Mengenal Perintis Konsep Pertanian Organis di Indonesia
loading...
A
A
A
Menurut Sekretaris Yayasan Bina Sarana Bakti Apri Larastio, Agatho Organic Farm adalah pionir pertanian organis di Indonesia dan hingga kini konsisten menerapkan pertanian organis.
"Kata organis merujuk pada pertanian yang mempedulikan makhluk hidup lainnya," imbuh Apri.
Sebagai contoh, lanjut Apri, jika pada pertanian konvensional menggunakan pengendali nabati untuk membasmi semua hama, maka pertanian organis tidak ‘membunuh’ makhluk lain, tetapi membiarkan hama untuk ‘kenyang’ dengan sendirinya. Ada cara lain lagi, yakni menggunakan pengendali alami seperti urine kelinci atau sapi yang disiram ke tanah, yang ternyata juga ampuh menghalau hama.
“Selain tanaman, ada pula hewan-hewan yang terintegrasi dengan organis karena kotorannya dapat digunakan sebagai pupuk alami, seperti ayam, angsa, kambing, kelinci, dan sapi,” timpal Wahyudi Susanto.
Saat ini Agatho Organic Farm telah membuka kunjungan sekolah, workshop, hingga training seputar pertanian organis.
“Kami menerima kunjungan sekolah. Paketnya adalah berkeliling Agatho Organic Farm, melihat hasil panen dan berbelanja. Ada pula workshop, biasanya berlangsung selama 5 jam dan mendapatkan konsumsi. Sementara itu, untuk training, peserta menginap karena berlangsung selama tiga hari dengan materi yang padat dan mereka akan mendapatkan sertifikat,” beber Apri Larastio.
Pertanian organis ini biasanya panen sayuran dua kali dalam seminggu, dengan hasil panen mencapai 600 kg. Sekitar 150 kg hingga 300 kg dijual bebas. Sedangkan sisanya dijual ke agen-agen Agatho Organic Farm. Jenis sayuran yang ditanam di pertanian ini antara lain wortel, lobak, dan selada yang bahkan sudah diekspor ke Singapura.
“Ke depannya, Agatho Organic Farm akan mendirikan kafe organis di kawasan tersebut agar masyarakat dapat menikmati hasil panen Agatho secara langsung,” pungkas
Wahyudi Susanto.
"Kata organis merujuk pada pertanian yang mempedulikan makhluk hidup lainnya," imbuh Apri.
Sebagai contoh, lanjut Apri, jika pada pertanian konvensional menggunakan pengendali nabati untuk membasmi semua hama, maka pertanian organis tidak ‘membunuh’ makhluk lain, tetapi membiarkan hama untuk ‘kenyang’ dengan sendirinya. Ada cara lain lagi, yakni menggunakan pengendali alami seperti urine kelinci atau sapi yang disiram ke tanah, yang ternyata juga ampuh menghalau hama.
“Selain tanaman, ada pula hewan-hewan yang terintegrasi dengan organis karena kotorannya dapat digunakan sebagai pupuk alami, seperti ayam, angsa, kambing, kelinci, dan sapi,” timpal Wahyudi Susanto.
Saat ini Agatho Organic Farm telah membuka kunjungan sekolah, workshop, hingga training seputar pertanian organis.
“Kami menerima kunjungan sekolah. Paketnya adalah berkeliling Agatho Organic Farm, melihat hasil panen dan berbelanja. Ada pula workshop, biasanya berlangsung selama 5 jam dan mendapatkan konsumsi. Sementara itu, untuk training, peserta menginap karena berlangsung selama tiga hari dengan materi yang padat dan mereka akan mendapatkan sertifikat,” beber Apri Larastio.
Pertanian organis ini biasanya panen sayuran dua kali dalam seminggu, dengan hasil panen mencapai 600 kg. Sekitar 150 kg hingga 300 kg dijual bebas. Sedangkan sisanya dijual ke agen-agen Agatho Organic Farm. Jenis sayuran yang ditanam di pertanian ini antara lain wortel, lobak, dan selada yang bahkan sudah diekspor ke Singapura.
“Ke depannya, Agatho Organic Farm akan mendirikan kafe organis di kawasan tersebut agar masyarakat dapat menikmati hasil panen Agatho secara langsung,” pungkas
Wahyudi Susanto.
(tdy)