Redakan Kecemasan dengan Self Hypnosis
loading...
A
A
A
JAKARTA - Sudah banyak korban berjatuhan akibat Covid-19 . Protokol kesehatan tetap dijalankan sambil berusaha berdamai dengan pandemi ini. Seperti apa?
Sejak awal pandemi, dr Susi Suryaningsih SpKJ dan sang suami dr Edy Purwanto SpPK harus ekstra hati-hati mengingat kewajiban mereka sebagai tenaga medis ditambah dengan riwayat komorbid keduanya yang cukup berat. Namun, walau telah menjalankan berbagai pencegahan, Covid-19 tersebut menyerang keduanya. Kondisi yang mereka alami cukup serius dengan adanya penyakit penyerta. (Baca: Mereka Mati Mengenaskan Setalah Menghina Nabi Muhammad SAW)
Dr Susi misalnya, memiliki riwayat DM tipe II, gangguan jantung, ginjal, hingga sebelumnya beberapa kali cuci darah, dan hipertensi. Sementara dr Edy ada riwayat hipertensi kronis. Kedua pasangan ini dirawat intensif di ICU. Dr Susi malah harus proses cuci darah karena kondisi ginjalnya memburuk.
“Ketika cuci darah sedang berlangsung, keesokan harinya tiba-tiba saya shock. Tekanan darah turun di bawah 80 karena nyeri hebat neurogenik hingga akhirnya diberi morfin. Alhamdulillah setelah tiga hari kondisi kami membaik dan pindah dari ICU ke HCU,” kenang dr Susi.
Pada saat itu ia menuntaskan kewajiban utang dan infak. Keduanya terus membaik hingga dipindahkan ke bangsal perawatan. Mereka rutin mengonsumsi kapsul sambiloto (Andrographis paniculata). Setelah beberapa kali tes swab, dr Susi dan suami dinyatakan negatif. Baginya ini adalah sebuah mukjizat.
“Tim dokter sudah memasrahkan saya, mereka lebih fokus pada suami karena saya banyak komorbid,” ujar dokter yang praktik di RS Triharsi, RS Hermina Solo, dan RSUD Pemkot Solo ini. (Baca juga: Kemendikbud Akan Kembangkan SMK untuk Bangun Desa)
Mengenang sewaktu kritis, ia mengaku berusaha pasrah dan ikhlas dari situ justru bisa timbul ketenangan sembari menyugesti diri bahwa ia akan sembuh dan suaminya juga meyakini hal ini. Dengan pengalaman ini, dr Susi menyarankan agar penderita Covid-19 ataupun orang sehat sekalipun untuk melakukan self hypnosis.
“Berusaha tidak cemas saja kita (bisa) selamat, apalagi dengan ditambahkan afirmasi positif,” imbuhnya.
Ia menamakannya dengan relaksasi self hypnosis. Ini adalah terapi perilaku yang dilakukan pasien di bawah bimbingan dokter atau terapis yang bertujuan mengaktivasi alam bawah sadar. Dengan begitu, tingkat kecemasan dapat ditekan serta menumbuhkan suasana hati yang baik. Hal ini berhubungan dengan peningkatan sistem imunitas kita.
Untuk diketahui, otak manusia terdiri atas otak sadar dan di bawah sadar. Otak atau pikiran sadar hanya berkontribusi 20% terhadap perilaku manusia. Sisanya 80% dikuasai oleh pikiran nirsadar dan digunakan untuk hal yang negatif.
“Semuanya tersimpan di memori nirsadar isinya sampah,” kata dr Susi. Seperti fobia, traumatis, dan berbagai penyakit yang dipicu oleh aspek psikologis. (Baca juga: Cukupi Nutrisi si Kecil di Masa Pandemi)
Nah, di sinilah self hypnosis berperan. Pasien akan membuka alam bawah sadar mereka dan menggantinya dengan hal-hal yang positif. Di sini hanya gelombang alfa yang terlibat, dengan kondisi tubuh masih sadar tapi pikiran rileks. Rileksasi gelombang alfa dalam suasana hening bisa lewat auditori, visual, atau sambil dipijat misalnya.
Pasien kemudian diminta untuk fokus pada tujuan yang ingin dicapai dengan mengatakan afirmasi positif. Katakan berulang “saya ikhlas, saya tenang,”. Self hypnosis dimulai dengan memejamkan mata, mengambil napas dengan otot perut, membebaskan pikiran, perasaan jiwa, dengan tubuh yang rileks. Tidak ada batasan untuk melakukan self hypnosis.
