Unilever Berkomitmen Tinggalkan Bahan Bakar Fosil dalam Produk Pembersih
loading...
A
A
A
JAKARTA - Unilever pada Rabu (2/9) mengumumkan akan mulai melakukan transisi untuk menggantikan 100% karbon yang berasal dari bahan bakar fosil dalam formulasi produk-produk pembersih dan detergennya dengan karbon terbarukan atau karbon daur ulang. Langkah ini dilakukan untuk mentransformasi brand-brand di kategori pembersih dan detergen.
Ambisi baru tersebut adalah upaya untuk "Menciptakan Masa Depan yang Bersih & Lestari" (Clean Future), sebuah terobosan yang dirancang oleh divisi Home Care perusahaan untuk secara fundamental mengubah cara pembuatan, produksi, serta pengemasan produk pembersih dan detergen.
Sebagian besar produk pembersih dan detergen yang tersedia saat ini mengandung bahan kimia yang berasal dari bahan bakar fosil, yaitu sumber karbon yang tidak dapat diperbarui. Peralihan bahan kimia yang digunakan Unilever ke sumber karbon terbarukan atau karbon daur ulang sengaja dilakukan untuk beralih dari ekonomi yang bergantung pada bahan bakar fosil. (Baca Juga: Daniel Mananta Ingatkan Masyarakat Terapkan Hidup Sehat )
Upaya Clean Future adalah inisiatif pertama untuk skala global, dan merupakan langkah penting menuju komitmen Unilever dalam menghasilkan net zero emissions atau emisi nol dari produk-produknya pada 2039.
Semakin tinggi jejak karbon yang kita hasilkan, semakin besar pula dampak negatif yang diberikan terhadap bumi kita, terutama naiknya suhu bumi yang akan mengakibatkan berbagai ancaman bagi kelestarian lingkungan. Saat ini, bahan kimia yang digunakan di sebagian besar produk pembersih yang beredar di pasaran memiliki proporsi jejak karbon yang besar, yaitu sekitar 46% di sepanjang siklus hidup produk-produk tersebut.
Oleh karena itu, dengan meninggalkan bahan kimia yang berasal dari bahan bakar fosil dalam formulasi produknya, Unilever akan menemukan cara baru untuk mengurangi jejak karbon dari produk pembersih dan detergennya. Unilever menargetkan inisiatif ini akan dapat mengurangi jejak karbon dari formulasi produknya hingga 20%.
“Upaya Clean Future adalah visi kami untuk merombak bisnis secara drastis. Sebagai industri, kita harus memutuskan ketergantungan pada bahan bakar fosil, termasuk sebagai bahan baku produk . Kita harus berhenti mengeksploitasi karbon dari bawah tanah ketika tersedia cukup banyak karbon di dalam dan di atas tanah yang dapat kita teliti, untuk kemudian dimanfaatkan dalam skala besar,” kata Peter ter Kulve, President of Home Care Unilever, melalui rilis resminya.
Upaya Clean Future juga telah dimulai di Indonesia, baik di level korporat maupun melalui brand-brand di kategori Home Care.
Direktur Home Care PT Unilever Indonesia , Tbk Veronika Utami menjelaskan, pada 2019 pabrik Powder Non-Soap Detergent (NSD) yang memproduksi Rinso dan Molto mulai menggunakan energi terbarukan, yaitu energi biomassa yang berasal dari cangkang sawit yang bisa diperbarui. Biomassa ini menggantikan penggunaan gas alam sebagai bahan bakar pada proses pengeringan detergen bubuk. ( )
"Cangkang inti sawit menjadi pilihan karena ketersediaannya melimpah dari Sumatera dan Kalimantan, relatif tahan cuaca saat penyimpanan, dan memiliki kadar abu rendah," kata Veronica.
