Opsi Pengobatan Makin Banyak, Penyakit Kanker Bukan Akhir Segalanya
loading...
A
A
A
Selain kanker payudara, lanjut Dr Wong, kanker serviks juga menjadi ancaman lain bagi perempuan. Kanker serviks disebabkan oleh human papillomavirus (HPV) dan terjadi di jaringan serviks (organ yang menghubungkan rahim dan vagina).
Infeksi HPV umumnya terjadi akibat aktivitas seksual dimana 80 persen atau 90 persen infeksi bersifat sementara dan sebagian kecil kasus dapat memicu pertumbuhan abnormal pada sel-sel lapisan dalam.
"Sel-sel ini kemudian dapat berkembang menjadi prakanker, yakni perubahan prainvasif yang disebut CIN (cervical intraepithelial beoplasia) yang pada akhirnya dapat menyebabkan kanker invasif," jelasnya.
Baca Juga : Kenali Enam Gejala Darurat dari Hipertensi yang Mematikan
Dr Wong menyebutkan, tidak ada tanda atau gejala infeksi HPV atau perubahan prakanker. Bahkan, dalam beberapa kasus, tanda atau gejala infeksi HPV pada kanker serviks stadium awal pun tidak terdeteksi. Dalam banyak kasus, gejala dapat berkembang hanya ketika sel kanker mulai menyerang jaringan sekitarnya.
"Skrining serviks secara teratur dapat mendeteksi sel prakanker atau kanker di serviks dan secara signifikan mengurangi risiko berkembangnya kanker serviks," imbuh pemegang gelar Sarjana Kedokteran, Sarjana Bedah (MB ChB) dari University of Manchester di Inggris itu.
Selain skrining , vaksinasi HPV juga diketahui dapat mengurangi risiko kanker serviks secara signifikan pada wanita karena merangsang kekebalan terhadap jenis HPV tertentu penyebab kanker serviks.
Terkait kanker ovarium, Dr Wong mengatakan, seperti kanker payudara, salah satu penyebab kanker ovarium diketahui karena mutasi gen yang diturunkan. Kanker ovarium memiliki kejadian lebih tinggi pada perempuan di atas usia 40 tahun.
Selain itu, perempuan yang menjalani terapi hormonal setelah menopause dan mereka yang melahirkan di atas usia 35 tahun juga berisiko lebih tinggi terkena kanker ovarium.
Meskipun kanker yang menyerang wanita terlihat sangat menakutkan, dia menyatakan bahwa kemajuan teknologi medis dan pemahaman yang lebih baik tentang kanker telah memungkinkan dokter menawarkan beragam strategi pengobatan yang lebih baik bergantung pada gambaran klinis dari kanker yang mereka derita, seperti kemoterapi neo-adjuvant.
Infeksi HPV umumnya terjadi akibat aktivitas seksual dimana 80 persen atau 90 persen infeksi bersifat sementara dan sebagian kecil kasus dapat memicu pertumbuhan abnormal pada sel-sel lapisan dalam.
"Sel-sel ini kemudian dapat berkembang menjadi prakanker, yakni perubahan prainvasif yang disebut CIN (cervical intraepithelial beoplasia) yang pada akhirnya dapat menyebabkan kanker invasif," jelasnya.
Baca Juga : Kenali Enam Gejala Darurat dari Hipertensi yang Mematikan
Dr Wong menyebutkan, tidak ada tanda atau gejala infeksi HPV atau perubahan prakanker. Bahkan, dalam beberapa kasus, tanda atau gejala infeksi HPV pada kanker serviks stadium awal pun tidak terdeteksi. Dalam banyak kasus, gejala dapat berkembang hanya ketika sel kanker mulai menyerang jaringan sekitarnya.
"Skrining serviks secara teratur dapat mendeteksi sel prakanker atau kanker di serviks dan secara signifikan mengurangi risiko berkembangnya kanker serviks," imbuh pemegang gelar Sarjana Kedokteran, Sarjana Bedah (MB ChB) dari University of Manchester di Inggris itu.
Selain skrining , vaksinasi HPV juga diketahui dapat mengurangi risiko kanker serviks secara signifikan pada wanita karena merangsang kekebalan terhadap jenis HPV tertentu penyebab kanker serviks.
Terkait kanker ovarium, Dr Wong mengatakan, seperti kanker payudara, salah satu penyebab kanker ovarium diketahui karena mutasi gen yang diturunkan. Kanker ovarium memiliki kejadian lebih tinggi pada perempuan di atas usia 40 tahun.
Selain itu, perempuan yang menjalani terapi hormonal setelah menopause dan mereka yang melahirkan di atas usia 35 tahun juga berisiko lebih tinggi terkena kanker ovarium.
Meskipun kanker yang menyerang wanita terlihat sangat menakutkan, dia menyatakan bahwa kemajuan teknologi medis dan pemahaman yang lebih baik tentang kanker telah memungkinkan dokter menawarkan beragam strategi pengobatan yang lebih baik bergantung pada gambaran klinis dari kanker yang mereka derita, seperti kemoterapi neo-adjuvant.