Pasien COVID-19 yang Dirawat Menderita Kerusakan Paru 3 Bulan Setelah Pemulihan
loading...
A
A
A
JAKARTA - Salah satu kekhawatiran paling umum dari para ahli medis di seluruh dunia terkait penyakit COVID-19 adalah kasus kerusakan organ vital yang terus-menerus seperti paru-paru, bahkan setelah pemulihan.
Pasien sebelumnya telah melaporkan kerusakan jantung jangka panjang, gejala kambuh, dan rasa sakit yang tidak dapat dijelaskan di tubuh mereka adalah komplikasi akibat infeksi virus corona, bahkan setelah keluar dari rumah sakit tempat mereka dirawat karena penyakit tersebut. ( )
Times Now News pada Rabu (9/9) melaporkan, sebuah penelitian menemukan bahwa pasien yang dirawat karena COVID-19 dan keluar dari rumah sakit, menderita kerusakan paru-paru bahkan tiga bulan setelah pemulihan. Para peneliti di berbagai institusi di wilayah Tyrolean Austria meminta pasien COVID-19 yang dirawat di rumah sakit untuk dievaluasi setelah 6, 12, dan 24 minggu setelah dipulangkan.
Sementara kondisi kebanyakan orang ditemukan membaik dalam 6 minggu, beberapa pasien terus menderita sesak napas dan batuk lebih lama. Ketika evaluasi pertama dilakukan, ditemukan bahwa lebih dari separuh pasien memiliki setidaknya satu gejala yang menetap, kebanyakan sesak dan batuk. Pemindaian CT masih menunjukkan kerusakan paru-paru pada 88% pasien.
Pada kunjungan berikutnya, yaitu 12 minggu setelah keluar, gejala di antara pasien telah membaik, dan kerusakan paru-paru berkurang hingga 56%. Sementara kunjungan ketiga, setelah 24 minggu keluar dari rumah, sakit masih tertunda.
Dr. Sabina Sahanic, seorang mahasiswa PhD klinis di Klinik Universitas di Innsbruck dan bagian dari tim yang melakukan penelitian , mengatakan bahwa orang menunjukkan kerusakan paru-paru akibat COVID-19 beberapa minggu setelah keluar. Namun, dia mengatakan bahwa kabar baiknya adalah, tampaknya gangguan tersebut cenderung membaik dari waktu ke waktu, yang dapat menyiratkan kalau paru-paru memiliki mekanisme untuk memperbaiki dirinya sendiri setelah sakit.
Pada kunjungan 6 minggu, yang merupakan kunjungan pertama setelah dipulangkan, ekokardiogram menunjukkan bahwa 48 pasien, yang terdiri dari 58% lebih, mengalami disfungsi ventrikel kiri jantung pada saat sedang rileks dan dilatasi. Indikator kerusakan jantung seperti pembekuan darah, peradangan, dan lain-lain juga sangat tinggi. ( )
Gejala itu diamati memiliki kecenderungan untuk membaik seiring berjalannya waktu. "Untungnya, dalam kelompok Innsbruck, kami tidak mengamati disfungsi jantung terkait virus corona yang parah pada fase pascaakut," tutup Dr. Sahanic.
Pasien sebelumnya telah melaporkan kerusakan jantung jangka panjang, gejala kambuh, dan rasa sakit yang tidak dapat dijelaskan di tubuh mereka adalah komplikasi akibat infeksi virus corona, bahkan setelah keluar dari rumah sakit tempat mereka dirawat karena penyakit tersebut. ( )
Times Now News pada Rabu (9/9) melaporkan, sebuah penelitian menemukan bahwa pasien yang dirawat karena COVID-19 dan keluar dari rumah sakit, menderita kerusakan paru-paru bahkan tiga bulan setelah pemulihan. Para peneliti di berbagai institusi di wilayah Tyrolean Austria meminta pasien COVID-19 yang dirawat di rumah sakit untuk dievaluasi setelah 6, 12, dan 24 minggu setelah dipulangkan.
Sementara kondisi kebanyakan orang ditemukan membaik dalam 6 minggu, beberapa pasien terus menderita sesak napas dan batuk lebih lama. Ketika evaluasi pertama dilakukan, ditemukan bahwa lebih dari separuh pasien memiliki setidaknya satu gejala yang menetap, kebanyakan sesak dan batuk. Pemindaian CT masih menunjukkan kerusakan paru-paru pada 88% pasien.
Pada kunjungan berikutnya, yaitu 12 minggu setelah keluar, gejala di antara pasien telah membaik, dan kerusakan paru-paru berkurang hingga 56%. Sementara kunjungan ketiga, setelah 24 minggu keluar dari rumah, sakit masih tertunda.
Dr. Sabina Sahanic, seorang mahasiswa PhD klinis di Klinik Universitas di Innsbruck dan bagian dari tim yang melakukan penelitian , mengatakan bahwa orang menunjukkan kerusakan paru-paru akibat COVID-19 beberapa minggu setelah keluar. Namun, dia mengatakan bahwa kabar baiknya adalah, tampaknya gangguan tersebut cenderung membaik dari waktu ke waktu, yang dapat menyiratkan kalau paru-paru memiliki mekanisme untuk memperbaiki dirinya sendiri setelah sakit.
Pada kunjungan 6 minggu, yang merupakan kunjungan pertama setelah dipulangkan, ekokardiogram menunjukkan bahwa 48 pasien, yang terdiri dari 58% lebih, mengalami disfungsi ventrikel kiri jantung pada saat sedang rileks dan dilatasi. Indikator kerusakan jantung seperti pembekuan darah, peradangan, dan lain-lain juga sangat tinggi. ( )
Gejala itu diamati memiliki kecenderungan untuk membaik seiring berjalannya waktu. "Untungnya, dalam kelompok Innsbruck, kami tidak mengamati disfungsi jantung terkait virus corona yang parah pada fase pascaakut," tutup Dr. Sahanic.
(tsa)