Opsi Pengobatan Makin Banyak, Penyakit Kanker Bukan Akhir Segalanya
loading...
A
A
A
JAKARTA - Selama ini, orang kerap berpandangan bahwa penyakit kanker sulit disembuhkan dan berujung pada kematian. Namun, seiring meningkatnya pemahaman tentang penyakit kanker dan kemajuan teknologi medis, kanker bukan lagi akhir segalanya.Mengacu pada laporan WHO melalui Badan Internasional untuk Penelitian Kanker (The International Agency for Research on Cancer/IARC) yang terbit Desember 2020 lalu, kanker memang masih menjadi ancaman serius bagi kesehatan masyarakat.
Bahkan, di tengah pandemi saat ini, sedikitnya 400.000 kasus kanker baru terjadi di Indonesia dimana 52 persen penderitanya merupakan perempuan. Kanker payudara , mulut rahim (serviks), dan rahim (ovarium) adalah jenis kanker tertinggi yang banyak menimpa perempuan, sementara kanker kasus kanker paru-paru, hati, dan usus besar (kolorektal) kebanyakan menimpa laki-laki.
Meski begitu, Senior Consultant Medical Oncology Parkway Cancer Centre (PCC), Dr Wong Ciung Ing menegaskan bahwa kanker bukanlah suatu penyakit yang pasti berakibat kematian. Dengan deteksi dini dan penanganan yang baik, kanker dapat dijinakkan, bahkan disembuhkan.
"Kita selalu berpikir bahwa ketika terkena kanker, maka kita akan menilai bahwa itu akhir dari segalanya. Kanker bukan hukuman mati," tegas Dr Wong dalam diskusi virtual tentang seluk beluk penyakit kanker yang digelar PCC, Rabu (17/2/2021).
Baca Juga : Pentingnya Stimulasi Dini pada Anak agar Tak Alami Fase Penghapusan Sel Otak
Menurut dia, deteksi dini terhadap potensi kanker merupakan langkah yang sangat penting dilakukan oleh setiap orang. Upaya tersebut bisa dilakukan secara manual maupun berkonsultasi langsung dengan dokter.
"Jadi kalau terdeteksi sejak dini, maka semakin tinggi kemungkinan untuk sembuh," ujarnya meyakinkan.
Ahli diagnosis dan pengobatan kanker pada orang dewasa dengan minat khusus kanker payudara dan ginekologi itu memaparkan, dalam beberapa kasus, tanda dan gejala kanker payudara di antaranya benjolan di payudara, inversi puting susu atau perubahan kulit yang tidak normal.
Sebagian besar kanker payudara juga ditemukan saat masih terlokalisasi di payudara dan kelenjar getah bening di ketiak pada sisi yang sama.
"Kanker payudara pada fase lebih dini dapat diobati secara efektif dan berpotensi dapat disembuhkan dengan operasi, kemoterapi, terapi hormonal, terapi bertarget, dan radioterapi," terangnya.
Selain kanker payudara, lanjut Dr Wong, kanker serviks juga menjadi ancaman lain bagi perempuan. Kanker serviks disebabkan oleh human papillomavirus (HPV) dan terjadi di jaringan serviks (organ yang menghubungkan rahim dan vagina).
Infeksi HPV umumnya terjadi akibat aktivitas seksual dimana 80 persen atau 90 persen infeksi bersifat sementara dan sebagian kecil kasus dapat memicu pertumbuhan abnormal pada sel-sel lapisan dalam.
"Sel-sel ini kemudian dapat berkembang menjadi prakanker, yakni perubahan prainvasif yang disebut CIN (cervical intraepithelial beoplasia) yang pada akhirnya dapat menyebabkan kanker invasif," jelasnya.
Baca Juga : Kenali Enam Gejala Darurat dari Hipertensi yang Mematikan
Dr Wong menyebutkan, tidak ada tanda atau gejala infeksi HPV atau perubahan prakanker. Bahkan, dalam beberapa kasus, tanda atau gejala infeksi HPV pada kanker serviks stadium awal pun tidak terdeteksi. Dalam banyak kasus, gejala dapat berkembang hanya ketika sel kanker mulai menyerang jaringan sekitarnya.
