Migran Tak Kunjung Hilang? Enyahkan dengan Gaya Hidup Sehat Ini!

Minggu, 03 Januari 2021 - 18:40 WIB
loading...
Migran Tak Kunjung Hilang?...
Migrain bisa dicegah dengan cara menerapkan pola hidup sehat. Foto/health.com
A A A
JAKARTA - Berdasarkan data dari Pescado Ruschel & De Jesus (2020), secara global, prevalensi migrain secara keseluruhan mencapai hingga 12% dari total populasi dan menduduki nomor dua tertinggi sebagai penyebab hendaya (disabilitas). Migrain juga menjadi alasan tertinggi nomor 4 - 5 untuk kunjungan ke unit gawat darurat. Sayangnya hingga saat ini, belum diketahui penyebab pasti dari migrain.

Namun beberapa faktor yang menjadi pemicu migrain adalah kondisi stres ; makanan atau minuman yang dikonsumsi; bau tertentu; waktu makan yang tidak teratur; waktu tidur yang kurang ataupun lebih; aktivitas fisik atau olahraga tertentu atau berlebihan; serta suhu panas. Faktor pemicu lainnya yang sering terjadi pada wanita adalah terjadinya perubahan hormon, terutama saat menstruasi, ovulasi dan kehamilan.

Baca juga : 5 Jenis Makanan Sehat yang Akan Jadi Tren di 2021

Dr. Irawati Hawari, SpS, Dokter Saraf, RS Permata Cibubur menjelaskan, serangan migrain dengan rasa nyeri yang mengganggu dapat berlangsung selama beberapa jam atau beberapa hari. Dalam hal ini, berbagai gejala yang dapat yang timbul dan dirasakan akibat migrain adalah mual, muntah, hipersensitif terhadap kebisingan (phonohobia), dan hipersensitif terhadap cahaya (photophobia).

“Tetapi sebagian penderita juga dapat mengalami gejala neurologi lainnya yang disebut sebagai aura, sebelum dan/atau selama serangan nyeri kepala. Dalam hal in contohnya adalah melihat garis – garis zigzag (visual aura) atau kesulitan untuk berbicara (speech aura),” terang dr. Irawati.

Berbagai terapi atau tatalaksana untuk mengobati migrain dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu farmakologi (menggunaan obat – obatan) dan non-farmakologis. Tatalaksana dengan farmakologis dibagi atas dua kategori yaitu terapi abortif atau akut yang berguna mengurangi atau menghentikan serangan yang sedang terjadi, dan terapi profilaksis atau preventif yang bertujuan mengurangi risiko berulangnya serangan.

Baca juga : Hati-Hati! Pelaku Filler Wajah Akan Alami Bengkak Usai Disuntik Vaksin COVID-19 Moderna

“Adapun tatalaksana secara non-farmakologis dapat dilakukan dengan mengubah pola/gaya hidup dan melakukan intervensi medis secara khusus jika diperlukan, misalnya transcutaneous electrical stimulation,” tambah dr. Irawati. Guna mencegah terjadinya migrain ada beberapa hal yang bisa dilakukan.

Misalnya melakukan manajemen stress dengan teknik relaksasi atau yoga; menghindari konsumsi makanan dan/atau minuman yang dapat memicu migrain; memastikan pola makan yang teratur; menurunkan berat badan jika overweight/obese; dan mengatur pola tidur yang teratur dengan durasi yang cukup.

Baca juga : Gadget Tak Selalu Berdampak Buruk Bagi Anak, Ini Manfaat Positifnya!

Secara keseluruhan, mengubah pola hidup secara berkesinambungan merupakan kunci utama untuk pencegahan migrain. Lebih jauh, migrain adalah suatu kondisi dimana seseorang mengalami nyeri kepala yang terasa berdenyut. Namun, nyeri kepala tersebut dapat dikatakan sebagai migrain jika memiliki karakter sebagai berikut: dirasakan pada satu sisi kepala, berintensitas sedang (moderate) hingga berat, berdenyut (pulsating in quality), dan dapat memburuk akibat aktivitas fisik. Migrain paling sering dialami sejak pubertas dan semakin banyak menyerang dengan rentang usia 35 – 45 tahun.
(wur)
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.2073 seconds (0.1#10.140)