Setahun Pandemi, Pencegahan Covid-19 Jangan Sampai Kendur
loading...
A
A
A
JAKARTA - Pandemi Covid-19 sudah berlangsung setahun di Indonesia. Selama itu, jutaan orang telah terinfeksi, puluhan ribu orang meninggal dunia. Namun bersamaan dengan itu, berbagai langkah telah ditempuh pemerintah, dari penerapan 3M (mencuci tangan, menjaga jarak, dan memakai masker), 3T (testing, tracing, dan treatment), hingga sosialisasi lain. Dampaknya angka kesembuhan pun ikut bertambah banyak.
Baca juga: Bergelimang Materi, Arya Saloka Tetap Pilih Hidup Sederhana
Menanggapi hal itu, dr. Koko Andi Khomeini SpPD mengatakan bahwa langkah pemerintah selama ini sudah tepat. Dia melihat promosi perbaikan tetap jalan, vaksinasi Covid-19 yang tengah berlangsung harus terus didukung.
"Begitu pula penerapan 3M dan 3T. Yang selama ini sudah ada, sudah bagus. Tinggal dipercepat, dan diekskalasi," ujar dr. Koko dalam keterangan resminya, baru-baru ini.
Menurutnya, salah satu yang perlu dipercepat adalah adalah testing. Selama ini rekomendasi Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) adalah dua juta orang dalam sehari. Namun yang masih terjadi kini perlu waktu 6-15 minggu untuk mencapai angka 2 juta.
Sedangkan mengenai vaksinasi, seperti vaksinasi mandiri atau gotong royong yang diusung oleh usaha swasta, dr. Koko menyambutnya positif.
Dia menuturkan bahwa vaksinasi Covid-19 harus melibatkan semua pihak. Kedua, vaksinasi memiliki target sebagai upaya untuk menyehatkan bangsa dan negara, sehingga akses harus diberikan seluas mungkin. "Ketiga, vaksin harus tersedia. Setelah vaksin tersedia, target vaksinasi harus diberikan seluas mungkin dan lebih cepat dan gratis," tuturnya.
Dokter Koko juga mengatakan bahwa penanganan Covid-19 jangan sampai kendur. Berbagai program harus tetap dilanjutkan dan ditingkatkan. Tidak hanya menggencarkan program vaksinasi massal untuk mengatasi Covid-19, pemerintah pun menggalakkan program 3T.
"Tujuannya, untuk melacak penyebaran Covid-19 dari seseorang yang sudah dinyatakan positif terpapar Covid-19. Belakangan ini pelacakan juga digelar hingga tingkat pedesaan," terang dr. Koko.
Pelacakan menjadi penting apalagi belakangan ini di Indonesia ditemukan 2 kasus Covid-19 varian baru asal Inggris, yaitu varian B117. Dari beberapa penelitian dan evidence di negara lain, varian baru terbukti lebih cepat menular namun tidak lebih mematikan.
Dalam hal ini, Pemerintah memperkuat kapasitas laboratorium untuk mendeteksi virus varian baru di seluruh Indonesia. Saat ini baru diketemukan 2 dari 462 sampel yang sudah diperiksa. "Adanya varian tersebut akan mendorong pemerintah untuk melakukan pengembangan riset yang semakin cepat, penanganan yang lebih baik dan studi epidemiologis secara analitik," ungkap dr. Koko.
Baca juga: Joseon Exorcist Rilis Teaser Bertempur Melawan Mayat Hidup
Namun demikian vaksin Covid-19 yang sudah diberikan kepada masyarakat diklaim bisa mencegah varian baru virus Covid-19 dari Inggris tersebut dan juga dari Afrika Selatan. Jadi anggota masyarakat baik yang sudah divaksin maupun yang belum divaksin tak perlu khawatir mengenai keamanan dan kemampuan vaksin Covid-19 mencegah dua varian tersebut.
Lihat Juga: Apakah Pembatasan Perjalanan ke Singapura Diberlakukan? Buntut COVID-19 Varian KP Merebak
Baca juga: Bergelimang Materi, Arya Saloka Tetap Pilih Hidup Sederhana
Menanggapi hal itu, dr. Koko Andi Khomeini SpPD mengatakan bahwa langkah pemerintah selama ini sudah tepat. Dia melihat promosi perbaikan tetap jalan, vaksinasi Covid-19 yang tengah berlangsung harus terus didukung.
"Begitu pula penerapan 3M dan 3T. Yang selama ini sudah ada, sudah bagus. Tinggal dipercepat, dan diekskalasi," ujar dr. Koko dalam keterangan resminya, baru-baru ini.
Menurutnya, salah satu yang perlu dipercepat adalah adalah testing. Selama ini rekomendasi Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) adalah dua juta orang dalam sehari. Namun yang masih terjadi kini perlu waktu 6-15 minggu untuk mencapai angka 2 juta.
Sedangkan mengenai vaksinasi, seperti vaksinasi mandiri atau gotong royong yang diusung oleh usaha swasta, dr. Koko menyambutnya positif.
Dia menuturkan bahwa vaksinasi Covid-19 harus melibatkan semua pihak. Kedua, vaksinasi memiliki target sebagai upaya untuk menyehatkan bangsa dan negara, sehingga akses harus diberikan seluas mungkin. "Ketiga, vaksin harus tersedia. Setelah vaksin tersedia, target vaksinasi harus diberikan seluas mungkin dan lebih cepat dan gratis," tuturnya.
Dokter Koko juga mengatakan bahwa penanganan Covid-19 jangan sampai kendur. Berbagai program harus tetap dilanjutkan dan ditingkatkan. Tidak hanya menggencarkan program vaksinasi massal untuk mengatasi Covid-19, pemerintah pun menggalakkan program 3T.
"Tujuannya, untuk melacak penyebaran Covid-19 dari seseorang yang sudah dinyatakan positif terpapar Covid-19. Belakangan ini pelacakan juga digelar hingga tingkat pedesaan," terang dr. Koko.
Pelacakan menjadi penting apalagi belakangan ini di Indonesia ditemukan 2 kasus Covid-19 varian baru asal Inggris, yaitu varian B117. Dari beberapa penelitian dan evidence di negara lain, varian baru terbukti lebih cepat menular namun tidak lebih mematikan.
Dalam hal ini, Pemerintah memperkuat kapasitas laboratorium untuk mendeteksi virus varian baru di seluruh Indonesia. Saat ini baru diketemukan 2 dari 462 sampel yang sudah diperiksa. "Adanya varian tersebut akan mendorong pemerintah untuk melakukan pengembangan riset yang semakin cepat, penanganan yang lebih baik dan studi epidemiologis secara analitik," ungkap dr. Koko.
Baca juga: Joseon Exorcist Rilis Teaser Bertempur Melawan Mayat Hidup
Namun demikian vaksin Covid-19 yang sudah diberikan kepada masyarakat diklaim bisa mencegah varian baru virus Covid-19 dari Inggris tersebut dan juga dari Afrika Selatan. Jadi anggota masyarakat baik yang sudah divaksin maupun yang belum divaksin tak perlu khawatir mengenai keamanan dan kemampuan vaksin Covid-19 mencegah dua varian tersebut.
Lihat Juga: Apakah Pembatasan Perjalanan ke Singapura Diberlakukan? Buntut COVID-19 Varian KP Merebak
(nug)