Yang jelas semakin sering, maka semakin bagus. Pikiran tidak mudah cemas, stres, atau bahkan depresi. Sebaliknya, hati dan pikiran menjadi tenang. Alhasil kita bisa berkompromi dengan keadaan yang ada. Tapi ingat, cara ini tidaklah instan. Melainkan harus diulang-ulang hingga menjadi kebiasaan. “Lagi isolasi misalnya, boleh dicoba untuk diterapkan daripada tidak sama sekali,” ujarnya. (Lihat videonya: Napi WNA Kabur dari Lapas Tangerang Ditemukan Tewas di Bogor)
Dr Susi menekankan bahwa metode ini amat mudah dijalankan tapi tidak banyak orang yang tahu. Tidak ada hubungannya dengan klenik, melainkan sangat ilmiah. Terapi self hypnosis menangani faktor psikologis yang berpotensi menyebabkan, memperparah, dan menghambat penyembuhan penyakit. (Sri Noviarni)
Sejak awal pandemi, dr Susi Suryaningsih SpKJ dan sang suami dr Edy Purwanto SpPK harus ekstra hati-hati mengingat kewajiban mereka sebagai tenaga medis ditambah dengan riwayat komorbid keduanya yang cukup berat. Namun, walau telah menjalankan berbagai pencegahan, Covid-19 tersebut menyerang keduanya. Kondisi yang mereka alami cukup serius dengan adanya penyakit penyerta. (Baca: Mereka Mati Mengenaskan Setalah Menghina Nabi Muhammad SAW)
Dr Susi misalnya, memiliki riwayat DM tipe II, gangguan jantung, ginjal, hingga sebelumnya beberapa kali cuci darah, dan hipertensi. Sementara dr Edy ada riwayat hipertensi kronis. Kedua pasangan ini dirawat intensif di ICU. Dr Susi malah harus proses cuci darah karena kondisi ginjalnya memburuk.
“Ketika cuci darah sedang berlangsung, keesokan harinya tiba-tiba saya shock. Tekanan darah turun di bawah 80 karena nyeri hebat neurogenik hingga akhirnya diberi morfin. Alhamdulillah setelah tiga hari kondisi kami membaik dan pindah dari ICU ke HCU,” kenang dr Susi.
Pada saat itu ia menuntaskan kewajiban utang dan infak. Keduanya terus membaik hingga dipindahkan ke bangsal perawatan. Mereka rutin mengonsumsi kapsul sambiloto (Andrographis paniculata). Setelah beberapa kali tes swab, dr Susi dan suami dinyatakan negatif. Baginya ini adalah sebuah mukjizat.
“Tim dokter sudah memasrahkan saya, mereka lebih fokus pada suami karena saya banyak komorbid,” ujar dokter yang praktik di RS Triharsi, RS Hermina Solo, dan RSUD Pemkot Solo ini. (Baca juga: Kemendikbud Akan Kembangkan SMK untuk Bangun Desa)
Mengenang sewaktu kritis, ia mengaku berusaha pasrah dan ikhlas dari situ justru bisa timbul ketenangan sembari menyugesti diri bahwa ia akan sembuh dan suaminya juga meyakini hal ini. Dengan pengalaman ini, dr Susi menyarankan agar penderita Covid-19 ataupun orang sehat sekalipun untuk melakukan self hypnosis.
“Berusaha tidak cemas saja kita (bisa) selamat, apalagi dengan ditambahkan afirmasi positif,” imbuhnya.
Ia menamakannya dengan relaksasi self hypnosis. Ini adalah terapi perilaku yang dilakukan pasien di bawah bimbingan dokter atau terapis yang bertujuan mengaktivasi alam bawah sadar. Dengan begitu, tingkat kecemasan dapat ditekan serta menumbuhkan suasana hati yang baik. Hal ini berhubungan dengan peningkatan sistem imunitas kita.
Untuk diketahui, otak manusia terdiri atas otak sadar dan di bawah sadar. Otak atau pikiran sadar hanya berkontribusi 20% terhadap perilaku manusia. Sisanya 80% dikuasai oleh pikiran nirsadar dan digunakan untuk hal yang negatif.
“Semuanya tersimpan di memori nirsadar isinya sampah,” kata dr Susi. Seperti fobia, traumatis, dan berbagai penyakit yang dipicu oleh aspek psikologis. (Baca juga: Cukupi Nutrisi si Kecil di Masa Pandemi)
Nah, di sinilah self hypnosis berperan. Pasien akan membuka alam bawah sadar mereka dan menggantinya dengan hal-hal yang positif. Di sini hanya gelombang alfa yang terlibat, dengan kondisi tubuh masih sadar tapi pikiran rileks. Rileksasi gelombang alfa dalam suasana hening bisa lewat auditori, visual, atau sambil dipijat misalnya.
Pasien kemudian diminta untuk fokus pada tujuan yang ingin dicapai dengan mengatakan afirmasi positif. Katakan berulang “saya ikhlas, saya tenang,”. Self hypnosis dimulai dengan memejamkan mata, mengambil napas dengan otot perut, membebaskan pikiran, perasaan jiwa, dengan tubuh yang rileks. Tidak ada batasan untuk melakukan self hypnosis.
Yang jelas semakin sering, maka semakin bagus. Pikiran tidak mudah cemas, stres, atau bahkan depresi. Sebaliknya, hati dan pikiran menjadi tenang. Alhasil kita bisa berkompromi dengan keadaan yang ada. Tapi ingat, cara ini tidaklah instan. Melainkan harus diulang-ulang hingga menjadi kebiasaan. “Lagi isolasi misalnya, boleh dicoba untuk diterapkan daripada tidak sama sekali,” ujarnya. (Lihat videonya: Napi WNA Kabur dari Lapas Tangerang Ditemukan Tewas di Bogor)
Dr Susi menekankan bahwa metode ini amat mudah dijalankan tapi tidak banyak orang yang tahu. Tidak ada hubungannya dengan klenik, melainkan sangat ilmiah. Terapi self hypnosis menangani faktor psikologis yang berpotensi menyebabkan, memperparah, dan menghambat penyembuhan penyakit. (Sri Noviarni)
(ysw)