Perlunya Mengasah Soft Skills agar Sukses Berkarier di Industri Kuliner
loading...
A
A
A
JAKARTA - Bukan hanya kemahiran meracik makanan, seorang juru masak juga dituntut untuk memiliki soft skills agar sukses berkarier di industri kuliner . Daya kreasi, penampilan baik, berpikiran kritis serta kemampuan berkomunikasi yang mumpuni adalah contoh dari keterampilan lunak yang dimaksud.
Menurut William W. Wijaya, Chef de Cuisine Paulaner Brauhaus, Hotel Indonesia Kempinski, Jakarta, bekal utama seorang pelaku industri kuliner adalah harus memiliki beberapa hal.
“Yang pertama, mereka harus memiliki passion di dunia kuliner. Kedua, harus memiliki positive attitude. Ketiga, harus bisa bekerja dalam situasi apapun,” ujar Chef William melalui keterangan tertulis, Rabu (31/3).
Di samping itu, lanjut sang chef, kalau memang ingin sukses di dunia kuliner, ada hal lain yang juga harus dimiliki, yakni visioner.
“Pikiran harus satu langkah lebih maju. Dalam pengertian tempatkanlah diri Anda dengan pola pikir dan kemampuan di atas posisi yang sebenarnya. Misalnya seorang karyawan biasa harus menempatkan diri sebagai seorang assistant supervisor. Demikian juga seorang assistant supervisor harus berpikiran dan punya kemampuan seperti seorang supervisor, terus begitu. Jadi bisa memacu dirinya lebih, dengan begitu bisa berkembang lebih cepat di dunia kuliner,” paparnya.
Lalu kata Chef William, untuk calon chef, mereka harus memiliki target yang jelas, baik jangka pendek maupun jangka panjang agar terpacu untuk lebih giat belajar dan bekerja.
“Seorang chef tidak hanya bisa memasak, tapi juga harus memiliki soft skills, serta mampu berkomunikasi baik dengan sesama tim satu departemen atau departemen lain. Selain itu juga harus memiliki conceptual skill, artinya selalu punya ide-ide kreatif di bidang kuliner. Karena dunia kuliner selalu berkembang mengikuti perkembangan zaman,” beber Chef William.
Salah satu “pabrik” yang diharapkan mampu melahirkan juru masak andal adalah Jurusan Tata Boga atau Kuliner di Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) PGRI 2 Kudus. Siswa di sekolah binaan Djarum Foundation ini tidak hanya diajarkan memasak, tapi juga dilatih untuk memiliki keterampilan lunak (soft skills) yang sesuai dengan kebutuhan industri kuliner.
Mereka tidak hanya belajar di ruang kelas, dapur restoran juga menjadi tempat belajar mempraktikkan ilmu memasak, membuat kue, meracik minuman, dan berbagai hidangan spesial.
“Para siswa tidak hanya belajar memasak, tapi juga diasah agar memiliki tingkat kreativitas yang tinggi, penampilan baik, serta berpikir kritis dan berkomunikasi baik dengan rekan kerja juga para pelanggan,” ujar Galuh Paskamagma, Program Associate Bakti Pendidikan Djarum Foundation.
Menurut Galuh, hal tersebut sesuai dengan kriteria yang diharapkan oleh industri kuliner untuk para lulusan pendidikan vokasi. Mereka yang memiliki kompetensi khusus akan lebih banyak dicari dan berpotensi memiliki pendapatan lebih baik.
Seluruh pengetahuan dan kemampuan memasak serta ditunjang soft skills yang tinggi para siswa Jurusan Kuliner SMK PGRI 2 Kudus dipraktikkan di restoran Jiva Bestari yang merupakan “bengkel” jurusan kuliner di sekolah ini. Sajian utamanya adalah masakan tradisional Indonesia yang diolah dan disajikan dengan konsep fine dining.
Baca Juga: IPPUDO Hadirkan Frozen Ramen Ayam Siap Saji Khas Hakata, Jepang
Masakan tradisional Indonesia dipilih karena ingin melestarikan warisan leluhur bangsa. Sedangkan fine dining menjadi pilihan karena konsep ini membutuhkan keterampilan tambahan, khususnya soft skills seperti kreativitas, tingkat ketelitian tinggi, dan penampilan yang baik para pelayan.
Siswa Jurusan Kuliner SMK PGRI 2 Kudus setelah lulus diharapkan tidak hanya bisa memasak, tapi juga memiliki kemampuan untuk mengkreasikan menu masakan, bekerja sama dalam tim, berkomunikasi secara profesional dengan pelanggan, hingga bersikap gigih dan tangguh dalam bekerja sebagai bekal menjadi tenaga kerja terampil di dunia industri. Tentu hal tersebut harus disertai dengan kemampuan soft skills yang tinggi.
