Misteri Gua Berkamar 9 di Gunung Burangrang Purwakarta
loading...
A
A
A
PURWAKARTA - Gunung Burangrang merupakan gunung api mati di Jawa Barat yang melegenda dan masih terselubung misteri. Banyak cerita mistis mewarnai kehidupan masyarakat di sekitar lereng gunung yang belum terkuak hingga saat ini.
Salah satunya tentang misteri gua berkamar sembilan di salah satu lereng Gunung Burangrang, tepatnya di Kampung Pasir Muncang, Desa Pusakamulya, Kecamatan Kiarapedes, Kabupaten Purwakarta. Gua tersebut oleh masyarakat setempat disebut Goa Jepang lantaran erat kaitannya dengan penduduk tentara Jepang di Purwakarta.
Menurut cerita masyarakat setempat, gua dengan panjang sekitar 200 meter lebih itu memiliki ruangan cukup besar di dalam. Bahkan, terdapat sembilan kamar berukuran 3x3 meter dengan jarak antarkamar sepanjang 6 meter. Letak kamar-kamar itu berjejer di samping lorong gua sebelah kiri. Pola lorong gua pun membentuk huruf P, yakni ada jalur melingkar di dalamnya.
Sampai saat ini tidak diketahui fungsi kamar tersebut, karena tak ada saksi sejarah yang mengetahui fungsi gua itu lantaran semuanya sudah meninggal dunia dan tidak meninggalkan keterangan apapun.
Namun, menurut Ahmad (61) warga Kampung Pasir Muncang RT 05/06 Desa Pusakamulya, ayahnya yang sudah almarhum yaitu Aki Somad pernah mengaku sebagai romusha dan melakukan kerja rodi untuk membangun gua tersebut. Pada waktu itu, pekerja romusha dipaksa untuk membuat lubang-lubang di lereng Gunung Burangrang, jumlahnya sebanyak lima gua.
"Namun yang selesai hanya Goa Jepang yang saat ini ada. Gua lain belum selesai dan ditinggalkan begitu saja. Goa Jepang yang ada itu pun belum pernah digunakan, tentara Jepang keburu pulang ke negaranya sekitar tahun 1945," kata Ahmad kepada MNC Portal Indonesia, Minggu (11/4).
Aki Somad ketika itu dipaksa menyelesaikan pekerjaan dengan upah sepotong ubi rebus dan secangkir beras. Selain itu, tentara Jepang tidak pernah memberitahukan fungsi dari gua dan sembilan kamar yang dibangun. Seolah maksud maupun tujuan pembangunan gua menjadi rahasia dan disimpan rapat hingga terkubur zaman.
"Ada yang mengatakan, pembangunan kamar itu untuk strategi perang sebagai jebakan terhadap musuh. Tapi secara pastinya saya juga tidak tahu," ujar Ahmad.
Di luar, tinggi mulut gua itu sekitar 1,5 meter. Setiap orang yang akan masuk harus agak jongkok. Namun begitu ke dalam, ruangnya tinggi dan luas. Orang pun bisa berdiri dengan leluasa. Hanya kalau tidak hafal kondisi gua, jangan coba-coba masuk, sebab tidak bisa keluar dengan mudah. Seakan tersesat, padahal hanya terus saja memutar pada bagian lorong yang melingkar.
Saat ini, gua tersebut ditutup karena berdasarkan penelitian sebelumnya, kontruksinya sangat berbahaya. Sewaktu-waktu bisa ambruk, meskipun kasus seperti itu belum pernah terjadi. Setiap pengunjung yang datang pun hanya bisa melihat dari luar.
Gua itu juga terlihat sangat menyeramkan. Tak terlihat apapun di dalam gua, karena kondisinya memang sangat gelap. Sementara bagian atap tidak ada tiang penyangga untuk menahan beban tanah dari atas. Pantas, gua ini ditutup dan tidak boleh ada pengunjung yang masuk karena cukup berbahaya.
Selain itu, nuansa mistis pun sangat kental terasa. Begitu mendekati mulut gua, bulu kuduk mendadak berdiri dan kaki terasa berat untuk melangkah.
