Covid-19 India Makin Mengganas, Makin Banyak Korban Berjatuhan dari Kalangan Usia Muda
loading...
A
A
A
"Selama gelombang pertama virus korona tahun lalu, pemerintah menenangkan kami dengan mengatakan bahwa kematian di negara itu rendah dan hanya orang tua yang sekarat. Tapi sekarang? Lihatlah sekeliling; sepertinya kuburan kaum muda," katanya.
Dia menambahkan, para politisi tampaknya lebih fokus pada memenangkan pemilihan daripada pada orang sakit dan sekarat. Virus itu telah aktif selama lebih dari 14 bulan di negara itu tetapi pemerintah tidak belajar apa-apa. Ada kegagalan total di semua lini.
Baca Juga : Doni Ingatkan Semua Pihak Belajar dari Lonjakan Kasus Covid-19 di India
"Dari upaya vaksinasi yang dimulai terlambat hingga rumah sakit yang kurang siap, kekurangan dokter dan staf medis, pasar gelap yang berkembang pesat untuk obat-obatan penyelamat hidup seperti remdesivir dan tabung oksigen yang dijual kepada keluarga yang putus asa dengan harga yang mengejutkan, semua ini terjadi," terangnya.
"Selain itu, ada perselisihan di antara partai politik tentang siapa yang bertanggung jawab atas salah urus Covid-19 yang mengerikan di negara itu. Tidak ada akuntabilitas; hanya 'money-passing'. Dan kami menyebut diri kami negara demokrasi terbesar di dunia. Sayang sekali," ungkap Ashish kecewa.
Lihat Juga: Kemenkes Pastikan Varian Covid-19 KP yang Menyerang Singapura Belum Ditemukan di Indonesia
Dia menambahkan, para politisi tampaknya lebih fokus pada memenangkan pemilihan daripada pada orang sakit dan sekarat. Virus itu telah aktif selama lebih dari 14 bulan di negara itu tetapi pemerintah tidak belajar apa-apa. Ada kegagalan total di semua lini.
Baca Juga : Doni Ingatkan Semua Pihak Belajar dari Lonjakan Kasus Covid-19 di India
"Dari upaya vaksinasi yang dimulai terlambat hingga rumah sakit yang kurang siap, kekurangan dokter dan staf medis, pasar gelap yang berkembang pesat untuk obat-obatan penyelamat hidup seperti remdesivir dan tabung oksigen yang dijual kepada keluarga yang putus asa dengan harga yang mengejutkan, semua ini terjadi," terangnya.
"Selain itu, ada perselisihan di antara partai politik tentang siapa yang bertanggung jawab atas salah urus Covid-19 yang mengerikan di negara itu. Tidak ada akuntabilitas; hanya 'money-passing'. Dan kami menyebut diri kami negara demokrasi terbesar di dunia. Sayang sekali," ungkap Ashish kecewa.
Lihat Juga: Kemenkes Pastikan Varian Covid-19 KP yang Menyerang Singapura Belum Ditemukan di Indonesia
(wur)