Fakta di Balik Kebangkrutan Tupperware, Brand Ikonik Rumah Tangga
loading...
A
A
A
JAKARTA - Tupperware, salah satu brand peralatan rumah tangga yang paling populer di kalangan ibu-ibu, dikabarkan bangkrut. Brand yang sudah ada sejak 1946 ini bangkrut karena krisis keuangan di perusahaannya. Kabar ini tentu mengejutkan warganet, terutama kaum hawa.
Tupperware awalnya terkenal karena memiliki produk yang inovatif dan menarik secara visual. Kualitasnya yang bagus dan kokoh juga menjadi daya tarik bagi para ibu rumah tangga.
Namun, dikabarkan brand houseware populer asal Amerika ini terancam bangkrut karena sahamnya anjlok 50%, menyusul peringatan kesuraman bisnis. Manajemen Tupperware menyatakan bahwa perusahaan tidak memiliki cukup dana untuk operasi bisnis dan meragukan bisnis ini akan berlanjut.
Dalam siaran pers, CEO Tupperware, Miguel Fernandez mengungkap, pihaknya sedang berusaha untuk menghadapi krisis di perusahaan mereka. Ia mengatakan, Tupperware akan segera mencari dana tambahan dan berencana melakukan PHK terhadap karyawan-karyawan mereka.
Krisis ini berawal dari kesulitan dalam persaingan dengan brand lain beberapa tahun belakang. Rebranding image supaya menarik generasi muda yang telah dilakukan Tupperware, dampaknya tidak terlihat secara signifikan. Hal ini menyebabkan penurunan tajam penjualan produk, penurunan konsumen pada produk rumah tangga, sampai brand ini belum sepenuhnya sampai ke konsumen generasi muda.
Sebelum krisis ini, Tupperware sudah menjadi produk favorit sejak 1948 karena cara berbisnisnya yang unik. Pada 1948, diadakan pesta rumahan yang menjadi ajang pamer Tupperware sekaligus memperkenalkan produk ini melalui demonstrasi secara langsung. Model bisnis ini dinamakan “Tupperware Party” atau “Hostess Group Demonstations”. Bahkan model bisnis ini juga diterapkan di Indonesia.
Saat arisan RT misalnya, para ibu rumah tangga berkumpul dan di akhir acara, salah satu agen Tupperware yang berasal dari kalangan IRT juga, mendemonstrasikan penggunaan Tupperware. Karena model bisnis ini juga, Tupperware sukses membuat produknya menjadi gaya hidup bagi ibu rumah tangga. MG/Dinda Annaf Salsabila
Tupperware awalnya terkenal karena memiliki produk yang inovatif dan menarik secara visual. Kualitasnya yang bagus dan kokoh juga menjadi daya tarik bagi para ibu rumah tangga.
Namun, dikabarkan brand houseware populer asal Amerika ini terancam bangkrut karena sahamnya anjlok 50%, menyusul peringatan kesuraman bisnis. Manajemen Tupperware menyatakan bahwa perusahaan tidak memiliki cukup dana untuk operasi bisnis dan meragukan bisnis ini akan berlanjut.
Dalam siaran pers, CEO Tupperware, Miguel Fernandez mengungkap, pihaknya sedang berusaha untuk menghadapi krisis di perusahaan mereka. Ia mengatakan, Tupperware akan segera mencari dana tambahan dan berencana melakukan PHK terhadap karyawan-karyawan mereka.
Krisis ini berawal dari kesulitan dalam persaingan dengan brand lain beberapa tahun belakang. Rebranding image supaya menarik generasi muda yang telah dilakukan Tupperware, dampaknya tidak terlihat secara signifikan. Hal ini menyebabkan penurunan tajam penjualan produk, penurunan konsumen pada produk rumah tangga, sampai brand ini belum sepenuhnya sampai ke konsumen generasi muda.
Sebelum krisis ini, Tupperware sudah menjadi produk favorit sejak 1948 karena cara berbisnisnya yang unik. Pada 1948, diadakan pesta rumahan yang menjadi ajang pamer Tupperware sekaligus memperkenalkan produk ini melalui demonstrasi secara langsung. Model bisnis ini dinamakan “Tupperware Party” atau “Hostess Group Demonstations”. Bahkan model bisnis ini juga diterapkan di Indonesia.
Saat arisan RT misalnya, para ibu rumah tangga berkumpul dan di akhir acara, salah satu agen Tupperware yang berasal dari kalangan IRT juga, mendemonstrasikan penggunaan Tupperware. Karena model bisnis ini juga, Tupperware sukses membuat produknya menjadi gaya hidup bagi ibu rumah tangga. MG/Dinda Annaf Salsabila
(tsa)