Hati-Hati! Konsumsi Telur 1 atau Lebih per Hari Tingkatkan Risiko Diabates hingga 60%
loading...
A
A
A
JAKARTA - Telur dinilai sebagai makanan yang sehat, namun sebuah studi baru menemukan orang yang secara teratur mengonsumsi satu atau lebih telur per hari (setara dengan 50 g) meningkatkan risiko diabetes hingga 60%.
Studi dari University of South Australia, yang dilakukan dalam kemitraan dengan China Medical University dan Qatar University ini, adalah konsumsi telur akses pertama pada sebagian besar orang dewasa di China.
Baca juga : 5 Makanan Penting Bagi Penderita Diabetes Tipe 2
Ahli epidemiologi dan kesehatan masyarakat, Dr Ming Li dari UniSA, mengatakan meningkatnya diabetes adalah kekhawatiran yang berkembang, terutama di China. Di mana perubahan pada pola makan tradisional China berdampak pada kesehatan.
"Diet adalah faktor yang diketahui dan dapat dimodifikasi yang berkontribusi pada timbulnya diabetes tipe 2, jadi memahami berbagai faktor makanan yang mungkin memengaruhi peningkatan prevalensi penyakit itu penting," kata Dr Li dilansir dari Express, Senin (16/11).
"Selama beberapa dekade terakhir, China telah mengalami transisi nutrisi yang substansial yang membuat banyak orang beralih dari pola makan tradisional yang terdiri dari biji-bijian dan sayuran, ke pola makan yang lebih diproses yang mencakup lebih banyak daging, camilan, dan makanan padat energi," sambungnya.
Pada saat yang sama, konsumsi telur juga terus meningkat. Dari tahun 1991 hingga 2009, jumlah orang yang makan telur di China hampir dua kali lipat.
Sementara hubungan antara makan telur dan diabetes sering diperdebatkan. Penelitian ini bertujuan untuk menilai konsumsi telur jangka panjang dan risiko terkena diabetes, yang ditentukan oleh glukosa darah puasa.
"Apa yang kami temukan adalah bahwa konsumsi telur jangka panjang yang lebih tinggi (lebih dari 38 gram per hari) meningkatkan risiko diabetes di antara orang dewasa China sekitar 25%," jelasnya.
"Lebih lanjut, orang dewasa yang rutin makan banyak telur (lebih dari 50 gram, atau setara dengan satu telur, per hari) memiliki peningkatan risiko diabetes hingga 60%," sambungnya.
Efek juga ditemukan lebih jelas pada wanita daripada pria. Dr Li menyebutkan bahwa sementara hasil ini menunjukkan bahwa konsumsi telur yang lebih tinggi secara positif terkait dengan risiko diabetes pada orang dewasa China, diperlukan lebih banyak penelitian untuk mengeksplorasi hubungan sebab akibat.
"Untuk mengalahkan diabetes, diperlukan pendekatan multi-segi yang tidak hanya mencakup penelitian, tetapi juga seperangkat pedoman yang jelas untuk membantu menginformasikan dan membimbing publik. Studi ini adalah satu langkah menuju tujuan jangka panjang itu," ujarnya.
Baca juga : Ini Tolok Ukur Makanan dan Minuman Pemicu Diabetes
Sementara penelitian tersebut menyarankan konsumsi telur yang berlebihan harus dihindari, tapi telur tidak boleh sepenuhnya dihilangkan dari makanan seseorang. Telur merupakan sumber protein, vitamin D, vitamin A, vitamin B2, vitamin B12, folat dan yodium.
Menurut NHS, tidak ada batasan yang direkomendasikan tentang berapa banyak telur yang harus dimakan seseorang. Telur dapat dinikmati sebagai bagian dari diet yang sehat dan seimbang, tetapi yang terbaik adalah memasaknya tanpa menambahkan garam atau lemak. Misalnya direbus, tanpa ditambah garam dan dimasak tanpa mentega serta menggunakan susu rendah lemak sebagai pengganti krim.