Menurut William W. Wijaya, Chef de Cuisine Paulaner Brauhaus, Hotel Indonesia Kempinski, Jakarta, bekal utama seorang pelaku industri kuliner adalah harus memiliki beberapa hal.
“Yang pertama, mereka harus memiliki passion di dunia kuliner. Kedua, harus memiliki positive attitude. Ketiga, harus bisa bekerja dalam situasi apapun,” ujar Chef William melalui keterangan tertulis, Rabu (31/3).
Di samping itu, lanjut sang chef, kalau memang ingin sukses di dunia kuliner, ada hal lain yang juga harus dimiliki, yakni visioner.
“Pikiran harus satu langkah lebih maju. Dalam pengertian tempatkanlah diri Anda dengan pola pikir dan kemampuan di atas posisi yang sebenarnya. Misalnya seorang karyawan biasa harus menempatkan diri sebagai seorang assistant supervisor. Demikian juga seorang assistant supervisor harus berpikiran dan punya kemampuan seperti seorang supervisor, terus begitu. Jadi bisa memacu dirinya lebih, dengan begitu bisa berkembang lebih cepat di dunia kuliner,” paparnya.
Lalu kata Chef William, untuk calon chef, mereka harus memiliki target yang jelas, baik jangka pendek maupun jangka panjang agar terpacu untuk lebih giat belajar dan bekerja.
“Seorang chef tidak hanya bisa memasak, tapi juga harus memiliki soft skills, serta mampu berkomunikasi baik dengan sesama tim satu departemen atau departemen lain. Selain itu juga harus memiliki conceptual skill, artinya selalu punya ide-ide kreatif di bidang kuliner. Karena dunia kuliner selalu berkembang mengikuti perkembangan zaman,” beber Chef William.
Salah satu “pabrik” yang diharapkan mampu melahirkan juru masak andal adalah Jurusan Tata Boga atau Kuliner di Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) PGRI 2 Kudus. Siswa di sekolah binaan Djarum Foundation ini tidak hanya diajarkan memasak, tapi juga dilatih untuk memiliki keterampilan lunak (soft skills) yang sesuai dengan kebutuhan industri kuliner.
Mereka tidak hanya belajar di ruang kelas, dapur restoran juga menjadi tempat belajar mempraktikkan ilmu memasak, membuat kue, meracik minuman, dan berbagai hidangan spesial.
“Para siswa tidak hanya belajar memasak, tapi juga diasah agar memiliki tingkat kreativitas yang tinggi, penampilan baik, serta berpikir kritis dan berkomunikasi baik dengan rekan kerja juga para pelanggan,” ujar Galuh Paskamagma, Program Associate Bakti Pendidikan Djarum Foundation.
Menurut Galuh, hal tersebut sesuai dengan kriteria yang diharapkan oleh industri kuliner untuk para lulusan pendidikan vokasi. Mereka yang memiliki kompetensi khusus akan lebih banyak dicari dan berpotensi memiliki pendapatan lebih baik.
Seluruh pengetahuan dan kemampuan memasak serta ditunjang soft skills yang tinggi para siswa Jurusan Kuliner SMK PGRI 2 Kudus dipraktikkan di restoran Jiva Bestari yang merupakan “bengkel” jurusan kuliner di sekolah ini. Sajian utamanya adalah masakan tradisional Indonesia yang diolah dan disajikan dengan konsep fine dining.
Baca Juga: IPPUDO Hadirkan Frozen Ramen Ayam Siap Saji Khas Hakata, Jepang
Masakan tradisional Indonesia dipilih karena ingin melestarikan warisan leluhur bangsa. Sedangkan fine dining menjadi pilihan karena konsep ini membutuhkan keterampilan tambahan, khususnya soft skills seperti kreativitas, tingkat ketelitian tinggi, dan penampilan yang baik para pelayan.
Siswa Jurusan Kuliner SMK PGRI 2 Kudus setelah lulus diharapkan tidak hanya bisa memasak, tapi juga memiliki kemampuan untuk mengkreasikan menu masakan, bekerja sama dalam tim, berkomunikasi secara profesional dengan pelanggan, hingga bersikap gigih dan tangguh dalam bekerja sebagai bekal menjadi tenaga kerja terampil di dunia industri. Tentu hal tersebut harus disertai dengan kemampuan soft skills yang tinggi.
(tsa)