kerja keras dan fokus pada produk yang dihasilkan bisa membuat usaha kecil menjadi lebih besar.
(Baca juga: Early Grey Tea hingga Spaghetti, Ini Makanan Versi Restoran yang Bisa Dinikmati di Rumah )
Maklum, Wahyudi sebelumnya pernah bekerja di sebuah perusahaan donat ternama di Indonesia. Ruang lingkup pekerjaannya memang mengolah donat dan roti atau bidang food and beverage (F&B). Tetapi pandemi Covid-19 membuat dirinya kehilangan pekerjaan alias dirumahkan.
Memiliki pengalaman bekerja di perusahaan donat asal Singapura selama 11 tahun, Wahyudi pun mahir dalam meracik donat yang memiliki rasa serta tekstur mirip seperti donat sewaktu dia bekerja. Sedikit ilmu yang didapatnya semasa bekerja di perusahaan donat coba dia terapkan.
Setelah beberapa bulan terus mencoba-coba membuat donat sendiri, Wahyudi dengan dibantu istrinya, Sari membulatkan tekadnya untuk berdagang. Wahyudi berusaha membuat donat yang bukan sekadar donat rumahan dan bukan donat biasa. Tapi donat yang teksturnya empuk seperti donat yang sudah punya nama, tentunya dengan harga yang terjangkau.
Jualan donat dipilih lantaran pasangan suami-istri ini ingin melanjutkan apa yang sudah menjadi kebiasaan sebelumnya. Selain itu, bisnis ini dinilai fleksibel untuk dijadikan tren sebagai cemilan yang sehat serta disukai berbagai kalangan usia. "Karena basic atau skill pernah bekerja di perusahaan food and beverage," tutur Wahyudi saat ditemui, Rabu (26/8).
Lantas, berapa modal awal yang dihabiskan untuk membuka usahanya sendiri? Wahyudi mengaku jika modalnya relatif kecil untuk mendirikan bisnis rumahan ini. Simpanan di dalam tabungannya pun dia pergunakan untuk membuka usaha ini. Dengan mengusung brand Al-Doughnut, yang terinspirasi dari nama anaknya, Wahyudi dan istrinya sangat bersemangat menjajakan dagangan donatnya.
Perlahan tapi pasti, bisnis rumahan ini akhirnya mulai dikenal. Strategi penjualan Wahyudi cukup sederhana. Dia hanya menawarkan roti buatannya melalui grup whatsapp, media sosial serta menitipkan ke warung yang berada di dekat kontrakannya. Dari sinilah Al-Doughnut mulai dikenal di wilayah Semper, Jakarta Utara.
Meskipun pesanan tidak selalu datang setiap hari, namun sekali mendapatkan pesanan dia bisa mengolah sekitar 18 lusin (216 pcs). Harga satu donatnya pun bervariasi, mulai dari Rp3.000 hingga 4.000 dengan diberi sentuhan kemasan yang menarik. Wahyudi juga mengatakan bahwa donat rumahan buatannya ini hanya mampu bertahan dua hari.
"Harga itu untuk dijual di sekitar rumah. Tetapi untuk perkantoran saya menjual setengah lusinnya sebesar Rp23 ribu dan selusinnya Rp45 ribu. Karena harga yang kita kasih agar terjangkau baik di kalangan menengah ke atas maupun kalangan bawah. Selain donat, kita juga ada roti goreng," tutur Wahyudi.
Lebih jauh, Wahyudi mengutarakan bahwa dirinya bisa meraup hingga Rp1.000 dari setiap donat atau roti yang dijajakannya. Apabila dihitung omzet per bulannya, Wahyudi setidaknya bisa meraup Rp3 juta. Ini setidaknya mendekati gaji yang pernah diterima sebelumnya. "Rp2 juta kalau sepi, kalau lagi ramai kurang lebih meraup Rp3 juta. Tetapi itu tergantung pesanan setiap harinya karena kita buatnya kan sesuai PO (pre-order)," ucapnya.
Menurut Wahyudi, bisnis donat rumahan ini bisa menjadi jembatan menuju kesuksesan. Dan, dia bermimpi bisa mengembangkan lebih banyak lagi produk dan memiliki gerai di setiap kota. "Saya akan mengembangkan lebih banyak lagi inovasi produk-produk dan mempunyai gerai toko/cabang-cabang di setiap kota," harapnya.
(Baca juga: Ini Cara Mudah Nikmati Kopi Favorit Tanpa Perlu ke Kafe )
Dari sini, Wahyudi mencoba meyakinkan bahwa siapapun bisa kembali bangkit dari keterpurukanakibat pandemi Covid-19 . Dalam memulai usaha, tidak perlu terpatok dengan modal yang di luar kemampuan. Dengan keuletan, kerja keras dan fokus pada produk yang dihasilkan bisa membuat usaha kecil menjadi lebih besar.
(nug)