Sementara, sederet brand Home Care Unilever Indonesia telah mulai menjalankan inisiatif untuk menggunakan bahan yang lebih ramah lingkungan, baik untuk kemasan maupun formulasi produk. Salah satu contoh nyata adalah penggunaan 100% plastik hasil daur ulang untuk botol Rinso, Molto, Wipol, dan Sunlight, yang telah membantu perusahaan tersebut bergerak maju menuju bahan baku terbarukan pada kemasan-kemasannya.
Ambisi baru tersebut adalah upaya untuk "Menciptakan Masa Depan yang Bersih & Lestari" (Clean Future), sebuah terobosan yang dirancang oleh divisi Home Care perusahaan untuk secara fundamental mengubah cara pembuatan, produksi, serta pengemasan produk pembersih dan detergen.
Sebagian besar produk pembersih dan detergen yang tersedia saat ini mengandung bahan kimia yang berasal dari bahan bakar fosil, yaitu sumber karbon yang tidak dapat diperbarui. Peralihan bahan kimia yang digunakan Unilever ke sumber karbon terbarukan atau karbon daur ulang sengaja dilakukan untuk beralih dari ekonomi yang bergantung pada bahan bakar fosil. (Baca Juga: Daniel Mananta Ingatkan Masyarakat Terapkan Hidup Sehat )
Upaya Clean Future adalah inisiatif pertama untuk skala global, dan merupakan langkah penting menuju komitmen Unilever dalam menghasilkan net zero emissions atau emisi nol dari produk-produknya pada 2039.
Semakin tinggi jejak karbon yang kita hasilkan, semakin besar pula dampak negatif yang diberikan terhadap bumi kita, terutama naiknya suhu bumi yang akan mengakibatkan berbagai ancaman bagi kelestarian lingkungan. Saat ini, bahan kimia yang digunakan di sebagian besar produk pembersih yang beredar di pasaran memiliki proporsi jejak karbon yang besar, yaitu sekitar 46% di sepanjang siklus hidup produk-produk tersebut.
Oleh karena itu, dengan meninggalkan bahan kimia yang berasal dari bahan bakar fosil dalam formulasi produknya, Unilever akan menemukan cara baru untuk mengurangi jejak karbon dari produk pembersih dan detergennya. Unilever menargetkan inisiatif ini akan dapat mengurangi jejak karbon dari formulasi produknya hingga 20%.
“Upaya Clean Future adalah visi kami untuk merombak bisnis secara drastis. Sebagai industri, kita harus memutuskan ketergantungan pada bahan bakar fosil, termasuk sebagai bahan baku produk . Kita harus berhenti mengeksploitasi karbon dari bawah tanah ketika tersedia cukup banyak karbon di dalam dan di atas tanah yang dapat kita teliti, untuk kemudian dimanfaatkan dalam skala besar,” kata Peter ter Kulve, President of Home Care Unilever, melalui rilis resminya.
Upaya Clean Future juga telah dimulai di Indonesia, baik di level korporat maupun melalui brand-brand di kategori Home Care.
Direktur Home Care PT Unilever Indonesia , Tbk Veronika Utami menjelaskan, pada 2019 pabrik Powder Non-Soap Detergent (NSD) yang memproduksi Rinso dan Molto mulai menggunakan energi terbarukan, yaitu energi biomassa yang berasal dari cangkang sawit yang bisa diperbarui. Biomassa ini menggantikan penggunaan gas alam sebagai bahan bakar pada proses pengeringan detergen bubuk. ( )
"Cangkang inti sawit menjadi pilihan karena ketersediaannya melimpah dari Sumatera dan Kalimantan, relatif tahan cuaca saat penyimpanan, dan memiliki kadar abu rendah," kata Veronica.
Sementara, sederet brand Home Care Unilever Indonesia telah mulai menjalankan inisiatif untuk menggunakan bahan yang lebih ramah lingkungan, baik untuk kemasan maupun formulasi produk. Salah satu contoh nyata adalah penggunaan 100% plastik hasil daur ulang untuk botol Rinso, Molto, Wipol, dan Sunlight, yang telah membantu perusahaan tersebut bergerak maju menuju bahan baku terbarukan pada kemasan-kemasannya.
(tsa)