Kemenkes Ungkap Alasan Melonjaknya Kasus Covid-19 di Tanah Air
loading...
A
A
A
JAKARTA - Kementerian Kesehatan menegaskan bahwa lonjakan kasus Covid-19 yang terjadi saat ini akibat dari mobilitas masyarakat yang terus meningkat sejak awal Ramadhan hingga puncaknya setelah Idul Fitri.
Baca juga: AstraZeneca Gagal Kembangkan Koktail Antibodi Untuk Cegah Covid-19
"Diperkirakan jumlah orang yang berpindah dari satu kota ke kota lainnya selama arus mudik maupun arus balik mencapai 5 hingga 6 juta orang. Kondisi ini yang menjadi penyebab lonjakan kasus," terang Juru Bicara Covid-19 Kementerian Kesehatan , Siti Nadia Tarmizi, dalam keterangan resminya.
Tak hanya itu, alasan lain yang menyebabkan lonjakan kasus, kata Siti Nadia adalah kendornya protokol kesehatan di masyarakat, sehingga laju penularan virus semakin meningkat.
Di sisi lain, penyebaran varian Delta (B.1.617) di Indonesia pun semakin meluas, khususnya di Kudus. Ya, melonjaknya kasus Covid-19 di wilayah itu karena tingginya penyebaran varian Delta di tengah masyarakat.
Terbukti dari hasil studi Universitas Gadjah Mada yang melakukan penelitian Whole Genome Sequencing (WGS), ditemukan 28 dari 34 sampel adalah varian Delta.
"Varian Delta ini terbukti meningkat setelah adanya transmisi antarmanusia. Dan sudah terbukti di populasi di India dan di Kudus. Hal tersebut juga memperkuat hipotesis para peneliti bahwa peningkatan kasus di Kudus tersebut adalah karena adanya varian Delta," tegas, dr. Gunadi PhD, Sp.BA, Ketua Tim Peneliti WGS SARS-CoV2, FK-KMK UGM.
Dokter Gunadi juga menambahkan hipotesanya dengan penelitian terbaru dari The Lancet, yaitu varian Delta berhubungan dengan usia pasien. "Semakin tua pasien Covid-19 maka varian Delta ini akan memperburuk kekebalan tubuh pasien tersebut," terangnya.
Lebih buruk lagi, masih dari The Lancet, diketahui varian Delta ini bisa menginfeksi kembali pasien Covid-19 dan makin memperlemah kekebalan tubuh pasien. Padahal seharusnya apabila sudah terinfeksi Covid-19 pasien mendapatkan antibodi secara alami. Kemudian varian Delta ini bisa menurunkan kekebalan tubuh seseorang dengan usia yang lebih tua meskipun sudah divaksinasi dua dosis.
Dengan risiko keparahan tersebut, Siti Nadia tak henti-hentinya mengimbau pada seluruh masyarakat Indonesia agar disiplin menjalankan protokol kesehatan.
"Kami sangat berharap masyarakat tetap disiplin dalam menjalankan protokol kesehatan 5M, termasuk di dalamnya mengurangi mobilitas dan menghindari kerumunan. Hal ini juga berlaku bagi yang telah divaksinasi," sarannya.
Baca juga: Alami Keterlambatan Berbicara, Anak Shireen Sungkar Jalani Terapi Speech Delay
"Kita tentu saja tidak ingin ada lonjakan kasus dan mengakibatkan angka keterisian rumah sakit melonjak drastis di daerah tempat kita tinggal. Kita harus memikirkan bukan hanya kesehatan diri kita sendiri, namun juga anggota keluarga kita yang lain dan tenaga kesehatan yang bekerja sangat keras dalam menangani pasien," sambung Siti Nadia.
Lihat Juga: Sortaman Saragih Soroti Dugaan Pungli dan Bullying PPDS Unsrat: Prodi Kedokteran Harus Transparan
Baca juga: AstraZeneca Gagal Kembangkan Koktail Antibodi Untuk Cegah Covid-19
"Diperkirakan jumlah orang yang berpindah dari satu kota ke kota lainnya selama arus mudik maupun arus balik mencapai 5 hingga 6 juta orang. Kondisi ini yang menjadi penyebab lonjakan kasus," terang Juru Bicara Covid-19 Kementerian Kesehatan , Siti Nadia Tarmizi, dalam keterangan resminya.
Tak hanya itu, alasan lain yang menyebabkan lonjakan kasus, kata Siti Nadia adalah kendornya protokol kesehatan di masyarakat, sehingga laju penularan virus semakin meningkat.
Di sisi lain, penyebaran varian Delta (B.1.617) di Indonesia pun semakin meluas, khususnya di Kudus. Ya, melonjaknya kasus Covid-19 di wilayah itu karena tingginya penyebaran varian Delta di tengah masyarakat.
Terbukti dari hasil studi Universitas Gadjah Mada yang melakukan penelitian Whole Genome Sequencing (WGS), ditemukan 28 dari 34 sampel adalah varian Delta.
"Varian Delta ini terbukti meningkat setelah adanya transmisi antarmanusia. Dan sudah terbukti di populasi di India dan di Kudus. Hal tersebut juga memperkuat hipotesis para peneliti bahwa peningkatan kasus di Kudus tersebut adalah karena adanya varian Delta," tegas, dr. Gunadi PhD, Sp.BA, Ketua Tim Peneliti WGS SARS-CoV2, FK-KMK UGM.
Dokter Gunadi juga menambahkan hipotesanya dengan penelitian terbaru dari The Lancet, yaitu varian Delta berhubungan dengan usia pasien. "Semakin tua pasien Covid-19 maka varian Delta ini akan memperburuk kekebalan tubuh pasien tersebut," terangnya.
Lebih buruk lagi, masih dari The Lancet, diketahui varian Delta ini bisa menginfeksi kembali pasien Covid-19 dan makin memperlemah kekebalan tubuh pasien. Padahal seharusnya apabila sudah terinfeksi Covid-19 pasien mendapatkan antibodi secara alami. Kemudian varian Delta ini bisa menurunkan kekebalan tubuh seseorang dengan usia yang lebih tua meskipun sudah divaksinasi dua dosis.
Dengan risiko keparahan tersebut, Siti Nadia tak henti-hentinya mengimbau pada seluruh masyarakat Indonesia agar disiplin menjalankan protokol kesehatan.
"Kami sangat berharap masyarakat tetap disiplin dalam menjalankan protokol kesehatan 5M, termasuk di dalamnya mengurangi mobilitas dan menghindari kerumunan. Hal ini juga berlaku bagi yang telah divaksinasi," sarannya.
Baca juga: Alami Keterlambatan Berbicara, Anak Shireen Sungkar Jalani Terapi Speech Delay
"Kita tentu saja tidak ingin ada lonjakan kasus dan mengakibatkan angka keterisian rumah sakit melonjak drastis di daerah tempat kita tinggal. Kita harus memikirkan bukan hanya kesehatan diri kita sendiri, namun juga anggota keluarga kita yang lain dan tenaga kesehatan yang bekerja sangat keras dalam menangani pasien," sambung Siti Nadia.
Lihat Juga: Sortaman Saragih Soroti Dugaan Pungli dan Bullying PPDS Unsrat: Prodi Kedokteran Harus Transparan
(nug)