"Skrining serviks secara teratur dapat mendeteksi sel prakanker atau kanker di serviks dan secara signifikan mengurangi risiko berkembangnya kanker serviks," imbuh pemegang gelar Sarjana Kedokteran, Sarjana Bedah (MB ChB) dari University of Manchester di Inggris itu.
Selain skrining , vaksinasi HPV juga diketahui dapat mengurangi risiko kanker serviks secara signifikan pada wanita karena merangsang kekebalan terhadap jenis HPV tertentu penyebab kanker serviks.
Terkait kanker ovarium, Dr Wong mengatakan, seperti kanker payudara, salah satu penyebab kanker ovarium diketahui karena mutasi gen yang diturunkan. Kanker ovarium memiliki kejadian lebih tinggi pada perempuan di atas usia 40 tahun.
Selain itu, perempuan yang menjalani terapi hormonal setelah menopause dan mereka yang melahirkan di atas usia 35 tahun juga berisiko lebih tinggi terkena kanker ovarium.
Meskipun kanker yang menyerang wanita terlihat sangat menakutkan, dia menyatakan bahwa kemajuan teknologi medis dan pemahaman yang lebih baik tentang kanker telah memungkinkan dokter menawarkan beragam strategi pengobatan yang lebih baik bergantung pada gambaran klinis dari kanker yang mereka derita, seperti kemoterapi neo-adjuvant.
Baca Juga : Perubahan Kebiasaan Buang Air Bisa Jadi Gejala Diabetes
"Tidak seperti pendekatan tradisional dimana pembedahan sering diresepkan sebagai pengobatan utama, pasien kanker kadang-kadang dapat memperoleh manfaat dari kemoterapi neo-adjuvant untuk mengecilkan tumor kanker sebelum pembedahan untuk hasil yang jauh lebih baik bagi pasien," pungkasnya.
Diketahui, PCC adalah institusi kesehatan yang berpusat di Singapura yang memiliki rangkaian perawatan kanker komprehensif. Selain di Bandung, PCC hadir di sejumlah kota besar di Indonesia seperti Jakarta, Medan, Semarang, Surabaya, Solo, dan Yogyakarta. Khusus Bandung, PCC membuka layanan melalui hotline 0821-176-19557, 0812-208-83300, email [email protected], atau website www.parkwaycancercentre.com. agung bakti sarasa
Bahkan, di tengah pandemi saat ini, sedikitnya 400.000 kasus kanker baru terjadi di Indonesia dimana 52 persen penderitanya merupakan perempuan. Kanker payudara , mulut rahim (serviks), dan rahim (ovarium) adalah jenis kanker tertinggi yang banyak menimpa perempuan, sementara kanker kasus kanker paru-paru, hati, dan usus besar (kolorektal) kebanyakan menimpa laki-laki.
Meski begitu, Senior Consultant Medical Oncology Parkway Cancer Centre (PCC), Dr Wong Ciung Ing menegaskan bahwa kanker bukanlah suatu penyakit yang pasti berakibat kematian. Dengan deteksi dini dan penanganan yang baik, kanker dapat dijinakkan, bahkan disembuhkan.
"Kita selalu berpikir bahwa ketika terkena kanker, maka kita akan menilai bahwa itu akhir dari segalanya. Kanker bukan hukuman mati," tegas Dr Wong dalam diskusi virtual tentang seluk beluk penyakit kanker yang digelar PCC, Rabu (17/2/2021).
Baca Juga : Pentingnya Stimulasi Dini pada Anak agar Tak Alami Fase Penghapusan Sel Otak
Menurut dia, deteksi dini terhadap potensi kanker merupakan langkah yang sangat penting dilakukan oleh setiap orang. Upaya tersebut bisa dilakukan secara manual maupun berkonsultasi langsung dengan dokter.
"Jadi kalau terdeteksi sejak dini, maka semakin tinggi kemungkinan untuk sembuh," ujarnya meyakinkan.