Sedangkan menggoreng telur bisa meningkatkan kandungan lemaknya sekitar 50%.
Studi dari University of South Australia, yang dilakukan dalam kemitraan dengan China Medical University dan Qatar University ini, adalah konsumsi telur akses pertama pada sebagian besar orang dewasa di China.
Baca juga : 5 Makanan Penting Bagi Penderita Diabetes Tipe 2
Ahli epidemiologi dan kesehatan masyarakat, Dr Ming Li dari UniSA, mengatakan meningkatnya diabetes adalah kekhawatiran yang berkembang, terutama di China. Di mana perubahan pada pola makan tradisional China berdampak pada kesehatan.
"Diet adalah faktor yang diketahui dan dapat dimodifikasi yang berkontribusi pada timbulnya diabetes tipe 2, jadi memahami berbagai faktor makanan yang mungkin memengaruhi peningkatan prevalensi penyakit itu penting," kata Dr Li dilansir dari Express, Senin (16/11).
"Selama beberapa dekade terakhir, China telah mengalami transisi nutrisi yang substansial yang membuat banyak orang beralih dari pola makan tradisional yang terdiri dari biji-bijian dan sayuran, ke pola makan yang lebih diproses yang mencakup lebih banyak daging, camilan, dan makanan padat energi," sambungnya.
Pada saat yang sama, konsumsi telur juga terus meningkat. Dari tahun 1991 hingga 2009, jumlah orang yang makan telur di China hampir dua kali lipat.
Sementara hubungan antara makan telur dan diabetes sering diperdebatkan. Penelitian ini bertujuan untuk menilai konsumsi telur jangka panjang dan risiko terkena diabetes, yang ditentukan oleh glukosa darah puasa.
"Apa yang kami temukan adalah bahwa konsumsi telur jangka panjang yang lebih tinggi (lebih dari 38 gram per hari) meningkatkan risiko diabetes di antara orang dewasa China sekitar 25%," jelasnya.
"Lebih lanjut, orang dewasa yang rutin makan banyak telur (lebih dari 50 gram, atau setara dengan satu telur, per hari) memiliki peningkatan risiko diabetes hingga 60%," sambungnya.
Efek juga ditemukan lebih jelas pada wanita daripada pria. Dr Li menyebutkan bahwa sementara hasil ini menunjukkan bahwa konsumsi telur yang lebih tinggi secara positif terkait dengan risiko diabetes pada orang dewasa China, diperlukan lebih banyak penelitian untuk mengeksplorasi hubungan sebab akibat.
"Untuk mengalahkan diabetes, diperlukan pendekatan multi-segi yang tidak hanya mencakup penelitian, tetapi juga seperangkat pedoman yang jelas untuk membantu menginformasikan dan membimbing publik. Studi ini adalah satu langkah menuju tujuan jangka panjang itu," ujarnya.
Baca juga : Ini Tolok Ukur Makanan dan Minuman Pemicu Diabetes
Sementara penelitian tersebut menyarankan konsumsi telur yang berlebihan harus dihindari, tapi telur tidak boleh sepenuhnya dihilangkan dari makanan seseorang. Telur merupakan sumber protein, vitamin D, vitamin A, vitamin B2, vitamin B12, folat dan yodium.
Menurut NHS, tidak ada batasan yang direkomendasikan tentang berapa banyak telur yang harus dimakan seseorang. Telur dapat dinikmati sebagai bagian dari diet yang sehat dan seimbang, tetapi yang terbaik adalah memasaknya tanpa menambahkan garam atau lemak. Misalnya direbus, tanpa ditambah garam dan dimasak tanpa mentega serta menggunakan susu rendah lemak sebagai pengganti krim.
Sedangkan menggoreng telur bisa meningkatkan kandungan lemaknya sekitar 50%.
(wur)