7 Fakta Rapid Test Antigen yang Menjadi Syarat Baru Keluar Masuk DKI Jakarta
loading...
A
A
A
6. Hasil bisa salah
Badan Pengawas Obat dan Makanan (FDA) AS memperingatkan kemungkinan hasil positif palsu dari rapid test antigen untuk mendeteksi COVID-19, jika tidak digunakan dengan benar. FDA telah menerima laporan hasil positif palsu dari panti jompo dan layanan perawatan kesehatan lainya.
Membaca hasil tes, baik sebelum atau setelah dari waktu yang ditentukan dalam instruksi, dapat menunjukkan positif atau negatif palsu. Rapid test antigen yang tidak disimpan dengan benar sebelum digunakan juga berisiko memberikan hasil yang salah.
Di sisi lain, memproses beberapa spesimen sekaligus dapat memengaruhi hasil tes karena menyulitkan untuk memastikanwaktu inkubasi yang tepat untuk setiap spesimen.
Baca juga : Ini Perbedaan Rapid Test Antigen dengan Tes Covid-19 Lainnya!
7. Disetujui Organisasi Kesehatan Dunia (WHO)
WHO telah mengumumkan kesepakatan untuk membuat rapid test COVID-19 tersedia untuk negara-negara berpenghasilan rendah dan menengah di seluruh dunia. Sebanyak 120 juta rapid test antigen dari dua perusahaan dipasok ke negara-negara berpenghasilan rendah dan menengah masing-masing seharga 5 USD (Rp74 ribu) atau bahkan kurang.
Tedros mengungkapkan bahwa tes vital ini akan membantu memperluas pengujian di daerah terpencil yang tidak memiliki fasilitas laboratorium atau petugas kesehatan yang cukup terlatih untuk melakukan tes PCR.
Lihat Juga: Kemenkes Pastikan Varian Covid-19 KP yang Menyerang Singapura Belum Ditemukan di Indonesia
Badan Pengawas Obat dan Makanan (FDA) AS memperingatkan kemungkinan hasil positif palsu dari rapid test antigen untuk mendeteksi COVID-19, jika tidak digunakan dengan benar. FDA telah menerima laporan hasil positif palsu dari panti jompo dan layanan perawatan kesehatan lainya.
Membaca hasil tes, baik sebelum atau setelah dari waktu yang ditentukan dalam instruksi, dapat menunjukkan positif atau negatif palsu. Rapid test antigen yang tidak disimpan dengan benar sebelum digunakan juga berisiko memberikan hasil yang salah.
Di sisi lain, memproses beberapa spesimen sekaligus dapat memengaruhi hasil tes karena menyulitkan untuk memastikanwaktu inkubasi yang tepat untuk setiap spesimen.
Baca juga : Ini Perbedaan Rapid Test Antigen dengan Tes Covid-19 Lainnya!
7. Disetujui Organisasi Kesehatan Dunia (WHO)
WHO telah mengumumkan kesepakatan untuk membuat rapid test COVID-19 tersedia untuk negara-negara berpenghasilan rendah dan menengah di seluruh dunia. Sebanyak 120 juta rapid test antigen dari dua perusahaan dipasok ke negara-negara berpenghasilan rendah dan menengah masing-masing seharga 5 USD (Rp74 ribu) atau bahkan kurang.
Tedros mengungkapkan bahwa tes vital ini akan membantu memperluas pengujian di daerah terpencil yang tidak memiliki fasilitas laboratorium atau petugas kesehatan yang cukup terlatih untuk melakukan tes PCR.
Lihat Juga: Kemenkes Pastikan Varian Covid-19 KP yang Menyerang Singapura Belum Ditemukan di Indonesia
(wur)