Lihat Juga: Breaking News! Kecelakaan Beruntun di Tol Purbaleunyi, Arus Lalu Lintas Bandung-Jakarta Lumpuh
Salah satunya tentang misteri gua berkamar sembilan di salah satu lereng Gunung Burangrang, tepatnya di Kampung Pasir Muncang, Desa Pusakamulya, Kecamatan Kiarapedes, Kabupaten Purwakarta. Gua tersebut oleh masyarakat setempat disebut Goa Jepang lantaran erat kaitannya dengan penduduk tentara Jepang di Purwakarta.
Menurut cerita masyarakat setempat, gua dengan panjang sekitar 200 meter lebih itu memiliki ruangan cukup besar di dalam. Bahkan, terdapat sembilan kamar berukuran 3x3 meter dengan jarak antarkamar sepanjang 6 meter. Letak kamar-kamar itu berjejer di samping lorong gua sebelah kiri. Pola lorong gua pun membentuk huruf P, yakni ada jalur melingkar di dalamnya.
Sampai saat ini tidak diketahui fungsi kamar tersebut, karena tak ada saksi sejarah yang mengetahui fungsi gua itu lantaran semuanya sudah meninggal dunia dan tidak meninggalkan keterangan apapun.
Namun, menurut Ahmad (61) warga Kampung Pasir Muncang RT 05/06 Desa Pusakamulya, ayahnya yang sudah almarhum yaitu Aki Somad pernah mengaku sebagai romusha dan melakukan kerja rodi untuk membangun gua tersebut. Pada waktu itu, pekerja romusha dipaksa untuk membuat lubang-lubang di lereng Gunung Burangrang, jumlahnya sebanyak lima gua.
"Namun yang selesai hanya Goa Jepang yang saat ini ada. Gua lain belum selesai dan ditinggalkan begitu saja. Goa Jepang yang ada itu pun belum pernah digunakan, tentara Jepang keburu pulang ke negaranya sekitar tahun 1945," kata Ahmad kepada MNC Portal Indonesia, Minggu (11/4).
Aki Somad ketika itu dipaksa menyelesaikan pekerjaan dengan upah sepotong ubi rebus dan secangkir beras. Selain itu, tentara Jepang tidak pernah memberitahukan fungsi dari gua dan sembilan kamar yang dibangun. Seolah maksud maupun tujuan pembangunan gua menjadi rahasia dan disimpan rapat hingga terkubur zaman.
"Ada yang mengatakan, pembangunan kamar itu untuk strategi perang sebagai jebakan terhadap musuh. Tapi secara pastinya saya juga tidak tahu," ujar Ahmad.
Di luar, tinggi mulut gua itu sekitar 1,5 meter. Setiap orang yang akan masuk harus agak jongkok. Namun begitu ke dalam, ruangnya tinggi dan luas. Orang pun bisa berdiri dengan leluasa. Hanya kalau tidak hafal kondisi gua, jangan coba-coba masuk, sebab tidak bisa keluar dengan mudah. Seakan tersesat, padahal hanya terus saja memutar pada bagian lorong yang melingkar.
Saat ini, gua tersebut ditutup karena berdasarkan penelitian sebelumnya, kontruksinya sangat berbahaya. Sewaktu-waktu bisa ambruk, meskipun kasus seperti itu belum pernah terjadi. Setiap pengunjung yang datang pun hanya bisa melihat dari luar.
Gua itu juga terlihat sangat menyeramkan. Tak terlihat apapun di dalam gua, karena kondisinya memang sangat gelap. Sementara bagian atap tidak ada tiang penyangga untuk menahan beban tanah dari atas. Pantas, gua ini ditutup dan tidak boleh ada pengunjung yang masuk karena cukup berbahaya.
Selain itu, nuansa mistis pun sangat kental terasa. Begitu mendekati mulut gua, bulu kuduk mendadak berdiri dan kaki terasa berat untuk melangkah.
Lihat Juga: Breaking News! Kecelakaan Beruntun di Tol Purbaleunyi, Arus Lalu Lintas Bandung-Jakarta Lumpuh
(tsa)