Ahli diagnosis dan pengobatan kanker pada orang dewasa dengan minat khusus kanker payudara dan ginekologi itu memaparkan, dalam beberapa kasus, tanda dan gejala kanker payudara di antaranya benjolan di payudara, inversi puting susu atau perubahan kulit yang tidak normal.
Sebagian besar kanker payudara juga ditemukan saat masih terlokalisasi di payudara dan kelenjar getah bening di ketiak pada sisi yang sama.
"Kanker payudara pada fase lebih dini dapat diobati secara efektif dan berpotensi dapat disembuhkan dengan operasi, kemoterapi, terapi hormonal, terapi bertarget, dan radioterapi," terangnya.
Selain kanker payudara, lanjut Dr Wong, kanker serviks juga menjadi ancaman lain bagi perempuan. Kanker serviks disebabkan oleh human papillomavirus (HPV) dan terjadi di jaringan serviks (organ yang menghubungkan rahim dan vagina).
Infeksi HPV umumnya terjadi akibat aktivitas seksual dimana 80 persen atau 90 persen infeksi bersifat sementara dan sebagian kecil kasus dapat memicu pertumbuhan abnormal pada sel-sel lapisan dalam.
"Sel-sel ini kemudian dapat berkembang menjadi prakanker, yakni perubahan prainvasif yang disebut CIN (cervical intraepithelial beoplasia) yang pada akhirnya dapat menyebabkan kanker invasif," jelasnya.
Baca Juga : Kenali Enam Gejala Darurat dari Hipertensi yang Mematikan
Dr Wong menyebutkan, tidak ada tanda atau gejala infeksi HPV atau perubahan prakanker. Bahkan, dalam beberapa kasus, tanda atau gejala infeksi HPV pada kanker serviks stadium awal pun tidak terdeteksi. Dalam banyak kasus, gejala dapat berkembang hanya ketika sel kanker mulai menyerang jaringan sekitarnya.
"Skrining serviks secara teratur dapat mendeteksi sel prakanker atau kanker di serviks dan secara signifikan mengurangi risiko berkembangnya kanker serviks," imbuh pemegang gelar Sarjana Kedokteran, Sarjana Bedah (MB ChB) dari University of Manchester di Inggris itu.
Selain skrining , vaksinasi HPV juga diketahui dapat mengurangi risiko kanker serviks secara signifikan pada wanita karena merangsang kekebalan terhadap jenis HPV tertentu penyebab kanker serviks.
Terkait kanker ovarium, Dr Wong mengatakan, seperti kanker payudara, salah satu penyebab kanker ovarium diketahui karena mutasi gen yang diturunkan. Kanker ovarium memiliki kejadian lebih tinggi pada perempuan di atas usia 40 tahun.
Selain itu, perempuan yang menjalani terapi hormonal setelah menopause dan mereka yang melahirkan di atas usia 35 tahun juga berisiko lebih tinggi terkena kanker ovarium.
Meskipun kanker yang menyerang wanita terlihat sangat menakutkan, dia menyatakan bahwa kemajuan teknologi medis dan pemahaman yang lebih baik tentang kanker telah memungkinkan dokter menawarkan beragam strategi pengobatan yang lebih baik bergantung pada gambaran klinis dari kanker yang mereka derita, seperti kemoterapi neo-adjuvant.
Baca Juga : Perubahan Kebiasaan Buang Air Bisa Jadi Gejala Diabetes
"Tidak seperti pendekatan tradisional dimana pembedahan sering diresepkan sebagai pengobatan utama, pasien kanker kadang-kadang dapat memperoleh manfaat dari kemoterapi neo-adjuvant untuk mengecilkan tumor kanker sebelum pembedahan untuk hasil yang jauh lebih baik bagi pasien," pungkasnya.
Diketahui, PCC adalah institusi kesehatan yang berpusat di Singapura yang memiliki rangkaian perawatan kanker komprehensif. Selain di Bandung, PCC hadir di sejumlah kota besar di Indonesia seperti Jakarta, Medan, Semarang, Surabaya, Solo, dan Yogyakarta. Khusus Bandung, PCC membuka layanan melalui hotline 0821-176-19557, 0812-208-83300, email [email protected], atau website www.parkwaycancercentre.com. agung bakti sarasa
(wur)