Tren Konsumen Mengarah pada Penggunaan Produk Berkelanjutan

Kamis, 26 November 2020 - 22:14 WIB
loading...
Tren Konsumen Mengarah pada Penggunaan Produk Berkelanjutan
Menurut survei, 63% konsumen bersedia menggunakan atau membeli produk maupun layanan berkelanjutan. Foto Ilustrasi/Green Queen
A A A
JAKARTA - Gaya hidup berkelanjutan tak lagi menjadi slogan, namun sudah menjadi tren di kalangan masyarakat, utamanya mereka yang memang peduli pada keselamatan dan kesehatan bumi di masa depan.

Bicara gaya hidup berkelanjutan dan ramah lingkungan, tentu peran masyarakat sebagai konsumen barang maupun jasa sangat penting. Konsumen di Indonesia diimbau untuk lebih bijak membeli barang atau jasa, dan faktanya, mereka sudah banyak yang bersedia menjalankan konsep berkelanjutan ini.

( )

Setidaknya hal itu tercermin dari hasil survei "Persepsi Ritel dan Konsumen terhadap Konsumsi Berkelanjutan" yang dilakukan pada 2018 oleh The World Wide Fund for Nature (WWF) Indonesia, di mana disebutkan bahwa 63% konsumen bersedia menggunakan atau membeli produk maupun layanan berkelanjutan.

Sementara 61% responden merasa bertanggung jawab atas lingkungannya dan 52% merasa nyaman karena telah berkontribusi pada pelestarian lingkungan, namun 53% dari mereka ini masih merasa kesulitan menemukan produk ataupun layanan yang ramah lingkungan.

CEO dan Founder Dattabot Regi Wahyu menguatkan survei tersebut dengan mengatakan bahwa dalam 10 tahun terakhir konsumen sudah semakin peduli pada produk yang mereka beli ataupun konsumsi. Konsumen ingin tahu lebih banyak tentang "isi" dari produk yang mereka asup, juga keamanannya. Maka itu, mengamati tanggal kedaluwarsa sebuah barang juga menjadi amat penting bagi konsumen.

"Sekarang saat berbelanja, setelah ambil barang konsumen pasti melihat labelnya. 90% melihat harga, lalu ingredient-nya. Ini menunjukkan kalau konsumen peduli pada apa yang mereka konsumsi. Selain itu, banyak juga konsumen yang melihat tanggal kedaluwarsa," sebut Regi dalam Webinar #SustainabilityDay2020 bertema "Menjadi Konsumen Cerdas dengan Mendukung Program Keberlanjutan" yang digagas Unilever Indonesia Foundation belum lama ini.

Saat konsumen sudah semakin cerdas membeli produk, maka dari sisi produsen, lanjut Regi, alangkah lebih baik bila mereka juga memberi kemudahan lain dengan cara membeberkan detail informasi mengenai misalnya kapan produk tersebut diproduksi, batch keberapa, dan kapan masuk ke toko.

"Dengan begitu produsen akan mendapat trust yang tinggi, bahwa barang yang mereka punya berkualitas," kata Regi.

Director Footprint & Market Transformation WWF Indonesia Aditya Bayunanda menambahkan, kini memang saatnya produsen semakin didorong untuk menghasilkan produk yang bisa mendukung inisiatif keberlanjutan konsumen. Salah satu tujuannya, selain menjadikan bumi lebih baik, tentu juga untuk mempermudah konsumen menerapkan pola hidup jangka panjang yang sehat.

Di sisi lain, lanjut Aditya, konsumen juga harus jeli melihat produsen mana yang sudah menjalankan bisnis secara berkelanjutan dengan mencari sebanyak mungkin informasi terkait hal tersebut.

"Ciri-cirinya sudah ada. Biasanya itu perusahaan yang transparan, yang berani menyampaikan komitmen keberlanjutannya kepada publik. Sebagai konsumen , kita harus tahu perusahaan mana yang sudah punya komitmen itu, perusahaan mana sudah punya langkah-langkah untuk memastikan supply chain-nya ramah lingkungan," kata Aditya.

Untuk memudahkan konsumen mencari produsen ataupun merek berkelanjutan, Aditya mendorong perusahaan agar berani memasang logo sertifikasi yang kredibel. Hal itu sekaligus untuk semakin memperkuat kepercayaan masyarakat atas produk bersangkutan.

"Beberapa merek sehari-hari yang kita kenal sudah menerapkan komitmen berkelanjutan, tapi masih banyak yang belum memasang logo ramah lingkungan," ujar Aditya.

( )

Adapun Regi menekankan pula perlunya pelabelan halal pada sebuah produk. Dengan kemajuan teknologi saat ini, hal tersebut bisa ditelusuri secara digital. Salah satunya menggunakan Blockchain, di mana teknologi ini mampu melakukan pencatatan dalam sebuah sistem yang tak bisa diubah, dapat dilakukan secara transparan serta ditelusuri.

"Ketika diterapkan, ini bisa menjadi sebuah progress. Real value-nya adalah kepercayaan dan keyakinan, trust konsumen terhadap produk, kehalalannya, juga brand image yang semakin melekat," pungkas Regi.
(tsa)
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.5140 seconds (0.1#10.140)