Diabetesi Tidak Terdiagnosis Masih Cukup Tinggi

Selasa, 10 November 2020 - 14:30 WIB
loading...
Diabetesi Tidak Terdiagnosis Masih Cukup Tinggi
Diabetes memang tidak bisa disembuhkan, tetapi manajemennya sangat perlu diperhatikan. Foto Ilustrasi/Shutterstock
A A A
JAKARTA - Hingga 14 Mei 2020, International Diabetes Federation (IDF) melaporkan 463 juta orang dewasa di dunia penyandang diabetes (diabetesi) dengan prevalensi global mencapai 9,3%. Sayang, kondisi yang membahayakan adalah 50,1% penyandang diabetes tidak terdiagnosis.

Ini menjadikan status diabetes sebagai silent killer masih menghantui dunia. Jumlah diabetesi ini diperkirakan meningkat 45% atau setara dengan 629 juta pasien per tahun 2045. Bahkan, sebanyak 75% pasien diabetes pada 2020 berusia 20-64 tahun.

( )

Director of Special Needs & Healthy Lifestyle Nutrition KALBE Nutritionals Tunghadi Indra mengatakan, angka prevalensi diabetes di dunia dan Indonesia yang meningkat, ditambah risiko yang bisa terjadi kepada para diabetesi saat pandemi ini, menunjukkan kalau diabetes perlu perhatian khusus dari semua kalangan.

"Diabetes memang tidak bisa disembuhkan, tetapi manajemennya sangat perlu diperhatikan. Selain itu dukungan dari support system di sekitar diabetesi juga sangat dibutuhkan,” ungkap Tunghadi dalam acara "World Diabetes Day 2020" yang diadakan Diabetasol.

Karena angka diabetesi yang tidak terdiagnosis cukup tinggi, maka semua orang yang berisiko tinggi menderita penyakit ini hendaknya melakukan skrining untuk gula darah . Beberapa orang berisiko tinggi di antaranya mereka yang kegemukan atau obesitas, lingkar perut melebihi angka normal, ada riwayat diabetes dalam keluarga, dan perempuan yang melahirkan bayi lebih dari 4 kilogram. Tindakan skrining dimaksudkan sebagai deteksi dini terhadap penyakit agar dapat ditangani lebih awal.

Skrining diabetes bisa dilakukan secara mandiri dengan cara tes gula darah. Dengan melihat hasil pengukuran gula darah, bisa diketahui apakah seseorang mengidap diabetes atau tidak. Dokter biasanya akan menganjurkan pengidap untuk menjalani tes gula darah pada waktu dan dengan metode tertentu.

Ketua Umum Perkumpulan Endokrinologi Indonesia (PERKENI) Prof. Dr. dr. Ketut Suastika, SpPD-KEMD mengatakan, siapa pun harus aware dengan kondisi tubuh.

"Harus ingat bahwa gejala klasik diabetes yang bisa didiagnosa dari awal adalah banyak minum, banyak kencing, juga berat badan yang turun drastis," kata Prof. Suastika.

Bagi diabetesi, penting untuk mengecek kadar gula darah secara rutin dan melakukan pencegahan, terlebih saat pandemi COVID-19 sekarang. Diabetes adalah salah satu komorbid atau penyakit penyerta yang banyak ditemukan pada pasien virus COVID-19. Tepatnya di peringkat kedua yaitu sebanyak 34,4% kasus di Indonesia.

( )

Terkait edukasi diabetes, selama ini Diabetasol melakukan edukasi penanganan diabetes bagi diabetesi dan keluarganya baik dalam bentuk offline maupun online. Diabetasol juga memberikan layanan konsultasi dengan dokter dan nutritionist, serta menyediakan informasi mengenai cara mengatasi diabetes dan menghindari risiko komplikasi. Semuanya bisa diakses melalui website http://diabetasol.com/id.

Perencanaan pengelolaan diabetes harus dibicarakan antara diabetesi dan keluarganya. Diabetesi harus menerima perawatan medis secara terkoordinasi dan terintegrasi dari tim kesehatan, sehingga keluarga perlu menyadari pentingnya keikutsertaan dalam perawatan diabetesi melitus agar kadar gula darah dapat terkontrol dengan baik.
(tsa)
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1941 seconds (0.1#10.140)