WHO Peringatkan Dunia Lebih Siap untuk Pandemi Berikutnya
loading...
A
A
A
JAKARTA - Direktur Jenderal Organisasi Kesehatan Dunia ( WHO ) Tedros Adhanom Ghebreyesus mengatakan, dunia harus lebih siap menghadapi pandemi berikutnya.
Hal itu disampaikan Tedros saat meminta negara-negara untuk berinvestasi untuk masalah kesehatan masyarakat.
"Ini bukan pandemi terakhir," kata Tedros dalam konferensi pers di Jenewa, Swiss, seperti dilansir Reuters pada Selasa (8/9). ( )
Tedros menjelaskan, peringatan ini dibuatnya berdasarkan sejarah dan fakta perihal wabah ataupun pandemi yang pernah ada sebelumnya. Sayang, sang Sekjen WHO tak menjelaskan lebih jauh terkait pandemi berikutnya seperti apa.
"Sejarah mengajarkan kita bahwa wabah dan pandemi adalah fakta kehidupan. Tetapi, ketika pandemi berikutnya datang, dunia harus siap, lebih siap daripada saat ini," jelasnya.
Lebih dari 27,19 juta orang di dunia dilaporkan telah terinfeksi virus corona baru dan 888.326 di antaranya meninggal dunia. Jumlah ini berdasarkan penghitungan Reuters sejak kasus pertama diidentifikasi di China pada Desember 2019.
Sebelumnya, WHO memperingatkan bahwa mungkin tidak akan ada silver bullet atau peluru perak untuk COVID-19 dalam bentuk vaksin yang sempurna. Jalan menuju normalitas seperti sebelumnya juga dilaporkan akan panjang, dengan beberapa negara memerlukan pengaturan ulang strategi.
Tedros dan Direktur Eksekutif Health Emergencies Programme WHO Mike Ryan mendesak negara-negara di dunia untuk secara ketat menegakkan langkah-langkah kesehatan seperti memakai masker, menjaga jarak sosial, mencuci tangan, dan tes virus.
"Pesan kepada orang-orang dan pemerintah jelas: lakukan itu semua!," ujar Tedros.
Tedros menambahkan, masker harus menjadi simbol solidaritas dunia.
“Sejumlah vaksin sekarang dalam uji klinis fase tiga dan kami semua berharap memiliki sejumlah vaksin efektif yang dapat membantu mencegah orang dari infeksi. Namun, saat ini tidak ada peluru perak dan mungkin tidak akan pernah ada," ujarnya.
Virus corona baru adalah darurat kesehatan terbesar sejak awal abad ke-20. "Perlombaan" internasional untuk mendapatkan vaksin juga belum pernah terjadi sebelumnya. Tapi, Tedros menggarisbawahi ketidakpastian.
"Ada kekhawatiran bahwa kita mungkin tidak memiliki vaksin yang dapat berfungsi, atau perlindungannya hanya untuk beberapa bulan, tidak lebih. Tetapi, sampai kita menyelesaikan uji klinis, kita tidak akan tahu," kata Ryan. ( )
Ryan menambahkan, negara-negara dengan tingkat penularan yang tinggi, seperti Brasil dan India, perlu bersiap untuk pertempuran besar.
"Jalan keluarnya panjang dan membutuhkan komitmen berkelanjutan," tutup Ryan.
Hal itu disampaikan Tedros saat meminta negara-negara untuk berinvestasi untuk masalah kesehatan masyarakat.
"Ini bukan pandemi terakhir," kata Tedros dalam konferensi pers di Jenewa, Swiss, seperti dilansir Reuters pada Selasa (8/9). ( )
Tedros menjelaskan, peringatan ini dibuatnya berdasarkan sejarah dan fakta perihal wabah ataupun pandemi yang pernah ada sebelumnya. Sayang, sang Sekjen WHO tak menjelaskan lebih jauh terkait pandemi berikutnya seperti apa.
"Sejarah mengajarkan kita bahwa wabah dan pandemi adalah fakta kehidupan. Tetapi, ketika pandemi berikutnya datang, dunia harus siap, lebih siap daripada saat ini," jelasnya.
Lebih dari 27,19 juta orang di dunia dilaporkan telah terinfeksi virus corona baru dan 888.326 di antaranya meninggal dunia. Jumlah ini berdasarkan penghitungan Reuters sejak kasus pertama diidentifikasi di China pada Desember 2019.
Sebelumnya, WHO memperingatkan bahwa mungkin tidak akan ada silver bullet atau peluru perak untuk COVID-19 dalam bentuk vaksin yang sempurna. Jalan menuju normalitas seperti sebelumnya juga dilaporkan akan panjang, dengan beberapa negara memerlukan pengaturan ulang strategi.
Tedros dan Direktur Eksekutif Health Emergencies Programme WHO Mike Ryan mendesak negara-negara di dunia untuk secara ketat menegakkan langkah-langkah kesehatan seperti memakai masker, menjaga jarak sosial, mencuci tangan, dan tes virus.
"Pesan kepada orang-orang dan pemerintah jelas: lakukan itu semua!," ujar Tedros.
Tedros menambahkan, masker harus menjadi simbol solidaritas dunia.
“Sejumlah vaksin sekarang dalam uji klinis fase tiga dan kami semua berharap memiliki sejumlah vaksin efektif yang dapat membantu mencegah orang dari infeksi. Namun, saat ini tidak ada peluru perak dan mungkin tidak akan pernah ada," ujarnya.
Virus corona baru adalah darurat kesehatan terbesar sejak awal abad ke-20. "Perlombaan" internasional untuk mendapatkan vaksin juga belum pernah terjadi sebelumnya. Tapi, Tedros menggarisbawahi ketidakpastian.
"Ada kekhawatiran bahwa kita mungkin tidak memiliki vaksin yang dapat berfungsi, atau perlindungannya hanya untuk beberapa bulan, tidak lebih. Tetapi, sampai kita menyelesaikan uji klinis, kita tidak akan tahu," kata Ryan. ( )
Ryan menambahkan, negara-negara dengan tingkat penularan yang tinggi, seperti Brasil dan India, perlu bersiap untuk pertempuran besar.
"Jalan keluarnya panjang dan membutuhkan komitmen berkelanjutan," tutup Ryan.
(tsa)