Kumpulan Puisi Kemerdekaan untuk Menyambut HUT ke-76 RI
loading...
A
A
A
JAKARTA - Hari kemerdekaan Indonesia pada 17 Agustus tak lepas dari andil para sastrawan klasik. Turut membantu mengobarkan semangat lewat sajak-sajaknya, sastrawan menjadi kaum yang dielukan dan harum namanya dalam perjuangan kemerdekaan Indonesia.
Karya sastra dianggap sebagai salahsatu cara penyampaian berita yang non-konvensional. Tak hanya berbentuk prosa, pada zaman perjuangan beberapa kabar juga disampaikan lewat puisi sebagai kode yang, selain berbunyi indah, juga menyimpan makna penting di dalamnya.
Dalam semangat kemerdekaan, MNC Portal telah rangkumkan dari berbagai sumber beberapa puisi yang bertema perjuangan rakyat dan semangat pantang menyerah di bawah ini untuk menyambut HUT ke-76 RI :
1. Karawang Bekasi (Chairil Anwar)
Kami yang kini terbaring antara Karawang-Bekasi
Tidak bisa teriak "Merdeka" dan angkat senjata lagi
Tapi siapakah yang tidak lagi mendengar deru kami
Terbayang kami maju dan berdegap hati?
Kami bicara padamu dalam hening di malam sepi
Jika dada rasa hampa dan jam dinding yang berdetak
Kami mati muda. Yang tinggal tulang diliputi debu
Kenang, kenanglah kami
Kami sudah coba apa yang kami bisa
Tapi kerja belum selesai, belum apa-apa
Kami sudah beri kami punya jiwa
Kerja belum selesai, belum bisa memperhitungkan arti 4-5 ribu jiwa
Kami cuma tulang-tulang berserakan
Tapi adalah kepunyaanmu
Kaulah lagi yang tentukan nilai tulang-tulang berserakan
Ataukah jiwa kami melayang untuk kemerdekaan, kemenangan dan harapan
Atau tidak untuk apa-apa
Kami tidak tahu, kami tidak bisa lagi berkata
Kami bicara padamu dalam hening di malam sepi
Jika dada rasa hampa dan jam dinding yang berdetak
Kenang-kenanglah kami
Menjaga Bung Karno
Menjaga Bung Hatta
Menjaga Bung Syahrir
Kami sekarang mayat
Berilah kami arti
Berjagalah terus di garis batas pernyataan dan impian
Kenang-kenanglah kami
Yang tinggal tulang-tulang diliputi debu
Beribu kami terbaring antara Karawang-Bekasi
2. Prajurit Jaga Malam (Chairil Anwar)
Waktu jalan. Aku tidak tahu apa nasib waktu?
Pemuda-pemuda yang lincah yang tua-tua keras, bermata tajam
Mimpinya kemerdekaan bintang-bintangnya kepastian
ada di sisiku selama menjaga daerah mati ini
Aku suka pada mereka yang berani hidup
Aku suka pada mereka yang masuk menemu malam
Malam yang berwangi mimpi, terlucut debu……
Waktu jalan. Aku tidak tahu apa nasib waktu!
3. Gerilya (W.S. Rendra)
Tubuh biru
tatapan mata biru
lelaki berguling di jalan
Karya sastra dianggap sebagai salahsatu cara penyampaian berita yang non-konvensional. Tak hanya berbentuk prosa, pada zaman perjuangan beberapa kabar juga disampaikan lewat puisi sebagai kode yang, selain berbunyi indah, juga menyimpan makna penting di dalamnya.
Dalam semangat kemerdekaan, MNC Portal telah rangkumkan dari berbagai sumber beberapa puisi yang bertema perjuangan rakyat dan semangat pantang menyerah di bawah ini untuk menyambut HUT ke-76 RI :
1. Karawang Bekasi (Chairil Anwar)
Kami yang kini terbaring antara Karawang-Bekasi
Tidak bisa teriak "Merdeka" dan angkat senjata lagi
Tapi siapakah yang tidak lagi mendengar deru kami
Terbayang kami maju dan berdegap hati?
Kami bicara padamu dalam hening di malam sepi
Jika dada rasa hampa dan jam dinding yang berdetak
Kami mati muda. Yang tinggal tulang diliputi debu
Kenang, kenanglah kami
Kami sudah coba apa yang kami bisa
Tapi kerja belum selesai, belum apa-apa
Kami sudah beri kami punya jiwa
Kerja belum selesai, belum bisa memperhitungkan arti 4-5 ribu jiwa
Kami cuma tulang-tulang berserakan
Tapi adalah kepunyaanmu
Kaulah lagi yang tentukan nilai tulang-tulang berserakan
Ataukah jiwa kami melayang untuk kemerdekaan, kemenangan dan harapan
Atau tidak untuk apa-apa
Kami tidak tahu, kami tidak bisa lagi berkata
Kami bicara padamu dalam hening di malam sepi
Jika dada rasa hampa dan jam dinding yang berdetak
Kenang-kenanglah kami
Menjaga Bung Karno
Menjaga Bung Hatta
Menjaga Bung Syahrir
Kami sekarang mayat
Berilah kami arti
Berjagalah terus di garis batas pernyataan dan impian
Kenang-kenanglah kami
Yang tinggal tulang-tulang diliputi debu
Beribu kami terbaring antara Karawang-Bekasi
2. Prajurit Jaga Malam (Chairil Anwar)
Waktu jalan. Aku tidak tahu apa nasib waktu?
Pemuda-pemuda yang lincah yang tua-tua keras, bermata tajam
Mimpinya kemerdekaan bintang-bintangnya kepastian
ada di sisiku selama menjaga daerah mati ini
Aku suka pada mereka yang berani hidup
Aku suka pada mereka yang masuk menemu malam
Malam yang berwangi mimpi, terlucut debu……
Waktu jalan. Aku tidak tahu apa nasib waktu!
3. Gerilya (W.S. Rendra)
Tubuh biru
tatapan mata biru
lelaki berguling di jalan