Studi: Usai Terima Vaksin Covid-19, 23 Tentara Muda Alami Peradangan Otot Jantung
loading...
A
A
A
JAKARTA - Studi di Amerika Serikat menemukan fakta bahwa vaksin Covid-19 memberi efek lebih buruk pada tubuh tentara. Salah satu masalah yang menjadi perhatian adalah peradangan jantung berat, meski kasusnya masih jarang.
Baca juga: Rusia Klaim Vaksin Sputnik V Buatannya 90% Ampuh Lawan Varian Delta
Menurut laporan Reuters, studi ini menemukan bahwa 23 pria yang sebelumnya sehat dengan usia rata-rata 25 tahun mengeluh nyeri dada selama empat hari setelah menerima vaksinasi Covid-19. Perburukan kondisi ini akan diantisipasi segera.
Vaksin yang diberikan ke subjek penelitian antara lain Pfizer dan Moderna. Laporan ini menjelaskan bahwa semua pasien kini dalam kondisi terkendali dan dinyatakan membaik setelah mengalami peradangan otot jantung atau miokarditis.
Karena temuan ini, regulator kesehatan Amerika Serikat menambahkan peringatan ke literatur yang menyertai vaksin berbasis mRNA untuk menandai risiko langka peradangan jantung yang terlihat terutama pada pria muda. Meski begitu, peneliti menegaskan bahwa manfaat vaksin masih jauh lebih besar dibandingkan risiko ini.
Studi yang diterbitkan dalam jurnal medis JAMA Cardiology itu mengungkapkan bahwa 19 subjek adalah anggota militer atau tentara yang telah menerima dosis vaksin lengkap. "Yang lainnya baru menerima satu dosis dan ada juga yang sudah pensiun dari militer," terang laporan tersebut.
"Estimasi di populasi umum memperkirakan akan ada delapan atau lebih sedikit kasus miokarditis dari 436.000 anggota militer pria yang menerima dua suntikan COVID-19," tambah penelitian tersebut.
Sementara itu, panel luar sudah memberikan masukan ke Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit AS (CDC) bahwa laporan terkait miokarditis pascavaksinasi lebih tinggi pada pria dan dilaporkan dalam seminggu setelah dosis vaksin kedua. "Kasus ini ditemukan pada 12,6 kasus per 1 juta orang yang sudah divaksinasi lengkap," ungkap laporan itu.
"Delapan dari pasien militer dalam penelitian tersebut diberikan scan diagnostik dan menunjukkan tanda-tanda peradangan jantung yang tidak dapat dijelaskan oleh penyebab lain," kata penelitian tersebut. Para pasien dalam penelitian ini berkisar dari usia 20 hingga 51 tahun.
CDC mulai menyelidiki hubungan potensial antara vaksin mRNA dan miokarditis pada April setelah Israel menandai bahwa pihaknya sedang mempelajari kasus semacam itu pada orang yang menerima vaksin Pfizer/BioNTech di sana, dan setelah laporan bahwa militer AS juga menemukan kasus.
Baca juga: Perlu Pemeriksaan Mendalam sebelum Memvonis Anak Stunting
Regulator kesehatan di beberapa negara sedang melakukan penyelidikan mereka sendiri.
Baca juga: Rusia Klaim Vaksin Sputnik V Buatannya 90% Ampuh Lawan Varian Delta
Menurut laporan Reuters, studi ini menemukan bahwa 23 pria yang sebelumnya sehat dengan usia rata-rata 25 tahun mengeluh nyeri dada selama empat hari setelah menerima vaksinasi Covid-19. Perburukan kondisi ini akan diantisipasi segera.
Vaksin yang diberikan ke subjek penelitian antara lain Pfizer dan Moderna. Laporan ini menjelaskan bahwa semua pasien kini dalam kondisi terkendali dan dinyatakan membaik setelah mengalami peradangan otot jantung atau miokarditis.
Karena temuan ini, regulator kesehatan Amerika Serikat menambahkan peringatan ke literatur yang menyertai vaksin berbasis mRNA untuk menandai risiko langka peradangan jantung yang terlihat terutama pada pria muda. Meski begitu, peneliti menegaskan bahwa manfaat vaksin masih jauh lebih besar dibandingkan risiko ini.
Studi yang diterbitkan dalam jurnal medis JAMA Cardiology itu mengungkapkan bahwa 19 subjek adalah anggota militer atau tentara yang telah menerima dosis vaksin lengkap. "Yang lainnya baru menerima satu dosis dan ada juga yang sudah pensiun dari militer," terang laporan tersebut.
"Estimasi di populasi umum memperkirakan akan ada delapan atau lebih sedikit kasus miokarditis dari 436.000 anggota militer pria yang menerima dua suntikan COVID-19," tambah penelitian tersebut.
Sementara itu, panel luar sudah memberikan masukan ke Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit AS (CDC) bahwa laporan terkait miokarditis pascavaksinasi lebih tinggi pada pria dan dilaporkan dalam seminggu setelah dosis vaksin kedua. "Kasus ini ditemukan pada 12,6 kasus per 1 juta orang yang sudah divaksinasi lengkap," ungkap laporan itu.
"Delapan dari pasien militer dalam penelitian tersebut diberikan scan diagnostik dan menunjukkan tanda-tanda peradangan jantung yang tidak dapat dijelaskan oleh penyebab lain," kata penelitian tersebut. Para pasien dalam penelitian ini berkisar dari usia 20 hingga 51 tahun.
CDC mulai menyelidiki hubungan potensial antara vaksin mRNA dan miokarditis pada April setelah Israel menandai bahwa pihaknya sedang mempelajari kasus semacam itu pada orang yang menerima vaksin Pfizer/BioNTech di sana, dan setelah laporan bahwa militer AS juga menemukan kasus.
Baca juga: Perlu Pemeriksaan Mendalam sebelum Memvonis Anak Stunting
Regulator kesehatan di beberapa negara sedang melakukan penyelidikan mereka sendiri.
(nug)