Anak-Anak Rentan Terpapar COVID-19 Varian Baru, Begini Penjelasan Ahli
loading...
A
A
A
JAKARTA - Data Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) mencatat bahwa jumlah anak yang terpapar COVID-19 terus bertambah. Bahkan, data kematian anak akibat COVID-19 masih menjadi tertinggi di dunia.
Di DKI Jakarta, misalnya, menurut Dinas Kesehatan DKI, ada 74 ribu anak terpapar COVID-19, terbanyak di kelompok usia 5 hingga 18 tahun. Data lengkapnya, anak usia 5-18 tahun kasusnya sebanyak 57.974 kasus, anak usia 1-4 (13.296), dan anak di bawah 1 tahun (3.362).
"Warga Jakarta tercinta, sehebat apapun fasilitas kesehatan dan tenaga kesehatan kita, pasti akan kewalahan jika jumlah pasien terus bertambah. Sebab itu aliran wabah ini harus kita bendung di hulu. Maka tolooong sekali, kami mohon kepada seluruh warga untuk meningkatkan disiplin prokes, jadikan 5M sebagai kebutuhan," pinta Wakil Gubernur DKI Jakarta Ariza Patria di Instagram, belum lama ini.
Ia menambahkan, "Untuk itu, kami kembali mengingatkan keluarga saya dan seluruh keluarga Jakarta untuk benar-benar tetap di rumah, rutin berjemur, konsumsi makanan bergizi, air putih, rajin ibadah, dan tetap bahagia. Banyak jualan tetangga dan produk UMKM yang bisa kita pesan dari rumah, jalankan 5M dan beli produk UMKM," tambahnya.
Varian Delta menjadi kekhawatiran besar orangtua saat ini. Sebab, varian ini dianggap sebagai musuh yang bisa menginfeksi anak-anak dengan mudah.
Ya, varian Delta diyakini memiliki kemampuan untuk menginfeksi anak dengan lebih kuat. Itu kenapa, semakin hari semakin banyak anak-anak yang terinfeksi varian ini.
Menjadi pertanyaan sekarang, kenapa varian Delta membahayakan anak-anak?
Dokter Wita Prominensa, MARS, Sp.PK, Spesialis Patologi Klinik di Primaya Hospital Pasar Kemis, menjelaskan bahwa kelompok usia anak sangat rentan dengan varian baru dibandingkan dewasa.
"Hal tersebut terkait dengan mekanisme perlindungan kekebalan silang yang disebabkan coronavirus di mana yang awalnya kategori anak lebih terlindung justru kini menjadi kurang terproteksi terhadap varian baru (increased susceptibility in children)," katanya dalam keterangan resmi.
Di DKI Jakarta, misalnya, menurut Dinas Kesehatan DKI, ada 74 ribu anak terpapar COVID-19, terbanyak di kelompok usia 5 hingga 18 tahun. Data lengkapnya, anak usia 5-18 tahun kasusnya sebanyak 57.974 kasus, anak usia 1-4 (13.296), dan anak di bawah 1 tahun (3.362).
"Warga Jakarta tercinta, sehebat apapun fasilitas kesehatan dan tenaga kesehatan kita, pasti akan kewalahan jika jumlah pasien terus bertambah. Sebab itu aliran wabah ini harus kita bendung di hulu. Maka tolooong sekali, kami mohon kepada seluruh warga untuk meningkatkan disiplin prokes, jadikan 5M sebagai kebutuhan," pinta Wakil Gubernur DKI Jakarta Ariza Patria di Instagram, belum lama ini.
Ia menambahkan, "Untuk itu, kami kembali mengingatkan keluarga saya dan seluruh keluarga Jakarta untuk benar-benar tetap di rumah, rutin berjemur, konsumsi makanan bergizi, air putih, rajin ibadah, dan tetap bahagia. Banyak jualan tetangga dan produk UMKM yang bisa kita pesan dari rumah, jalankan 5M dan beli produk UMKM," tambahnya.
Varian Delta menjadi kekhawatiran besar orangtua saat ini. Sebab, varian ini dianggap sebagai musuh yang bisa menginfeksi anak-anak dengan mudah.
Ya, varian Delta diyakini memiliki kemampuan untuk menginfeksi anak dengan lebih kuat. Itu kenapa, semakin hari semakin banyak anak-anak yang terinfeksi varian ini.
Menjadi pertanyaan sekarang, kenapa varian Delta membahayakan anak-anak?
Dokter Wita Prominensa, MARS, Sp.PK, Spesialis Patologi Klinik di Primaya Hospital Pasar Kemis, menjelaskan bahwa kelompok usia anak sangat rentan dengan varian baru dibandingkan dewasa.
"Hal tersebut terkait dengan mekanisme perlindungan kekebalan silang yang disebabkan coronavirus di mana yang awalnya kategori anak lebih terlindung justru kini menjadi kurang terproteksi terhadap varian baru (increased susceptibility in children)," katanya dalam keterangan resmi.